Ku, Kau, dan Dirinya

19 3 0
                                    

Berhenti, namun tak berdiam diri. Itu yang aku lakukan padamu, sebagai sahabatku. Sebab kini, ku tak punya waktu sepenuh masa sekolah dulu. Segalanya berlalu, datang bertamu dan tak menetap. Singgah sekejap namun meninggalkan jejak.

Aku mencoba memperbaiki diri dan menurunkan egoku untuk dirimu, meski kau tak mau mengerti. Hatiku, hatimu dan kita, serasa menyatu.

*****

Sejak, kau Ratna, juga menyatakan kalau kau menyukai Damar temanku. Sama seperti aku. Tapi aku diam. Sadar diri ternyata kau telah mengenal Damar jauh lebih dulu.

Hingga sejauh ini, aku tidak bisa berbohong pada perasaanku. Dan sejak dirimu hadir di sisi kehidupanku, aku selalu berperang dengan rasa bahagia yang selalu menunjuk pada dirimu, walau kutau itu sulit.

Aku tetap bertahan di antara kalian berdua. Kini tujuanku, mengakhiri segala yang membelenggu, hanya terfokus bagaimana diri ini, mempertahankanmu sepenuhnya.

Silih berganti musim dan tahun. Kau pergi sebab kesalahan diri ini. Tak sepatutnya kau yang menyesali. Aku penancap tanda panah ke lobang itu. Tanpa niat, sebatas pendapat. Itu-pun, bukan untukmu. Tidak pula siapapun.

*****

"Selesaikan! Akhiri hidup dengan segala kesulitannya yang memberatkan . . . "

Kembali aku diam dan berpikir. Entah bagaimana, sentuhan jari yang tahu. Seperti apa pesan belum selesai itu terkirim. Sedang mataku terlelap ditelan lelah.

Aku temanmu, bahkan lebih. Tapi bukan berarti aku memberimu jalan pada kekhilafan itu. Sampai akal sehatmu tak bersahabat dengan hatimu.

Dengan membabi buta kau membakar Damar bersama mobilnya. Pria yang tanpa sadar telah menitipkan darah dagingnya di rahimmu. Buah hati yang juga ingin kau singkirkan, telah tumbuh secantik dirimu.

Cinta penuh dengan ambisi

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang