A Sight of Despair

34 5 0
                                    

A Sight of Despair

By. Min Sagwa

An Akafuri fanfic

Disclaimer: Kuroko no Basket @ Fujimaki Tadatoshi

Warning: Penggambaran tentang luka, darah di awal dan di akhir

Kalau yang gak suka tokoh saya bikin menderita dan berdarah-darah dimohon untuk tidak membaca. Terima kasih atas perhatiannya!

.

.

.

Selamat membaca!

.

.

.

Akashi masih terjebak dalam lamunannya ketika pedati yang membawa Kouki yang terluka sampai di perbatasan Teikou dan Seirin. Ia begitu larut akan kesedihan dan penyesalan yang mendalam. Ia melihat suaminya yang tidak berdaya dengan tatapan hampa, terlalu terkejut untuk mengatakan apa-apa.


Suaminya terbaring tak sadarkan diri dengan darah yang membasahi tubuhnya dari perut ke bawah. Akashi dapat melihatnya dengan jelas karena Ia hanya mengenakan gaun dalaman kimono berwarna putih yang usang, sangat kontras dengan merahnya darah yang mengalir dari sisi kiri perut bagian bawahnya. Wajahnya pucat pasi, Ia tidak tampak seperti Kouki yang pipinya selalu berseri-seri. Bibirnya yang biasanya merah merona kini sebiru kain beludru musim dingin. Rambut coklat lembutnya lepek dibanjiri keringat.


Ketika Akashi mendekat untuk menyentuh tangannya, Ia hanya merasakan sesuatu sedingin es. Tangannya bahkan serasa beku. Ia kacau, Akashi bahkan ragu untuk bertanya. Ia takut jika Ia mendapatkan jawaban yang tidak Ia harapkan. Pikirannya terus tertuju kepada hal yang tidak-tidak. Ia menggenggam tangan itu, berusaha menemukan nadi yang berdetak walau lemah. Ia bukan seorang ahli pengobatan, tapi Akashi hanya berharap ada hal baik. Hanya sedikit detak nadi dan itu cukup, dia harus memastikan Kouki masih hidup.


Namun tangan itu tidak memberikan jawabannya, Akashi makin gelisah. Didekatkannya wajahnya ke mulut Kouki, ada sedikit nafas di sana. Lalu Ia beralih ke dada kiri Kouki, tepat diatas jantungnya. Ia ingin mendengarnya sebentar saja. Dan suara kehidupan itu melegakan hati Akashi. Jantungnya masih berdetak Ia lemah, tapi berdetak. Ia masih bekerja, Kouki masih hidup.


"Tolong dia! Tolong selamatkan dia!" Akashi berteriak dengan putus asa


Para tabib segera mengelilingi Kouki dan dengan cepat membalut lukanya dengan kain bersih. Mereka berusaha menghentikan pendarahan dengan sia-sia. Darah masih terlihat merembes ke kain.


"Beri tekanan pada luka!" Kepala tabib berkata dengan sedikit keras.


"Pendarahannya tidak bisa berhenti!" Jawab seorang perawat.


"Beri tekanan lagi!" Kepala Tabib mencoba tenang namun ada nada kekhawatiran dalam instruksinya.


Akashi tidak kuasa melihat itu, Ia memalingkan muka dan nyaris ambruk. Ia merasa kakinya bergetar, tidak sanggup untuk menopang berat badannya sendiri. Seorang Kaisar yang telah bertarung di medan perang yang penuh kubangan darah dan mayat pun lemah dengan keadaan ini. Suaminya tengah berada di kondisi kritis, dengan luka tertusuk pedang atau tertembak panah. Akashi tidak tahu lagi. Air mata menggantung di pelupuk matanya, bersiap jatuh kapan saja. Ia hanya menahannya sekuat tenaga. Ia tidak boleh lemah, terlebih disaat suaminya tengah berjuang antara hidup dan mati. Ia harus kuat, Ia harus kuat demi suaminya.


"Kouki, kumohon bertahanlah. Aku tidak akan membiarkanmu pergi dengan kesalah pahaman ini. Aku bersalah padamu. Tolong bertahanlah agar aku bisa memerbaiki ini!" Akashi memohon dalam hati.


Sungguh, jika dia bisa menukar posisinya dengan Kouki saat ini, dia sangat bersedia. Ia yang rela menjadi pesakitan dari pada suaminya yang harus menderita. Dia tidak ingin Kouki pergi tanpa mendengar yang sebenarnya. Ia harus mengatakannya, bahwa mereka adalah soulmate.


"Maafkan aku yang tidak menyadari ini lebih cepat. Maafkan aku, maafkan kebodohanku." Akashi berkata sebelum penglihatannya menggelap. Dia merasakan badannya jatuh terhuyung ke samping, lalu berdebum dengan keras di atas tanah. Sesaat sebelum kesadarannya sepenuhnya hilang, Ia melihat Kouki perlahan membuka mata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Sight of DespairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang