Awal Pertemuan

2 0 0
                                    

Pertemuan pertama mereka berawal dari kejadian yang tidak menyenangkan, bahkan mungkin terkesan konyol—walaupun tidak sekonyol Dion tentunya. Tetapi, tetap saja kejadian itu sangant membekas, terutama di dalam ingatan Hana.

Jika tidak salah, hari itu sudah mulai masuk musim kemarau. Pagi hari. Sinar matahari menyinari lembut. Langit biru sejauh mata memandang, tampak bersih tanpa adanya gumpalan awan. Gerombolan burung berterbangan, bersahut-sahutan di langit sana. Sesekali mereka berputar-putar, menukik rendah, lantas kembali terbang tinggi. Angin sepoi-sepoi berhembus, memainkan anak rambut, menambah sejuk cuaca di pagi itu.

Ketika itu Hana masih berusia 4 tahun, masih seorang gadis kecil yang manis. Dengan pipi tembam dan rambut yang dikuncir dua kreasi Mamanya, tampak lucu. Ia sedang bersepeda ria, mengitari komplek rumahnya, menikmati udara pagi. Terkadang keluar senandung lagu dari mulut kecilnya, tiba-tiba berteriak semangat ketika menaiki tanjakan, dan berseru senang di jalan menurun.

Nahas, ia tidak menyadari bahwa dari arah sebaliknya, seorang anak laki-laki sepantaran dengannya, meluncur dengan skateboard. Dengan penuh gaya ia melewati genangan air, kerikil, tumpukan dedaunan, dan kucing yang sedang menyeberang. Ia juga tidak menyadari, bahwa ada Hana yang sedang meluncur kearahnya. BUK! Tabrakan itu tak dapat terhindarkan. Mereka berdua terlempar, jatuh ke dalam selokan. Sepeda dan skateboard mereka ikut terjatuh. Mereka terjerembap, badan mereka basah dan kotor. Apalagi kuncir rambut Hana, sudah tidak berbentuk.

Anak laki-laki itu perlahan berdiri, meringis memegangi kepalanya yang jatuh terlebih dahulu. Ia membantu Hana yang mulai menangis, mencoba menenangkannya.

"Maafkan aku. Aku tidak melihatmu tadi," anak laki-laki itu menundukkan kepalanya, merasa bersalah.

"Tidak, ini salahku. Aku sedang asyik bernyanyi, tidak awas ke depan," Hana menggeleng, menyeka matanya.

"Mari, aku antarkan kamu ke rumahmu. Kita tidak bisa pulang sendiri-sendiri dengan pakaian sekotor ini.," anak laki-laki itu beranjak mengambil skateboard miliknya, menentengnya di bahu. Sementara satu tangannya menggiring sepeda milik Hana. Sepeda itu nampak penyok di bagian depan.

Dion berjalan perlahan. Hana mengikutinya dari belakang.

"Di mana rumahmu?"

Hana menyebutkan alamat rumah miliknya.

"Rumahku juga disitu. Kita searah."

Hana mengangguk, masih sesenggukan.

"Oh iya, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Dion. Siapa namamu?"

"Kamu bisa memanggilku Hana."

"Hana," Dion mengulanginya. "Nama yang bagus."

Hana tersipu malu. "Terimakasih."

"Apakah ada yang terluka?"

Hana menggeleng pelan. Dia baik-baik saja.

"Syukurlah. Paling kita berdua hanya dimarahi soal baju kita yang kotor," Dion tertawa, mencoba mencairkan suasana. Hana ikut tertawa, mengangguk.

Hening kembali. Lima menit kemudian, mereka sampai di rumah. Dion dan Hana melongo.

"Kamu," Dion menoleh kearah Hana. "Tetanggaku selama ini?"

Hana menyeringai datar. "Aku pun baru tahu."

Dion menepuk dahi, tertawa pelan. Kemudian ia menyerahkan sepeda milik Hana. "Aku masuk duluan. Senang berkenalan denganmu."

"Aku juga, senang berkenalan denganmu," Hana tersenyum.

Mereka berdua kemudian masuk ke dalam rumah, disambut oleh Mama. Apa yang terjadi selanjutnya? Tentu saja Mama marah, melihat anaknya nampak kotor.

"APA YANG HABIS KAMU LAKUKAN? KENAPA BAJU KAMU BISA SEKOTOR INI?" suara teriakan para Mama galak itu terdengar dari masing-masing rumah. Mereka berdua hanya bisa memasang wajah tanpa dosa.

Begitulah, hingga akhirnya mereka sering bermain bersama. Terkadang Dion mengunjungi rumah Hana, begitupun sebaliknya. Orangtua mereka pun akhirnya saling mengenal, apalagi mereka bertetangga. Hingga akhirnya mereka masuk ke sekolah dasar yang sama, bahkan sekelas. Mereka sering pulang bersama, bermain bersama, belajar bersama, bahkan membeli buku bersama. Kebersamaan mereka terus berlangsung hingga SMP dan SMA, sampai akhirnya Hana menyadari, bahwa ia menyukai Dion. Anak laki-laki yang 14 tahun lalu telah menabraknya. Anak laki-laki yang 14 tahun lalu mengantarnya ke rumah, kemudian mengetahui fakta bahwa mereka ternyata bertetangga. Anak laki-laki yang selama ini selalu menemaninya.

Namun, apakah Dion balik menyukai Hana? Entahlah. Tidak ada yang mengetahuinya, apalagi Ray yang merupakan teman dekatnya di kelas, yang lebih sering dibuat kesal oleh tingkah Dion.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Serial Dion dan HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang