Chapter 2

7 2 3
                                    

Tidak, tidak, tidak!

Ini gawat, notes-ku hilang!

Aku sudah mengobrak-abrik seisi kamar hingga membuat Beatrice menatapku kesal, begitu pula dengan Sarah yang berdiri pada bingkai pintu dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya.

"So there's no need to make trouble. You make a storm in a teacup," komentar Sarah dengan nada datarnya.

Aku menatap setengah kesal, setengah lelah pada sosok gadis berambut pirang itu, "If you don't want to help me and just add insult to injury, then go out of here," sahutku kesal.

Sarah mengangkat bahunya sebelum pergi dari kamarku dan Beatrice. Sementara itu, sosok gadis berambut merah alami bergelombang yang ada di atas kasur masih memperhatikan gerak-gerikku.

"Buruk, buruk. Di mana notes-ku sebenarnya?" gumamku sembari mengacak-acak rambutku. Aku duduk di atas kasur dan mencoba untuk berpikir kembali.

"Ingat-ingat dulu," saran Bea yang sedang aku lakukan saat ini.

Semalam aku membawa notes-ku saat keluar. Aku membacanya di tengah jalan, tapi sudah aku masukkan kembali ke saku jaketku.

Aku langsung meraih jaketkku dan memeriksa kedua sakunya, namun tidak ada notes yang sedari tadi kucari. Harapanku langsung hilang ketika tidak menemukan keberadaan notes-ku. Meski aku sudah kembali mengingat, aku tetap tidak menemukan sisa ingatan di mana keberadaan notes-ku. Aku tidak memegangnya lagi semenjak memasukkan notes itu ke saku jaketku.

Kelemparkan kembali tubuhku ke atas kasur. Mulai berpikir, notes-ku memang cukup jika di masukkan ke dalam saku jaket, akan tetapi mudah sekali untuk terjatuh. Apakah notes-ku terjatuh dalam perjalanan atau ....

Aku membalikkan tubuhku yang semula terlentang menjadi tengkurap, tanganku memeluk salah satu bantal yang ada di atas kasur.

Jangan sampai notes-ku jatuh ke sungai pada saat itu. Tidak, meski aku tidak memperhatikan sungai sewaktu akan jatuh, aku ingat tidak ada suara benda yang terjatuh ke dalam air waktu itu. Sungai di bawah sana juga tidak memiliki gelombang air.

Pasti notes-ku terjatuh di suatu tempat. Jika tidak di tempat semalam, maka di sepanjang jalan menuju ke rumah ini. Tanpa berpikir panjang lagi aku segera pergi ke luar rumah untuk mencari notes-ku.

Aku menghabiskan waktu dari pagi hingga siang untuk mencari notes-ku. Namun hasilnya nihil, aku tidak mendapati buku serukuran A5 dengan cover berwarna cokelat bergradasi krem dan hiasan sulur hitam.

Dengan wajah lesu, aku kembali menuju rumah paman Sarah. Ketika aku melewati jembatan penyeberangan, sebuah pemikiran mendadak muncul. Apakah mungkin notes itu diambil oleh seseorang?

Satu-satunya orang yang bisa aku pikirkan mengenai kemungkinan itu hanyalah pemuda China yang aku temui semalam. Hanya dia yang bertemu denganku tadi malam, selain pria yang kesal itu.

Aku tidak tahu apakah dia yang mengambilnya atau tidak. Bisa jadi ada kemungkinan orang lain lah yang mengambilnya, tapi tidak masalah. Aku bisa memastikan dulu apakah pemuda itu melihat notes-ku atau tidak. Jika tidak, maka aku bisa mencari alternatif lain.

***

Persis jarum jam pendek menunjuk angka dua belas, aku kembali keluar dari rumah paman Sarah. Sarah dan Bea sempat memaksa untuk menemaniku. Namun, aku menolak dengan keras.

Bahkan, kami sempat beradu mulut sebelumnya hingga membuat paman Sarah terbangun dan mengomeli kami. Aku menggunakan kesempatan emas ketika paman Sarah mengalihkan perhatian Sarah dan Bea. Dengan cepat aku menyelinap di balik pintu utama yang setengah terbuka dan berlari di balik pepohonan gelap sekitar rumah paman Sarah.

Impossible Story : Trail of NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang