Bagian 02

15 4 2
                                    

Adira pulang dengan menaiki angkot umum, ayahnya tidak menjemput dikarenakan bekerja menjaga toko sembako yang dimilikinya. Lagipula, Adira sudah biasa untuk berpergian sendiri, agar terbiasa untuk tidak menggantungkan hidup pada orang lain dan juga mandiri.

Sedangkan Putri sudah pulang terlebih dahulu diantar oleh Bu Sri, Mamahnya Putri.

Saat menunggu di halte depan sekolah, ada sebuah motor sport yang berhenti di depannya. Adira sedikit bingung, karna yang ada di halte hanya ada dirinya seorang.

Helm fullface nya terbuka dan memperlihatkan wajah tampan, dengan senyum memikat para kaum hawa.

"Hai cewek," sapa pria itu dengan senyum menggoda.

Adira menengok kanan-kiri nya. Memastikan pria itu berbicara dengan siapa, dan tidak ada orang selain dirinya disana.

"Eh, h-hai," jawab Adira ragu karena tak mengenal pria yang menyapanya kini.

"Sendirian aja, gue anter pulang yuk,"

"Saya?" tunjuk Adira pada dirinya sendiri.

"Ya iyalah, masa mak kantin,"

"Gausah kak, saya bisa pulang sendiri. Terima kasih."

Saat akan menjawab Adira, angkotan umum berhenti tepat didepan motor sport-nya.

Adira segera berdiri dari duduknya dan memasuki angkotan umum itu, tanpa memperdulikan lelaki yang masih berada diatas motornya.

"Cuek banget, seru nih," gumam nya lalu melajukan motornya meninggalkan halte yang sudah sepi.

Adira memang seperti itu, setiap ada lelaki yang mendekatinya ia berusaha menjaga jarak atau bahkan menolak.
Makannya ia masih jomblo selama 16tahun.

Sesampainya dirumah, Adira melepas sepatu nya dan menaruh pada rak sepatu dekat pintu masuk.

"Assalamu'alaikum, Dira pulang," teriak Adira menuju ruang dapur. Di dapur Adira melihat ibunya sedang memotong sayuran.

"Wa'alikumussalam, Ibu denger, Ra. Anak cewe gaboleh teriak-teriak," nasihat ibunya.

"Iya, Bu. Siaap," balas Adira dengan badan tegap dan tangan hormat layaknya tentara yang hormat pada jendralnya.

Ibu pun tersenyum melihat tingkah putri tunggalnya itu.

"Dira mau mandi dulu ya, Bu. Habis itu bantuin Ibu masak," pamit Adira.

"Iya udah sana mandi, bau kucing belum mandi," ledek Ibu sambil menutup hidung. Menggoda Adira.

"Ibu mah lebay," cibir Adira dan langsung meninggalkan dapur. Menuju kamarnya dan segera membersihkan diri.

Rumah Adira termasuk rumah sederhana namun cukup luas. Terdalat halaman depan dan halaman belakang. Hanya ada satu lantai, kamar Adira terletak dekat halaman belakang.

•••

Selesai membersihkan diri, Adira menuju dapur membantu ibunya memasak dan menyiapkan makanan sebelum ayahnya pulang.

Tepat pukul 7 malam, Ayah Adira pulang.

Setelah membersihkan diri juga, Ayah Adira segera bergabung dimeja makan yang sudah terdapat istri dan anaknya.

"Gimana tadi sekolah kamu, Ra?" tanya Ayah Adira memecah keheningan.

"Alhamdulillah, lancar Ayah," jawab Adira sambil tersenyum pada Ayahnya.

"Syukur kalo gitu, Alhamdulillah."

"Sudah dapat teman baru, Ra?" kini Ibu lah yang bertanya.

Sejenak, Adira tersenyum tipis dan menatap Ibu. "Sudah, Bu. Namanya Putri."

"Kapan-kapan ajak main sini, Ra," balas Ibu antusias.

"Iya, Bu. Insyaallah," sebenarnya Adira kurang yakin akan mengajak Putri kerumahnya atau tidak. Karena selama ini ia tidak pernah mengajak temannya kerumahnya.

Dari kecil Adira bersekolah ditempat favorite, karena nilai yang cukup untuk mendaftar pada sekolah yang kebanyakan terdiri dari siswa berada. Sedangkan Adira siswa biasa yang dibantu nilai tingginya.

Membuat beberapa siswa tidak banyak berteman dengannya. Kalau pun ada yang mendekat, pasti ada maunya. Entah minta contekan atau salin PR.

Setelah acara makan selesai, Adira menonton tv dan mengobrol ringan dengan kedua orang tua nya diruang keluarga.

Notifikasi dari ponsel nya mengalihkan pandangan Adira dari film yang berada di tv.

Salsa
Ra, besok ambil ijazah. Lo tau?

Adira mengurutkan keningnya. Dia tidak tau mengenai info penting itu.

Gue gatau, Sal. Emang besok ya?

Iya, barusan dapet info dari grup kelas

Deg !

Bahkan grup di ponselnya tidak ada info itu. Berarti dia tidak dimasukkan dalam grup kelas nya.

Adira menghela napas pelan.

Oh, gitu ya Sal. Oke deh makasih banyak info nya ya

Gue kira lo udah tau. Iya deh sama-sama. Jangan lupa besok berangkat

Iyaa, siap

Adira menghela napas nya sekali lagi, namun kali ini Ibu nya menyadari ada wajah sedih dari putrinya.

"Kamu kenapa, Ra?" tanya Ibu lembut sambil mengelus rambut Adira.

"Gapapa, Bu. Emang Adira kenapa?" kekeh Adira. Mencoba meyakinkan dan memperlihatkan sisi baik-baik saja didepan orang tua nya.

"Adira masuk kamar dulu, Bu, Yah. Ngantuk," sambil menguap Adira beranjak dari duduknya.

"Iya, selamat malam, sayang," balas Ibu Adira.

"Jangan begadang, jangan sampe beso bangun kesiangan," peringat Ayah nya.

"Siap, Ayah."

Adira memasuki kamarnya. Nuansa kamar sederhana bercat pink pastel.

Merebahkan tubuhnya diatas kasur single bed nya, Adira memejamkan mata.

Secara tidak langsung, info dari Salsa tadi membuat dirinya sadar. Bahwa ia tidak dimasukkan dalam grup kelas nya. Grup kelas saat ia SMP.

Rasanya benar-benar menyakitkan. Seakan terkucilkan.

Apa salah Adira sebenarnya? Kenapa Adira selalu dipandang sebelah mata?

Tanpa sadar, air matanya menetes. Mengingat masa-masa sekolahnya yang tidak seindah kisah film remaja yang menikmati masa sekolah bersama para temannya.

Adira berbeda. Adira sedari kecil suka menyendiri.

Hingga dada nya sesak dan kepalanya pusing karena menangis tanpa suara membuat Adira lelah dan tertidur.

•••

HAI HAI !

MINAL AIDZIN WAL FAIZIN YAA MOHON MAAF LAHIR BATIN BUAT SEMUA <3

Jgn lupa vote komennya !😡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Change is ProcessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang