✿ LIFT ✿

7.2K 534 15
                                    

Sakura memandang penuh rasa bosan pada pria yang tengah bercengkrama dengan para kolega perusahaannya itu, Uchiha Sasuke, pria berambut raven yang merupakan bos nya sekaligus tunangannya.

Dia dan juga Sasuke telah dijodohkan dan saling mengenal semenjak masih kecil karena keduanya tinggal di lingkungan perumahan yang sama, sekolah yang sama dan juga universitas yang sama bahkan berada di satu perusahaan yang sama.

Saat mengetahui jika mereka dijodohkan, keduanya sama sekali tidak merasa keberatan sedikitpun. Mereka berpikir jika itu adalah pilihan terbaik daripada harus dijodohkan dengan orang yang sama sekali tidak mereka kenali sebelumnya, mengesampingkan mengenai perasaan, keduanya adalah pasangan yang sangat sempurna.

Kembali lagi pada Sakura yang tengah dilanda kebosanan, dia terus memainkan ponselnya untuk membunuh waktu.

Dia datang kemari menemani Sasuke, tapi pria itu malah asyik bersama dengan orang lain dan mengabaikan keberadaannya.

Sudah mencapai lebih dari batas toleransi nya, Sakura perlahan melangkahkan kaki berbalut high heels merahnya menuju sang tunangan.

Mengulas senyum tipis diwajahnya, Sakura menyentuh bahu Sasuke meminta pria itu untuk memberikannya waktu untuk bicara.

Mengerti akan hal itu, Sasuke mengucapkan beberapa kata pada rekannya dan membawa Sakura untuk bicara di balkon.

"Ada apa?"

"Bisakah aku pulang lebih dulu?" jawab Sakura to the point, dia benar-benar ingin pulang sekarang.

Sasuke memandang Sakura penuh tanya, "Kenapa?"

"Tidak ada, aku hanya.. hmm.. sedikit tidak enak badan" Sakura berbohong, tapi apa bedanya jika dia berkata jujur jika dirinya merasa mati kebosanan disini. Yang paling menjengkelkan adalah melihat pria itu dikelilingi para wanita kurang belaian yang katanya berasal dari keluarga terhormat.

Menganggukkan kepalanya mengerti, Sasuke mengeluarkan handphonenya bersiap untuk memanggil seseorang "Aku akan menelpon sopir, kau pulanglah dengannya"

Lihat. Pria ini bahkan tidak menawarkan untuk mengantarkannya pulang, dasar bajingan sialan. Untungnya Sakura juga tidak peduli, jika itu wanita lain maka besar kemungkinan jika pria bermarga Uchiha itu sudah habis di sumpah serapahi.

"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri dengan taksi" ya, tentu saja dia tidak membawa mobilnya karena tadi dia berangkat kemari bersama dengan pria ini.

"Tidak bisa, pulanglah diantar dengan sopir. Ini sudah malam, tidak aman bagimu"

Menghela napas, Sakura menyerah dan menganggukkan kepalanya setuju. Berdebat dengan pria ini hanya akan memperpendek stok kesabarannya, lebih baik dia mengalah saja sekarang.

Mengabaikan Sasuke yang kini kembali sibuk dengan para koleganya, Sakura melenggangkan kakinya pergi. Tapi tidak seperti yang dia rencakan sebelumnya, Sakura justru pergi menuju bar yang berada di lantai bawah tempat pesta berlangsung.

Wanita cantik itu menghabiskan satu jam penuh ditemani wine, mengabaikan tunangannya yang sudah pasti tidak memperdulikannya dan sibuk dengan dunianya sendiri.

🥃

"Senang bertemu dengan Anda, Nona Hyuga"

Wanita itu menggeleng lembut, "Panggil aku Hinata saja"

Sasuke mengangguk sembari menekan tombol elevator menuju lobby. Sedari tadi dirinya dan Hinata asyik berbincang sampai pesta berakhir dan kini jarum jam telah melewati angka sebelas. Orang-orang mulai berpamitan dan satu persatu turun dari lift. Selagi ingat, ia menelpon supir pribadinya.

"Maito-San, jemput aku di lobby. Kau sudah selesai mengantar Sakura pulang kan?"

"Maaf Tuan, saya tidak mengantarkan nona Haruno pulang karena sedari tadi nona Haruno tidak kunjung datang.."

"Apa?"

Sasuke gelagapan. Kemana Sakura? Bukankah tadi dia bilang ingin pulang? Jangan bilang ia pulang sendiri tanpa diantar?!

Sasuke langsung menutup sambungan telepon menghentikan sopirnya yang terus meminta maaf.

Ia berpamitan pada Hinata secara singkat dan pergi untuk mencari keberadaan tunangannya.

Bak kesetanan, pemuda bermarga Uchiha itu mencari Sakura di semua lantai dan ruangan ia telusuri namun Sasuke belum juga menemukan tunangannya itu, ia panik. Dasinya yang terpasang rapi kini sudah berantakan dan anak rambutnya mencuat-cuat liar. Hampir saja ia memanggil polisi jika saja pada lantai 10 lift tidak terbuka dan Sakura datang memasuki lift ketika dirinya hendak turun ke lobby.

"Haruno Sakura!"

"Oh.. pestanya sudah selesai?" ia bertanya dengan sengaja, padahal dalam ingatannya ia tahu persis orang-orang mulai pulang pada pukul sepuluh. Penasaran kolega spesial macam apa yang membuatnya betah menunggu sampai satu jam "Kukira kau masih terlalu asyik dengan, ekhm! Rekan bisnismu itu"

Sasuke merengut tidak suka dan berjalan ke arahnya secara perlahan, menyudutkan badan mungilnya. Sakura menahan nafas saat Sasuke merunduk dan mensejajarkan pandangan, mata elang itu menatap tajam seakan ingin memakannya hidup-hidup. Sakura hampir saja menyerah, beranjak mendekat untuk memberikan kecupan di bibir tipis itu jika ia tidak menyadari bahwa parfum Sasuke kini sedikit berganti.

Seperti.. parfum wanita.

Sesak.

Rasanya sesak.

Sakura meletakkan kedua tangannya di dada Sasuke dan mendorongnya perlahan.

"Menjauh dariku! Baumu memuakkan!"

Sasuke menggeram tak suka, dia mencengkram rahang Sakura cukup kuat "Jangan membuatku marah Sakura"

Menyentak tangan tunangannya, Sakura menatap tajam pria dihadapannya "Tidakkah kau harusnya berkaca? Pantaskah kau mengatakan hal itu kepadaku? Pantaskah pria yang menghabiskan waktunya di pesta dengan wanita lain dan mengabaikan tunangannya untuk pulang sendirian, marah seperti ini kepadaku?!"

Seketika Sasuke membeku, dia telah melakukan kesalahan. Dia melupakan Sakura di pesta dan terlalu asyik dengan rekan bisnisnya, dia mengabaikan Sakura.

"Maaf. Kau tahu aku tidak bermaksud–"

Sakura merasa sangat kesal, dia berniat untuk keluar dari lift. Tapi Sasuke menghentikannya dan menariknya untuk masuk kembali kedalam dan langsung menciumnya dalam.

"Ahh.. apa yang kau lakukan?!"

TBC

the next chapter is public sex, having sex in an elevator can be called public sex right?

LIFT (Two Shoot)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang