Tahun ajaran baru sudah dimulai. Dimana semua murid akan kembali bersekolah setelah melewati liburan panjang akhir semester.
Adira Castarica, baru saja memasuki kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. SMA Wijaya, sekolah yang termasuk favorite karena berfasilitas lengkap dan juga terkenal akan banyak nya murid yang meraih prestasi sampai ke tingkat internasional.
Semua perlengkapan sekolah sudah siap. Seragam lengkap dan rapi, tas punggung, sepatu baru mengkilap, dasi yang berubah warna menjadi abu-abu, rambut dikuncir kuda dengan sedikit poni disebelah kanan, dan jangan lupakan senyum manis untuk mengawali pagi hari.
Ya, Adira bersyukur masih bisa diberi kesempatan untuk bersekolah disekolah impiannya.
"Ayo, Ra, cepat! Nanti terlambat," ujar pria berumur sekitar 40 tahun itu pada anaknya yang masih memakai sepatu.
"Iya sebentar, Yah," jawab Adira dengan terburu-buru mengikat tali sepatunya
"Adira berangkat dulu ya, Bu. Assalamu'alaikum," Adira mencium punggung tangan Ibu nya, dengan senyum yang masih menghiasi wajah manis nya.
"Iya hati-hati, Wa'alaikumussalam."
Adira berangkat diantar oleh sang Ayah menaiki motor. Jarak antara rumah Adira dan sekolahnya cukup jauh.
Tepat di depan pagar tinggi menjulang Adira turun dari motor ayah nya.
"Belajar yang bener, Assalamu'alaikum,"
"Siap, Ayah. Wa'alaikumussalam,"
Motor ayah Adira sudah melaju meninggalkan sekolah baru anaknya.
Adira menatap pagar tinggi yang diatasnya bertuliskan SMA Wijaya yang berwarna silver membuat tulisan itu mengkilap karena pantulan sinar matahari.
Dengan menarik napas yakin, dan senyum yang semakin melebar. Adira menggenggam tali tas punggungnya dengan kuat. Meyakinkan bahwa hal buruk tidak akan mendekatinya.
Sepatu pantofel yang mengkilap memasuki halaman sekolah, rambut kuncir kuda yang sedikit bergerak ke kanan dan ke kiri karena Adira yang sangat bersemangat untuk memulai sekolah barunya. Ia berjanji akan menjadi Adira yang lebih baik, mungkin Adira yang berbeda dari sekolah sebelumnya.
Sudah ramai murid yang memasuki lapangan sekolah, tempat dimana diadakan upacara untuk murid baru. Atau biasa disebur dengan MOS.
Adira memasuki barisan dengan tulisan papan disetiap awal barisan.
X IPS 2.
Adira tidak mengetahui siapa saja teman satu kelasnya karena memang Adira tidak sempat untuk mencari tau.
"Hai," sapa gadis berambut sebahu membuat Adira menoleh.
"Eh, Halo."
"Lo anak X IPS 2 juga kan?"
"Iya."
"Gue juga, kenalan dulu sini. Tharya Putriani, panggil aja Putri," gadis dengan senyum ramah tadi mengulurkan tangannya.
"Salam kenal, gue Adira Castarica, panggil aja Adira," Segera Adira membalas uluran tangan itu dengan senyum manis nya.
Suara keras dari pengeras suara menggema ke seluruh koridor dan lapangan SMA Wijaya untuk segera melaksanakan upacara bendera.
Semua murid segera berbaris dengan rapi dan tertib.
Tak sengaja, mata Adira menangkap sosok yang dikenal nya. Sosok yang dahulu pernah menjadi salah satu orang yang menyebabkan ia trauma.
Pikiran Adira melayang jauh dimana masih jelas teringat, perlakuan teman-teman nya dahulu membuatnya gemetar. Keringat dingin membasahi kening Adira. Bayangan masa depan yang menyeramkan sudah memenuhi pikiran Adira.
Bayangan buruk yang ia hindari bertahun-tahun, kini berada dekat dalam lingkungannya.
Trauma masa kecil nya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Change is Process
Literatura Feminina"Apa yang kau lalui hari ini, akan berpengaruh di kehidupanmu nanti." Setiap detik yang kau lewati, setiap kejadian yang kau alami, akan menjadi kenangan terbaik maupun terburuk saat nanti. Semua orang pasti berubah. Entah menjadi lebih baik atau me...