Deburan ombak menjadi teman bicara dan angin pantai menjadi penyejuk panas yang melanda. Angelina namaku, biasa dipanggil Angel. Aku sedang menikmati deburan ombak dan angin pantai yang membelai rambut dan wajahku. Ingatanku kembali ke cerita lima tahun yang lalu di pantai yang sama.*****
Lima tahun yang lalu…
Aku baru saja kembali dari berjalan-jalan di mal dekat pantai ini bersama temanku Dewi. Kedua temanku yang lain Aldrian dan Sony masih menunggu kami di dalam kafe.
Setibanya di kafe, aku melihat ada seseorang yang duduk di kursi yang sebelumnya aku tempati. Aku menghampirinya dan saling memandang. Ternyata dia adalah teman Aldrian yang akan ikut bersama kami untuk traveling besok.
Aku merasa canggung didekatnya. Kami pun mulai berkenalan. Namanya Randy dan dia anak band. Kami berbincang dan bercanda di kafe bersama.
*****
Keesokan harinya...
Hari itu adalah hari yang menyenangkan, seharian kami menjerit-jerit dan tertawa-tawa mencoba menaiki semua wahana yang ada dan memuaskan diri dengan semua permainan yang ada.
Bahkan kami juga menyempatkan diri melihat berbagai pertunjukan musikal. Malamnya kami terkapar kelelahan, kami berkumpul di tepi pantai dan melanjutkan obrolan sambil mendengarkan musik.
Di tengah gemuruh ombak, melantunlah Akad dari Payung Teduh yang di temani sayup-sayup angin laut.
Tanpa sadar aku berseru pada Aldrian,” Duh Al, aku pengen deh dinyanyiin lagu ini sama cowok. Sedih ya aku gak pernah dinyanyiin lagu sama cowok.”
"Sini aku yang nyanyiin buat kamu.”
Dari arah belakang Randy menyeletuk sambil mengambil gitar. Ia mengotak-atik gitar dan mempelajari lagu itu dan aku membantunya mencari chord gitar
Setengah jam berlalu. Petikan gitar pun mulai mengalun dari tangan Randy. Spontan aku menyalakan ponselku dan merekam momen itu.
"Bila nanti saatnya t'lah tiba"
"Ku ingin kau menjadi milikku"
"Berdua bersamamu dalam terik dan hujan"
"Berlarian kesana kemari dan tertawa"Randy menyanyikan lagu tersebut sambil menatap kamera dan itu menyebabkan desiran-desiran halus mulai merambah ke relung hati seolah dia menyanyikan lagu itu sambil menatapku langsung.
Cepat-cepat aku membuang desiran-desiran halus itu dan menetralkan perasaanku karena biasanya desiran halus itu tidak pernah berakhir baik.
*****
Aku harus menjaga hatiku dengan baik agar tidak terluka dan hancur berkeping-keping lagi. Kulewati tidur di malam itu dengan jantung yang berdebar kencang tiada henti.
Malam itu aku mengingat kembali momen di pantai saat aku dan Randy mengobrol dan bercanda layaknya teman yang sudah lama tidak bersua padahal aku baru mengenalnya dua hari yang lalu.
Pembicaraan kami meluncur dengan mulusnya tanpa kesulitan komunikasi sedikitpun seolah kami tidak pernah kehabisan topik pembicaraan.
Momen kebersamaan kami beberapa bulan setelahnya terus terputar seperti film bioskop dan aku termenung cukup lama sambil menikmati suasana pantai sore itu.
Tiba- tiba ada yang menepuk pundakku dan aku pun menoleh hanya untuk melihat Randy yang berdiri gagah di bawah pancaran matahari senja.
“Hai Angel.”
“Hai.” (aku menjawab kaget)
Setelah saling menyapa, kami hanya terdiam sambil saling menatap satu sama lain, seolah sedang mencari kenangan masa lalu yang terlupakan.
Namun akhirnya Randy bersuara memecah keheningan di antara kami.
“Ini titipan yang kamu minta.”
Aku mengambil bungkusan yang diserahkan Randy dan melihat isinya, sesuai dengan apa yang aku pesan. "Terima kasih," ujarku menyunggingkan senyum.
“Papaaaaa!!"
Terdengar teriakan disusul bayangan seorang anak kecil yang menghampiri Randy. Seorang wanita berambut panjang menyusul anak kecil tersebut hingga ke hadapan Randy.
Randy pun menggendong anak lelaki itu dan mengenalkannya sebagai anak laki-laki semata wayangnya. Randy juga mengenalkan wanita yang menyusul di belakang tadi sebagai istrinya.
Mereka mengajakku untuk makan malam bersama namun kutolak dengan halus. Mereka pun pergi meninggalkan pantai itu dan aku hanya bisa memandang punggung mereka ditemani matahari senja.
Aku sudah tahu bahwa Randy telah berkeluarga tiga tahun yang lalu namun aku tidak percaya dan ingin membuktikan sendiri.
Pembuktianku menghasilkan air mata yang terus mengalir seiring hilangnya bayangan punggung mereka dari hadapanku ditemani matahari senja.
"Jangan egois, kamu dan dia sama"
KAMU SEDANG MEMBACA
CERPEN
Storie breviSINOPSIS : "UPDATE" Cerpen 3 (Debur Ombak dan Cahaya Senja) : Deburan ombak menjadi teman bicara dan angin pantai menjadi penyejuk panas yang melanda. Karenina namaku, biasa dipanggil Karen. Aku sedang menikmati deburan ombak dan angin pantai yang m...