BAB 3

118 11 11
                                    

Pagi datang menyapa, sinar mentari menyorot tajam dari balik gordyn yang sedikit tersibak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi datang menyapa, sinar mentari menyorot tajam dari balik gordyn yang sedikit tersibak. Cicitan burung terdengar mengiringi pagi yang cerah, menambah suasana yang mendukung untuk kembali beraktifitas.

Sekarang adalah hari Senin, hari dimana kesibukan akan kembali menguasai diri. Maka tidak heran jika ada beberapa orang yang sangat membenci hari Senin, dengan berbagai macam alasan tentunya.

Dan Sehun adalah salah satunya. Dia sangat membenci hari Senin, dan anehnya dia tidak memiliki alasan untuk itu. Sejak dulu dia memang tidak pernah bisa bersahabat dengan yang namanya hari Senin.

Jika orang - orang akan sibuk menyiapkan diri untuk melakukan berbagai macam aktifitas, maka berbeda dengan Sehun yang sekarang masih asik bergelung nyaman dibalik selimut tebal. Matanya terpejam damai, seolah enggan terbuka sekedar untuk menyapa pagi.

Hari Senin adalah waktunya Sehun untuk tidur lebih lama. Hari ini dia tidak akan pergi kemana - mana, karena rapat di kantor NASA akan diadakan besok. Jadilah sekarang dia akan berpuas diri untuk mengistirahatkan tubuh.

Hampir lima belas menit berlalu, tidak ada hal aneh yang terjadi, semuanya masih berjalan normal seperti yang seharusnya.

Sehun menyibak sedikit selimutnya, memperlihatkan wajah terlelapnya yang tetap terlihat tampan meski dengan rambut berantakan. Dia hendak meraih bantal guling yang biasanya ada disebelahnya, untuk itulah tangannya sibuk meraba - raba, berharap segera mendapatkan apa yang dia cari.

Tapi kernyitan dikening Sehun tiba - tiba saja terlihat saat sensasi empuk yang dia sentuh terasa sedikit aneh. Tentu saja aneh, karena sensasi empuk itu tidak seperti bantal gulingnya.

Tunggu dulu! Apa yang sebenarnya dia sentuh?

Sehun masih enggan membuka kedua matanya, rasanya begitu berat karena kantuknya masih datang menguasai. Dan dengan mata terpejam juga kening berkerut seperti itu, dia tetap melakukan aksinya yaitu meraba - raba sesuatu yang menurutnya aneh.

Meraba dan terus meraba ...

Sampai Sehun benar - benar menyadari jika yang dia sentuh bukanlah sebuah bantal guling. Lalu apa yang dia sentuh?

Tubuhnya yang tadinya terlentang, kini berubah menjadi miring menghadap ke arah dimana sesuatu yang aneh itu berada. Dan barulah Sehun membuka kedua matanya, saat merasa jika dia harus benar - benar memastikan apa yang telah dia sentuh.

Karena demi apapun, Sehun sempat mengira jika yang dia sentuh adalah ...

Payudara wanita.

Shit! Pagi - pagi seperti ini saja pikirannya sudah mulai kotor. Mungkinkah ini efek karena dia terlalu sering melihat Pamela yang hanya mengenakan bikini?

Persetan dengan itu, sekarang Sehun hanya ingin memastikan guna menampik apa yang ada dipikirannya.

Ya, semoga saja itu bukan sebuah payudara. Sehun bisa gila mendadak jika saat terbangun dia menemukan dirinya tertidur dengan wanita yang entah itu siapa.

My Dearest From Andromeda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang