Chapter 3

9 1 3
                                    

Aku melangkah di antara ramainya orang-orang dan para turis yang memadati jalanan di kota Shanghai. Langkah kakiku membawaku di antara deretan toko-toko dan tenda di antara luasnya jalan.

Tadi malam, aku benar-benar mendapati semprotan yang sangat menyebalkan dari Sarah dan Bea. Mereka memarahiku yang lagi-lagi ke luar rumah di malam hari. Padahal aku sudah jelas-jelas mengatakan bahwa aku ke luar malam untuk mencari notesku yang tertinggal.

Mengingat omelan mereka membuatku memasang wajah datar. Awas saja kalau mereka sampai memarahiku karena keluar sore. Lama-lama ingin kuikat saja mereka di tiang dan melakban mulut mereka yang berisik itu.

Khusus untuk Bea, aku akan menutup matanya dengan kain. Mulutnya tidak berisik, tapi matanya sangat tajam. Menyebalkan.

Aku menghembuskan napas pelan. Sudahlah, tidak ada gunanya mengomeli mereka dalam hati begini. Membuang-bunga tenaga saja. Lagipula, aku keluar untuk mencari makanan. Aku sedang ingin sesuatu yang manis untuk menaikkan mood-ku saat bertemu Sarah dan Bea nanti.

Aku sempat mencari di internet, ada salah satu jalan di Shanghai yang menjual jajanan di pinggir jalan. Dengan senang hati aku langsung menyambar cardigan-ku dan melangkah menyusuri jalan dari rumah teman Sarah menuju ke mari.

Aku lupa nama jalannya, namun di sini sangat ramai. Apalagi sore hari, banyak anak sekolah yang pulang dan mampir ke tempat ini. Juga beberapa orang dewasa.

Aku menautkan jemariku di belakang tubuhku dan menatap sekitar. Makanan apa yang bisa aku beli di sini untuk menghiburku?

Mataku lantas menemukan sebuah gerai yang menjual fruits candied. Aku menatap senang gerai itu, bergegas melangkah ke gerai tersebut untuk membeli beberapa buah candied.

"Tuan, tolong strawberry candied dua, apple candied dua, dan mango candied satu," ujarku pada sang pemilik toko. Dia tersenyum dan melayaniku dengan baik.

"Xie-xie." Kuserahkan beberapa yuan padanya sebelum berbalik kembali ke rumah teman Sarah.

Aku sedang malas berdebat lagi dengan mereka, lebih baik duduk di sekitaran rumah teman Sarah sambil menghabiskan candied ini dibanding mencari kesialan.

Aku berjalan ke arah tempat menyebrang jalan berada. Kebetulan lampu sedang memperlihatkan warna merah. Aku harus menunggu beberapa saat untuk bisa menyeberang. Kuperhatikan seberang jalan yang tak kalah ramainya, juga jalan raya tempat kendaraan bermotor berlalu-lalang.

Tempat ini tidak jauh beda dengan kotaku. Hanya lebih ramai.

"Oh, sungguhan bisa pulang ternyata. Ku kira masih akan tersesat lagi di reruntuhan."

Suara itu terdengar begitu jelas di sampingku. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Entah kenapa suara bernada datar itu sepertinya pernah aku kenali.

Di mana aku pernah mendengar suara ini?

Aku menoleh ke arah sampingku dan menemukan pemuda China yang semalam bersamaku menuruni lubang gelap.

"Sore."

"Nin?!" seruku pelan nyaris bersamaan dengan sapaannya. Aku menatap terkejut pemuda itu, "Mimpi apa aku semalam bisa bertemu orang menyebalkan ini lagi," gerutuku pelan dalam bahasa asalku. Mana mau aku mengomelinya secara langsung.

"Mau mengomel pun tidak akan mengusirku," sahutnya samar ketika aku sedang bergumam tidak jelas.

Kulirik pemuda itu malas, "Siapa juga yang mau mengusirmu," balasku. Yang benar saja, memangnya ini jalan milikku sampai aku bisa mengusir dia. Meski kalau hal itu sungguhan, dengan senang hati aku akan mengusirnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Impossible Story : Trail of NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang