🐇
.
.
.Mengusap pelan peluh yang menetes menuruni dagu, manik (e/c) menatap Geto yang terlihat menatapnya masam.
"Kau datang lagi, Geto-san?"
Geto terlihat mengernyitkan keningnya, "kenapa kau bekerja? Kau tahu kau usia kandunganmu sudah delapan bulan kan?"
(Y/n) meletakkan kemoceng keatas meja dan membuka baju pelindung debu bagian luarnya. "Kalau tidak bekerja aku tidak bisa makan."
Jawaban yang sangat simpel tapi cukup membuat Geto terhenyak pelan, "tinggallah bersamaku."
"Tidak."
Dan ditolak dengan singkat. Geto seketika menghela nafas dan memilih duduk dikursi dekat meja melingkar yang mengarah langsung kearah dalam toko buku.
"Aku bisa menghidupimu," ujar Geto. "Kalau tinggal bersamaku, semua kebutuhanmu bisa aku penuhi."
(Y/n) menyusun buku ensiklopedia kedalam rak khususnya, "aku bukan perempuan tebal muka atau naif, Geto-san. Aku perempuan hamil tua dan tinggal dengan laki-laki lajang? Kau mau aku dicap wanita bersifat buruk?"
Geto terpekur pelan, diawal dia mengenal (y/n) dia bisa dengan mudah mengendus sifat dewasa yang dimiliki perempuan itu. Geto tersenyum tipis dibalik telapak tangannya.
Keputusannya tidak salah ketika dia menghamili (y/n).
.
.
.(Y/n) mengusap pelan perutnya terasa sangat sakit. (Y/n) sedikit menunduk merasakan tendangan dari janin yang ada didalam perutnya. Perempuan itu sesekali meringis dan meringkuk diatas kasur. Peluh keluar dan membasahi setiap sisi wajah perempuan itu.
(Y/n) hanya berharap rasa sakit yang dia rasakan berkurang meski hanya sedikit saja.
Sumi terlihat khawatir dan sesekali mengusap kening (y/n) dengan tisu. Wanita itu sedikit panik menekan dial ponsel dan mengarahkannya ketelinga (y/n).
Meminta pertolongan pada nomor pertama yang disimpan (y/n) paling atas. Suara telepon yang terhubung membuat (y/n) menghela nafas berat.
"Moshi-moshi."
"Tolong..." lirihnya pelan. "Perutku sakit, Geto-san."
Geto yang berada di apartemennya langsung berlari memasuki lift dan memencet tombol lantai satu. Laki-laki itu kentara panik dan langsung tancap gas membawa mobil kesayangnya kejalanan.
Hujan perlahan turun membasahi jalanan, Geto jadi semakin mengkhawatirkan (y/n) yang hanya tinggal berdua dengan pemilik toko buku.
Mobilnya bertengger dihalaman toko buku. Geto langsung berlari memasuki toko buku yang sudah tutup itu dan melihat (y/n) yang kesakitan diatas kasur.
Geto membawa tubuh (y/n) kedalam gendongan dan meletakkan (y/n) dikursi belakang bersama Sumi.
Geto kembali menghidupkan mobil dan mengarahkannya kejalanan besar. Tangan kiri Geto memegangi tangan (y/n).
"Apa dia akan melahirkan?" tanya Geto.
Sumi menganggukkan kepalanya.
"Kenapa bisa seperti ini?" tanya Geto sekali lagi ketika melihat (y/n) meringis dari kaca mobil.
"Aku terpeleset dikamar mandi, ugh!" pekik (y/n) pelan.
Geto mengerutkan keningnya, "kau masih tetap ceroboh seperti dulu."
"Maaf aku ugh! Akh!!"
Jalanan yang licin karena air hujan membuat Geto harus ekstra hati-hati agar tidak terjadi kecelakaan.
Mobil yang dikemudikan Geto sampai pada halaman rumah sakit besar. Geto langsung menggendong (y/n) kedalam dan meneriaki perawat yang lalu lalang didepannya.
Beberapa perawat dengan sigap mendorong sebuah bankar kearah Geto. Geto langsung meletakkan (y/n) yang meringis keatas tempat tidur bankar itu.
Geto duduk menunggu dokter dan perawat mengurus (y/n) berdua dengan Sumi disampingnya.
Geto mengambil ponselnya yang ada didalam saku celana dan menelepon seseorang.
Sumi mengamati laki-laki itu dengan kepala menunduk.
"Halo Satoru," ucap Geto begitu panggilannya terhubung.
Suara lagu yang berisik dan suara beberapa perempuan membuat Geto mengernyit, "kau ada dimana?"
"Aku ada di bar. Ada apa?"
"Suaranya berisik sekali, lupakan." keluh Geto. Jari telunjuk dan jempolnya mengusap kening. "(Y/n) melahirkan hari ini."
"Woah! Be a daddy this day? Tapi bukannya ini terlalu cepat satu bulan?" tanya pemilik nama Satoru itu.
"(Y/n) terpeleset. Aku ingin kau mulai mengamankan sekitar (y/n) dan bayi kami." kata Geto. "Khawatirnya yakuza-yakuza itu tahu aku punya bayi dan mereka mencoba membunuh bayiku."
Kekeh pelan terdengar diseberang sana, "aman aman, apa Shoko ada disitu? Seharusnya kalau ada Shoko jauh lebih baik."
"Aku tidak sempat kerumah sakit tempat Ieiri. Terlalu jauh dan bayinya mendesak keluar tadi." ucap Geto melihat kedalam ruangan bersalin lewat kaca bulat yang ada dipintu.
Geto kemudian melihat Sumi yang ternyata mendengar percakapannya sejak tadi. Tangan Geto menahan pundak wanita tua itu agar tidak gemeteran.
"Sudah ya, aku mau masuk kedalam dulu melihat prosesnya." ucap Geto mengakhiri telepon.
Geto berbisik ketelinga Sumi, "jangan beritahu siapapun mengenai percakapan tadi, termasuk (y/n) kalau kau masih ingin hidup tenang."
.
.
.🐍
.
.
..
.
..
.
.T
B
C.
.
.San: jangan diancam atuh bang bi suminya :'')
Bang Geto mainnya ancam"an nih >:(
.
.
.
..
.
.See you next chapter 🏃🏻♀💨💨💨
10 Mei 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
✧ Losing [G.Suguru x Reader]
FanfictionPertama kali jatuh cinta, tapi pada orang yang salah. Laki-laki itu tak ada bedanya dengan seorang perusak. Bukannya menjaga, malah menghancurkan. Namanya Geto Suguru . . . . . . . . . Disclaimer Original Jujutsu Kaisen: Gege Akutami Fanfiction Losi...