I

48 8 6
                                    

.
.
.
.
.

.

"Berjanjilah satu hal kepadaku, ketika aku pergi nanti kumohon setelah ini hiduplah dengan lebih baik tanpa diriku...."

    
Wanita berambut hitam legam itu menghembuskan napasnya perlahan, ditatapnya selembar surat yang berada ditangannya. Kenangan-kenangan itu kembali berputar di lautan pikirannya. Ia ingin menangis, namun kedua manik indahnya itu terlalu lelah untuk mengeluarkan buliran bening yang kini tengah nyaman bersembunyi dibalik kelopaknya.
     
"Bagaimana caranya? Bagaimana caranya aku bisa hidup dengan baik tanpamu?! Katakan! Beritahu aku bagaimana caranya?!" Wanita itu berteriak sembari meremat ujung surat yang tengah dibawanya. Dan buliran bening yang bersembunyi indah itu pun lolos dari pelupuk matanya, ia menangis.
      
Tangisan penuh frustasi itu menggema di ruangan kamar miliknya. Sudah 3 minggu sejak ia menemukan selembar surat yang tergeletak indah diatas meja rias miliknya. Wanita itu tak habis pikir, bagaimana bisa teman hidup yang sudah menemaninya selama 5 tahun terakhir pergi meninggalkannya? disaat dirinya tengah membutuhkan sosok itu.
      
Terlarut dalam kesedihannya, wanita itu tak menyadari adanya ketukan dari pintu kamarnya. Dan ketukan itu terdengar lagi ketika wanita yang tengah menangis itu mengambil tisu untuk menghapus air matanya. Mendengar ketukan tersebut, ia pun berusaha menetralkan dirinya sendiri.
      
"Hyeona kau didalam?" Suara seorang laki-laki menginterupsi rungu milik wanita itu. "Y-ya ini aku" jawab wanita bernama Hyeona tersebut. "Bolehkah aku masuk?" Terdengar pertanyaan dari laki-laki tersebut.
    
Hyeona memejamkan kedua matanya lalu menghembuskan napas, "Masuklah, pintunya tidak ku kunci" ucapnya kemudian. Dan pintu kamarnya pun terbuka, memunculkan sosok laki-laki bertubuh tinggi. Dengan suara beratnya laki-laki itu bertanya "Kau baik-baik saja?". Hyeona menundukkan wajahnya, lantas mengangguk perlahan.

Laki-laki itu menghembuskan napasnya, kemudian melangkahkan kakinya mendekati Hyeona yang kini tengah terduduk di sofa. Menyentuh pundak Hyeona, kemudian ia berucap "Bersiaplah, persidangan dimulai 30 menit lagi."

Hyeona menjawabnya dengan sebuah anggukan, lalu laki-laki iti melangkah keluar dari kamar milik Hyeona. Sesaat setelah laki-laki itu keluar, Hyeona bangkit dari duduknya lalu melangkah menuju nakas yang diatasnya terdapat foto berbingkai sosok laki-laki tengah tersenyum lebar hingga kedua matanya menyipit tak terlihat.

Hyeona meraih foto tersebut lantas berucap perlahan, "Aku akan menyelesaikan masalah ini untukmu."











tbc.







Welcome di project keduaku!!
Setelah sekian purnama akhirnya aku menulis lagi, dengan cerita yang mungkin akan lebih panjang dari ceritaku yang satunya dan tentunya dengan konflik yang berbeda atau bisa aja lebih berat konfliknya.

So, enjoy it ya guys!
aku harap kalian suka sama ceritaku yang satu ini hehe, harap dimaklumi seorang aku yang masih amatiran ini, nantikan keseruan cerita ini di chapter2 selanjutnya ya!!

Jangan lupa vote dan komennya ya!
See you in next chapter!💜💜

~fy🐣

ANCORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang