Skylar—atau yang biasa dipanggil Raya, berlari dengan tergesa ke arah gedung fakultasnya. Mobilnya dia tinggalkan begitu saja di dekat gerbang masuk. Masa bodoh, toh, nggak akan hilang karena kuncinya sudah di kantong. Kecuali yaa—diderek paksa.
Skylar bahkan nggak punya waktu lebih buat mikirin nasib mobil mercy kebanggaannya. Yang paling penting sekarang, nilainya!
Pagi ini, alarm yang memekakkan telinga nggak berhasil menyadarkan Skylar dari alam mimpi indah nya. Alhasil, pemuda manis itu harus merelakan waktu mandi dan sarapannya demi tiba di kampus tepat waktu.
Apalagi pengumuman di grup kelas yang semakin membuatnya panik, ketika sang dosen menuliskan, "Kelas pagi ini saya majukan 30 menit karena saya ada urusan jam 11 nanti. Pelajari materi kemarin, hari ini kuis." Gila saja?!
Skylar sampai harus mempertaruhkan nyawanya untuk mengebut dan menerobos rambu jalan demi dosen sialan itu.
Kalau saja nggak ada judul 'dosen killer', mungkin Skylar hanya akan menitipkan absennya ke Yordan.
"Kesiangan lagi?"
Skylar mengangguk, napasnya masih terengah-engah. Mendudukkan pantatnya di sebelah Yordan, kemudian menenggak habis botol air mineral di atas meja—yang ia duga milik sang teman.
"Heh itu punya Joanne!" Pekik Yordan, berhasil membuat Skylar menyemburkan air yang sudah setengah perjalanan ke tenggorokannya.
"Yordan nggak bilang daritadi!" Protesnya. Baju dan mejanya jadi basah kan!
"Yamaha, Ray." Yordan mengeluarkan sapu tangan dari saku, menggunakannya untuk mengelap meja serta tangan Skylar yang basah.
"Siapa lagi yang bikin kamu ngalong malem ini?" Tanya Yordan, melanjutkan topik yang sempat terpotong di awal.
"Real Madrid kesayanganku! Hehe."
"Seriusan, Ray? Kamu begadang cuma buat nonton orang lari-larian ngejar bola di lapangan kayak gitu?" Bukannya ingin melarang, Yordan hanya khawatir dengan kesehatan Skylar yang kemungkinan bisa menurun karena berkurangnya jam tidur si manis belakangan ini hanya untuk menonton bola tengah malam.
Skylar menyilangkan jarinya tak setuju, "Tapi nggak sia-sia dong aku begadang, karena akhirnya mereka menang!" Serunya antusias.
Yordan menggeleng jengah, sudah nggak bisa berkata-kata lagi, dengusan keluar sebagai penutup obrolan.
Joanne masuk ke dalam kelas dengan sebuah map di tangannya, meletakannya di meja dosen, kemudian berlalu ke mejanya yang deretannya persis di depan Skylar dan Yordan. Matanya membelalak menatap Skylar yang basah bajunya,
"Ya ampun Raya!" Joanne memekik.
"Joanne, sorry—"
"Kok kamu bisa basah?" Tangan si gadis mengipas-ngipas kaos Skylar yang basah hampir setengahnya.
"Air minum Joanne—"
"Air minum gue? Ohh astaga. Aduh, kok bisa tumpah gini? Botolnya bocor kah? Meledak? Apa tiba-tiba menguap jadi awan terus bikin Raya kehujanan di dalam kelas?"
Skylar menggeleng. Dengan tatapan bersalah, dia mengatakan, "Tadi Raya minta minumnya Joanne, soalnya kirain punya Yordan. Jadi pas tau kalo itu punya Joanne, Raya kaget, kesembur deh airnya." Matanya berkaca-kaca, bibirnya melengkung ke bawah.
Joanne memekik tertahan, "Gapapa! Minum semuanya juga gapapa kok, Ray! Kalo kurang, gue bisa ambilin segalon lagi, tinggal mesen di mas Atuy."
"Beneran gapapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
roti selai ; hoonsuk lokal
Fiksi Penggemar(roti selai) : perantara kisah cinta mereka bermula. !!disclaimer!! BxB, Homo, Gay Dom! Jihoon x Sub! Hyunsuk Don't read if you don't like Lokal Semi-baku ; harsh words Started : 13-05-2021 Finished : - Slow update. ©2021 ; 12TEUMES-