"Aku pikir mungkin kita sama hehe, sama-sama dalam kondisi yg menyedihkan"
__________
Suasana hening sesaat. Ucapan lirih dari Genio tentu saja membuat Hanna termenung. Selama ini, ia selalu dikelilingi oleh teman-teman yang katanya baik, ia selalu memiliki dukungan dari semua orang.
Tapi kenapa? Ketika melihat Genio, hatinya selalu terasa tercabik-cabik. Ia merasakan rasa bersalah yang amat sangat, padahal ia sama sekali tidak melakukan apapun, bahkan Genio adalah orang asing yang baru ia kenal kemarin.
"Geno punya Hanna kok!" Hanna tergagap, bingung harus mengatakan apa untuk menghibur Genio.
"Hm, gue punya lo."
Hanna tersenyum membalasnya. Dia dan Genio adalah teman, meskipun tidak seakrab layaknya teman yang Hanna impikan.
"Geno jangan sedih lagi, Hanna udah jadi temen Geno kan? Senyum coba! Ngapain murung gitu!" Gerutu Hanna berpura-pura cemberut.
Sikapnya dianggap angin lalu oleh Genio, dan tak terduga lelaki itu juga membalas senyumnya. Keduanya terdiam, sama-sama bingung dengan situasi ini.
°°°
"Hanna kemana ya? Biasanya jam segini, dia borong makanan kantin." Tanya Valle bingung, sedari tadi ia melihat sekitar sama sekali tidak menampakkan wajah ceria gadis itu.
"Sama Genio, mungkin."
Shena duduk di kursinya, memasang wajah datar dan sibuk membaca buku novel tebal di meja. Elly mengangguk menyetujui, sepertinya iya.
"Hanna udah mulai akrab sama Genio ya? Setahu gue, si pendiam Genio itu susah diajak ngobrol." Elly menopang dagunya.
"Waktu itu sempat nyapa, tapi cuma bilang selamat pagi doang." Imbuh Viola ikut-ikutan duduk dan memasang wajah serius.
Valle yang tak tahu apa-apa, kini hanya bisa bingung menatap ketiga temannya. "Hah? Kalo deket kenapa? Kalo mereka pacaran gapapa, setidaknya Hanna gak keliatan nolep-nolep amat."
Brak!
"Berisik!"
Gebrakan dari Shena membuat ketiga temannya menatap gadis itu penuh tanda tanya. Biasanya Shena akan bersikap tak peduli dengan sekitar, namun kali ini sikapnya terlihat aneh.
"Lo kenapa? Kayak gasuka gitu?" Tanya Valle bingung.
Shena menggeleng, lalu meninggalkan kelas.
Baru dua langkah dari pintu, ia berpapasan dengan Genio. Diam-diam, matanya memperhatikan gerak-gerik Genio. Dari lelaki itu yang kadang tersenyum ketika Hanna berceloteh ria.
Dua orang itu berlalu pergi. Shena masih menatap kepergiannya, dan menghela nafas. Ia balik berjalan kearah kelas, karena bel sudah berbunyi.
Semua murid berlarian memasuki kelas. Kebetulan hari ini pelajaran renang, jadi cukup santai. Perlahan-lahan, murid kembali sibuk mengambil baju renang di lemari masing-masing.
Begitu juga dengan Shena. Ia mengikuti kemana para teman sekelas berjalan, dan sampailah ke kolam renang besar. Ia mengganti bajunya, dan memperhatikan semua orang sibuk dengan pasangan masing-masing.
"Shena udah punya pasangan? Bentar lagi praktek nya dimulai." Seorang guru cantik menghampirinya, Shena menggeleng jujur karena ia memang tidak memiliki pasangan untuk diajak kerja sama.
Guru itu mengedarkan pandangannya, dan melihat Genio yang juga tengok kanan-kiri seolah mencari sesuatu.
"GENIO! SINI, KAMU SAMA SHEN--"
"--GENO SAMA GUE LAH, jangan main ambil pasangan dong Bu!"
Hanna menarik Genio menjauh. Sebelum itu Hanna sempat membalas teriakan guru tadi, terlihat jelas Hanna sedang kesal.
"Enak aja asal ambil, pilih sendiri dong! Manja banget, nyari pasangan aja gabisa, dih!" Omelnya menghentakkan kaki.
Pergerakannya seketika terhenti ketika mendengar Genio dibelakangnya terkekeh.
"Lo marah ya?"
"Iyalah Hanna marah! Geno juga! Tadi ngapain diem aja gak nyusul Hanna?! Entar diambil sama orang lain."
"Buktinya gue masih jadi pasangan lo, kan?"
"T-tapi kan tadi hampir diambil!" Sergah Hanna mencoba membela diri.
"Yaudah, gue ngalah."
Disisi lain, Shena tetap santai memperhatikan para murid yang sibuk praktek itu. Ia disini hanya bisa duduk menonton, malas sekaligus memang tidak punya pasangan.
Ia sempat kesal ketika Hanna membalas teriakan guru tadi, semua berjalan seperti yang Shena benci. Hanna mulai lupa diri pikirnya, benar kata orang.
Jika kacang menemukan kulit baru, ia akan melupakan kulit lamanya.
"Ngapain disini? Lo gak ikutan?" Tanya Viola.
"Males."
"Males atau lo cemburu?" Viola cengengesan melihat tatapan tajam Shena. Namun ia tahu, tadi sudah jelas dengan sangat Shena cemburu.
Ia tahu, Shena menyukai Genio.
"Gajelas lo!"
"Canda, dibawa santai aja. Yok ikutan praktek!"
"Gausah."
°°°
Give me vote and comment ^^To be continued
I hope you always happy
KAMU SEDANG MEMBACA
Hannaya || On Going
Teen FictionBagaimana rasanya dipertemukan dengan seorang gadis yang kadang ceria? Kadang gila? Kadang juga terlihat menyeramkan?. Genio dibuat bingung oleh gadis bernama Hanna, gadis dari negeri bunga sakura yang sukses membuat perhatiannya terpusat hanya kepa...