08

1.4K 194 5
                                    

Ingat saat Jingyi bilang akan berlutut tiga hari? Dia benar-benar melakukannya.

Katanya 'seorang Lan harus menepati janji' tapi itu hanya berjalan selama satu hari. Karena Rulan merasa malu ada orang yang berlutut di depan dirinya.

Enam bulan yang lalu.

"Jingyi, sudah lah. Ini memalukan. Cepat berdiri!"

"Jin Ling, seorang Lan harus menepati perkataannya. Mau ditaruh dimana wajahku kalau aku tidak menepatinya!?"

"Memangnya kau punya wajah?"

"Sialan."

Lan Sizhui, "Kalau ada guru atau tetua yang mendegarmu mengumpat, kau akan disuruh menyalin peraturan sekte lagi."

"Aku tau, aku tau."

"Sizhui, suruh dia berdiri! Ini memalukan!" Kata Rulan sambil memalingkan wajahnya.

"Dia keras kepala, kalau sudah bertekat dia tidak akan berhenti."

"Jingyi, demi dewa, jangan melakukan hal seperti ini. Aku hanya... bercanda, cepat berdiri!"

Jingyi masih bertahan di posisinya.

"Ya sudah, satu hari saja. Setelah itu, jangan berlutut ke diriku lagi, bagaimana?"

"Baiklah. Aku tidak tau seorang nona muda punya belas kasih."

Rulan mencubit lengan Jingyi dengan kuat. "Hei! Itu sakit!" protes Jingyi. "Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan calon istrimu di masa depan nanti jika kau seperti ini."

"Kau pikir aku akan menikah!?" sewot, Rulan.

"Memangnya kau tidak mau!?" kata Jingyi dengan heboh.

"Sudah, sudah, kalian jangan ribut terus. Aku harus pergi, guru memerlukanku. Saat aku kembali jangan sampai ada adu pedang, mengerti?"

"Iya." Jawab mereka dengan malas.

Sizhui pergi dan Jingyi menanyakan hal menyebalkan lagi, "Kau benar-benar tidak akan menikah!? Seperti Jiang Zongzhu!?"

"Aku masih lima belas tahun sekarang. Tentu saja belum ada pikiran untuk menikah. Jangan tanya hal yang aneh-aneh."

"Memangnya tipe mu yang seperti apa?" Tanya Jingyi, lagi. Orang yang sedang ditanyakan pun sampai muak.

"Yang seperti ibuku... mungkin? Memang tipemu sendiri seperti apa?" Lah, malah balik nanya.

"Aku tidak tau, mungkin yang bisa menerimaku dengan baik? Dan cantik tentu saja."

Rulan hanya mengangguk-ngangguk paham. "Aku juga tidak yakin di masa depan nanti akan menikah. Itu hal yang asing bagiku. Cinta, kasih sayang, membayangkannya saja aku tidak bisa."

"Hei, Jin Ling. Kau pasti akan menemukan cintamu." Yakin, Jingyi.

"Benarkah? Memangnya ada orang yang mau menerimaku?"

"Aku tidak tahu kalau kau bisa setidak percaya diri ini."

"Aku cuma manusia, bukan Wei Wuxian." Ucap Rulan, malas.

"Kau pikir Wei Wuxian bukan manusia? Terus apa?"

"Setan!" kata mereka berbarengan lalu tertawa.

"Kalau Hanguang-jun mendengarnya pasti kita akan disuruh menyalin peraturan sekte tiga puluh kali," Kata Jingyi masih dengan tawanya.

"Kita? Kau saja kali. Aku kan bukan anggota sekte gusu lan."

"Kata siapa hanya sekte gusu lan yang bisa dihukum?" Mereka berdua melirik ke sumber suara. Itu– LAN XICHEN! Sial. Bagaimana ini!?

"Membicarakan orang di belakangnya itu dilarang, benarkan Lan Jingyi?" Kata Lan Xichen, masih dengan senyum terbaiknya.

"Iya, Zewu-jun." Jingyi dan Rulan semakin menundukan kepalanya.

Takut.

"Bagus, sudah tau sekarang harus apa?"

"Menyalin peraturan dengan handstand." Jawab Jingyi, pasrah. Ya, dewa. Rasanya mereka ingin menangis sekarang. Lan Xichen dengan senyuman mautnya itu membuat mereka merinding.

"Benar sekali, sekarang salin peraturan empat puluh lima kali saja." Saja!? SAJA KATANYA!? Rulan ingin pingsan mendengarnya. Siapapun tolong.

"Jingyi dan calon ketua sekte Jin silahkan lakukan hukuman kalian. Saya permisi."

Rulan jatuh terduduk di depan Jingyi, "Mau taruh dimana wajahku yang rupawan ini."

"Jangan berlebihan, ayo kita lakukan saja hukuman kita." Jingyi berdiri dan menarik Rulan.

Sekarang mereka berdua sudah di perpustakaan paviliun. Jingyi dengan mudahnya handstand sambil menulis. Lah, dia!? Kerjanya setiap hari jika tidak berlatih memanah, ya, berlatih pedang. Mana bisa handstand begini.

"Jingyi, kau melakukannya dengan saat mudah," keluh Rulan.

"Saat pertama kali memang sulit, kau hanya perlu terbiasa."

"Sialan, Lan Jingyi!"

Sizhui masuk ke perpustakaan, baru saja Rulan ingin meminta bantuan tapi, "Aku disuruh untuk mengawasi kalian, bukan membantu." Argh, Rulan benar-benar ingin menangis sekarang.

"Sizhui, demi apapun, aku tidak bisa! Bisakah, kau, itu, ya, menolongku... sedikit?" Persetan dengan harga dirinya.

"Aku akan membantumu... handstand. Biarkan aku menahan kakimu."

"Terserah kau saja."

Sizhui benar-benar membantunya! Tapi masih saja susah menulis seperti ini. Sialan!

"Aduh!" Badannya lagi-lagi jatuh.

"Sizhui, bagaimana kalau kau saja yang mengerjakan hukumanku," pinta Rulan.

"Aku... tidak bisa. Kalau ketahuan hukumannya akan ditambah."

PENGIN NANGIS SAJA RASANYA.

"Bagaimana kalau kau yang menulis, aku yang handstand?" Tawar Rulan, lagi.

"Tidak, tidak, bagaimana kalau aku yang handstand, kau yang menulis."

"Baiklah, lagipula aku tidak bisa handstand."

Hukuman selesai, tanpa ketahuan kalau mereka melakukan kecurangan. Jingyi sudah ngedumel sejak tadi, kenapa hanya Rulan yang dibantu!? Namanya juga lagi mabuk asmara.

Kita remaja yang sedang di mabuk asmara.

The Truth And Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang