40

392 103 111
                                    

Jangan takut mencoba hal yang baru, gapailah impianmu. Tapi ingatlah, tak peduli ke mana kamu pergi, keluarga tempat kamu kembali

Siang yang terik diiringi dengan suasana yang ramai memenuhi area kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang yang terik diiringi dengan suasana yang ramai memenuhi area kampus. Ya, Seulgi hari ini tengah menyelesaikan pekerjaannya dengan dosen yang pembimbingnya di ruang laboratorium kampus.

Sebenarnya sudah sejak kemarin dosennya memanggil beberapa mahasiswa untuk datang menyelesaikan pembimbingan. Namun sayangnya, kemarin wanita itu tidak bisa datang karena harus menuruti permintaan Tiffany untuk menemaninya kemo, dan akhirnya dia sekarang harus ke kampus seorang diri.

"Um, prof," panggil Seulgi pelan pada seorang pria paruh baya didepannya. "Seulgi mau nanya, apa kemarin kak Kun sudah ke kampus ya?"

Profesor itu menoleh, meletakkan berkas-berkasnya di meja dan menatap lamat ke arah Seulgi. "Qian Kun?" tanyanya balik dan diangguki oleh Seulgi. "katanya siang ini dia baru akan datang."

"Um nanti kalau dia kesini, tolong bilangin kalau saya tunggu di McD ya prof," ujar Seulgi dengan nada kecil.

"Ya kamu bilang saja sendiri, bukan urusan saya kan?"

Mulut Seulgi menganga, astaga ia begitu bodoh, mengapa dengan PD minta bantuan ke dosennya yang jelas-jelas dia adalah dosen killer. "Ya, ga jadi prof, saya izin kembali ke RS, permisi," balas Seulgi sambil menunduk.

Namun dosen itu malah terkekeh sambil mengusap sedikit air matanya yang sudah di ujung mata. "Dasar anak muda, iya nanti biar saya sampaikan."

Seulgi tersenyum malu mendengarnya. "Ga usah kok prof, biar saya sendiri saja yang menemui kak Kun, kalau gitu permisi," pamitnya lalu keluar dari ruang laboratorium.

Kaki Seulgi berhenti seketika saat mendapati Kun berdiri di depan pintu. Dengan cepat, Seulgi menggandeng lengan pria itu dan menariknya menuju taman kampus yang kebetulan tidak terlalu ramai orang.

Mendudukkan diri di sebuah kursi panjang dengan masih menggandeng lengan panjang pria itu. Suasana saat ini hening, begitu canggung untuk Seulgi memulai percakapan. Hun, mengapa ia jadi lupa dengan kalimat yang ia akan ucapkan pada pria itu.

Kun mengarahkan tangannya, memegang dagu Seulgi dan mengarahkan wajah wanita di sampingnya agar mau menatap wajahnya. "Seulgi kenapa?"

Rasanya ingin menangis saat bisa mendengar kembali suara lembut itu. Ya memang baru sehari dua malam tidak bertemu pria itu. Lebay? Mungkin iya, tapi kalau si pria itu pergi tanpa pamit dan memberi kabar, tidak ada salahnya kan jika kita khawatir?

YOUNG PAPA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang