Kharisma

100 2 0
                                    

Langkah gontaiku menuju laboratorium, cuaca hari ini begitu terik, kududuk mengusap lelehan keringat dikeningku, kutegak botol berisi air mineral, berjalan lagi dibawah pohon rindang depan lab.

Suasana begitu gaduh karena jam istirahat, kupejam mataku lalu kubuka mataku untuk menoleh kekanan, samar-samar kulihat seseorang, berjalan tegap, jaraknya cukup jauh, dia adalah cowok yang aku lihat kemarin, perkenalkan, dia guru baru disekolahku, entahlah hatiku sepertinya tertarik padanya. Tapi mungkinkah perasaanku ini akan tersampaikan. Aku kira dia bukan siapapun di sekolah ini, karena tidak pernah kudapati sebelum ada acara karnaval seminggu lalu.

*************

Aku tidak pernah mengenalnya bahkan aku tidak pernah punya kesempatan untuk tau namanya, dia sangat berbeda, langkahnya begitu memukau, tatapanya, pertama kali melihatnya aku..aku..merasakan suhu tubuhku naik turun, panas dingin, jantungku berdegub kencang. Seperti aku sedang jatuh cinta,saat pertama melihatnya. Siapa namamu, kau dari mana? Aku tidak tau. Yang aku tau kau pandai melukis canvas, tubuh dan perasaanku.

Minggu minggu berlalu sejak saat itu, aku jarang melihatmu, hingga suatu ketika, aku tidak melihatmu sama sekali sekalipjn secara tidak sadar aku mengintip setiap melewati ruang manual. Perasaan gundah, kacau, aku tidak pernah melihatmu lagi, dan aku mulai merindukanya.

Ingatanku mulai berputar, teringat tanganmu mengoles warna di tanganku, merah, putih, hijau, serta pelangi di fikiranku, mengingat itu saja aku merasa malu. Perasaan lebih dari sekedar ongin berjumpa, aku ingin tau namamu.

Tapi mungkinkah aku bisa melihatmu lagi, kau dan aku jauh berbeda, aku hanya seorang anak didik, dan kau pengajar, mungkinkah kita bisa berkenalan atau hanya bisa saling menatap saat bertemu, atau hanya untuku mengucapkan selamat pagi saat berpapasan denganmu, atau aku bisa menggenggam tanganmu saja?

Saat aku tidak bisa melihatmu aku sulit untuk berfikir, meski aku punya kehidupan lain diusia belasanku. Mungkinkah kita akan mencinta layaknya orang dewasa. Kita akan pergi bersama, mungkinkah bisa? Imajinasiku saja.

Pikiran itu mengganggu jalinan perjalanan percintaanku. Hingga ternyata aku adalah seorang penyendiri dengan menghadapi sobeka sobekan puisi cinta dan kekaguman, tapi itu hanya imajinasi tanpa kehadiran nyata sesosok....

Hingga di semester genap kumulai berfikir untuk menerima ajakan perkenalan seseorang, kami semakin akrab.

Secret Silent (my teach love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang