Hall #02 || Pagi dan Padi

56 21 13
                                    

"Rapi-rapi banget."

Danu yang baru saja selesai mandi langsung duduk di salah satu kursi di ruang makan. Ditatapnya ketiga anak laki-laki yang sudah memakai seragam putih abu-abu itu dengan tatapan senang, lengkap dengan senyuman yang mengulum di bibirnya.

Mereka yang ditatap tidak menghiraukan kehadiran Danu, dan masih sibuk dengan nasi goreng yang sedang mereka santap.

"Berasa jadi ayah beranak tiga deh gue," kata Danu, sembari mengambil nasi goreng untuk dia makan.

Daniel yang tadinya mau menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya, malah tidak jadi dan langsung melengos menatap heran muka kakaknya. "Lah, Daniel kan adeknya abang, bukan anaknya abang."

Jihan dan Tian hanya tertawa kecil saat melihat wajah senang Danu berubah menjadi bingung tepat setelah mendengar perkataan dari Daniel. Tawa mereka berhenti ketika mendengar suara yang cukup keras dari arah tangga.

"KOK NGGAK BANGUNIN GUE!"

Mereka berempat menoleh ke sumber suara dan mendapati Mada yang berdiri tak jauh dari mereka, ia sedang mengucek matanya.

Tian terkekeh lantas berbisik pada Jihan yang duduk disebelahnya. "Lagi bersihin belek, tuh."

"Anj— Astaghfirullah."

"Bang Mada tadi dibangunin sama kak Jojo sebelum kak Jojo pergi, tapi bang Mada nya nggak bangun," kata Daniel.

Mada berjalan ke arah wastafel. "Oh ya? Kok nggak kerasa dibangunin?" tanyanya, sambil mencuci tangan.

Tian bergumam pelan, "Kebo mana sih yang bisa bangun cuma karena diteriakin."

Mada jelas mendengar apa yang Tian katakan, namun karena terlalu malas bertengkar dengan Tian di pagi hari, akhirnya ia hanya mengabaikannya dan langsung duduk memakan sepiring nasi goreng yang telah tersaji di meja. "Makasih, Ji."

Jihan mendongak ke arah Mada yang duduk di hadapannya. Ia sepertinya paham kenapa Mada berterima kasih padanya. Jihan terkekeh sebelum akhirnya berujar, "Bukan gue yang ngambilin, tapi Tian."

"IYA SAMA-SAMA." Itu suara Tian yang sudah selesai makan, dan sekarang sedang berjalan ke wastafel untuk menaruh piring kotornya. Saat Tian hendak mencuci piringnya, Mada memanggil namanya, yang lantas langsung membuat Tian berhenti dan menoleh ke Mada yang masih di meja makan.

"Ga usah dicuci. Biar gue aja."

Tian menarik senyumnya lantas membuat kata ok dengan jari telunjuk dan ibu jari nya.

"Kalian berangkat sekolah nya gimana?"

Jihan yang sudah selesai makan merespon pertanyaan dari Mada. "Pake motor, gue kan bawa motor."

"Jalan kaki lah, deket ini."

"Jauh, Yan. Lo sama gue aja deh, gapapa. Daniel dianter sama bang Dan—"

Mada dengan cepat memotong perkataan Jihan. "Udah kalian bertiga ntar ikut gue aja. Gue mau balik ke rumah, jadi sekalian nganter kalian, gimana?"

Ketiga anak berbaju putih abu-abu itu tidak merespon Mada, mereka malah saling lirik-lirikan.

"Pulangnya gue jemput! Gue traktir juga!"

"OKE AYO BERANGKAT!" seru Tian. Padahal dia belum memakai sepatu.

"Kebetulan deh, gue ada urusan pagi ini. Titip adek gue ya, gue berangkat dulu." Danu pun beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan piring nya di meja makan.

Daniel yang melihat piring Danu masih di meja, langsung sigap mengambilnya.

"Taruh aja, nanti Abang yang cuciin. Udah Daniel pake sepatunya sana." Mada melirik ke Jihan yang dari tadi hanya diam menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan "Lo kenapa, anjir? Sana pake sepatu Lo!"

Rumah Satu Semester || Ywy3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang