Karya : Ellen Audi Natasya (9) XI IPS 1
*****
Desir pasir pantai yang berwarna abu-abu, dan diwarnai gemuruh serta dentuman petir, burung burung pun enggan terbang disekitar pesisir kota.Sabtu, 31 Desember 2019 tepatnya di sebuah Kota kecil bernama Windhelm di bagian selatan, dimana masyarakat tersebut tengah merayakan festival tahunan untuk memberikan syukur atas panen yang berlimpah. Seorang gadis bernama Navier, tengah membantu Ayahnya menjajakan dagangannya di sebuah Bazaar yang telah disediakan serta tengah menunggu para pembelinya datang. Ayah Navier adalah seorang pedangan yang menjual lilin aroma, selain itu beliau juga bisa meracik sebuah obat.
Saat yang dinantikan pun tiba, Festival tersebut telah dimulai. Para penduduk bersuka cita menikmati perayaan yang mereka tunggu tunggu. menikmati hidangan yang lezat, serta menikmati alunan musik Band yang diadakan pemerintah setempat.Tidak dengan Navier, ia hanya termenung di tengah kemeriahan suasana pesta. Dia memikirkan ibunya yang tak kunjung pulang karena bekerja di Negeri tetangga. Ayah Navier mencoba menghibur putrinya sendiri dengan mengatakan ibunya akan segera pulang. Keluarga Navier memang bukan orang kaya, dia hidup dengan keterbatasan keuangan.
Festival pun berakhir pada saat sudah larut malam, dan orang orang pun segera pulang ke rumah. Navier dan Ayahnya masih berkemas membereskan sisa sisa dagangan nya untuk dijual besok dan segera pulang ke rumah.
Navier bermimpi bahwa ia melihat sebuah virus yang mematikan tiba tiba menyelimuti kota, ia panik dan akhirnya terbangun dengan sang ayah yang mencoba menenangkan nya. Ayahnya bilang jika itu hanya mimpi, dan saat ini keadaannya masih sangat normal seperti biasa. Mendengar hal itu, Navier sedikit lega karena itu bukanlah suatu kenyataan.
Saat di sekolah, Navier menceritakan mimpi yang ia alami kepada Mira sahabat nya. Mira hanya tertawa dan mengatakan bahwa itu hanya mimpi dan ia menganggap Navier terlalu serius akan hal tersebut.
Pada saat Siang harinya, tiba tiba salah satu teman kelas mengalami kejang saat sedang mengikuti pelajaran. Navier yang melihat hal tersebut secara langsung, teringat akan mimpinya. Guru guru dan petugas sekolah segera membawa anak tersebut ke rumah sakit terdekat, melihat bahwa kejang yang dialami tidak lah biasa sehingga tidak mungkin jika hanya tangani oleh UKS sekolah. Setelah itu kegiatan belajar pun ditiadakan dan anak anak segera dipulangkan ke rumah masing-masing.Navier segera memberi tahu ayahnya tentang kejadian yang dialami teman nya di Sekolah, namun ayahnya hanya mengira bahwa teman nya itu keracunan makanan saat festival semalam. Tapi, Navier tidak percaya begitu saja, ia datang ke rumah sakit untuk melihat keadaan teman nya. Setelah sampai, betapa terkejutnya ia ternyata orang orang pun banyak mengalami hal serupa, Rumah Sakit sebenarnya sudah kewalahan karena banyaknya warga yang terus berdatangan. Dari pengelihatan Navier, rata rata gejala nya seperti kejang, sesak nafas, muntah muntah dan batuk batuk. Mengingat sang ayah dalam keadaan bahaya, Navier segera kembali pulang. Benar saja disepanjang jalan, tiba tiba orang orang mulai berjatuhan. Navier menangis melihat hal tersebut, ia tidak dapat memikirkan hal lain selain keselamatan ayahnya.
Pihak pemerintah kota Windhelm mulai menginformasikan kepada warga, bahwa ada semacam virus yang baru baru ini melanda kota tersebut. Diketahui virus ini berasal dari negeri tetangga yang dibawa oleh seorang perantau ke Kota dan virus ini dengan mudah menular jika kita berada di kerumunan bersama orang lain, selain itu sampai saat ini belum ada obat yang mampu menyembuhkan nya. Bagai disambar petir, Navier takut memikirkan ibunya yang sedang berada disana.
Segera ia menemui ayahnya yang sedang sibuk berjualan. Navier mencoba menceritakan apa yang ia lihat dan ketahui tentang kejadian yang sebenarnya, Ayah Navier pun terkejut sekaligus bertanya tanya. Kemudian mereka berdua mulai berkemas dan melakukan isolasi mandiri, untungnya saja persediaan makanan mereka tersedia cukup banyak.
Sudah beberapa Minggu tidak ada lagi kegiatan kegiatan yang biasa dilakukan saat keadaan normal. Ketika Navier mengintip keluar, ia sangat terkejut melihat keadaan kota kelahirannya kini seperti kota mati, ditambah kekacauan yang disebabkan oleh penjarahan yang dilakukan para warga demi bertahan hidup. Tiba-tiba Navier bertanya akan ibunya, sang ayah yang mendengar pertanyaan putrinya itu tak kuasa menahan tangis. Ia tahu bahwa istrinya itu tidak mungkin selamat karena virus tersebut langsung berasal dari tempat istrinya bekerja. Navier tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan, tapi saat ini ayahnya lah yang menjadi prioritasnya agar tidak ikut terinfeksi dari wabah yang menyelimuti kota ini.
Berbulan bulan lamanya, warga yang masih tersisa akhirnya mendapat bantuan dari pemerintah. Virus itu kini bernama Covid-19 dan sudah bermutasi sehingga orang orang pun harus memakai masker atau alat pelindung diri (APD) jika mereka diharuskan pergi keluar rumah. Navier dan ayahnya selalu patuh mengikuti arahan dari pemerintah, Agar virus tersebut segera menghilang. Selain itu, Navier dan ayahnya rajin mengkonsumsi minuman vitamin serta racikan Ayahnya seperti ramuan jahe kunyit.
1 tahun berlalu, obat belum juga ditemukan. Namun, beberapa warga yang tersisa sudah divaksin agar menjaga jaga jika virus tersebut kembali muncul dan bermutasi. Warga yang tersisa menjalankan kehidupan seperti biasa, mengingat angka kematian terus menerus menurun namun mereka tetap mematuhi protokol kesehatan yang ada.
Navier yang telah menyelesaikan sekolah menengahnya berniat untuk mengenyam pendidikan dokter. ia terinspirasi dari kisah yang ia alami sendiri dan demi menciptakan serum atau obat penawar Covid-19.
Pelajaran yang dapat diambil Navier saat ini adalah, mungkin Mimpinya saat itu ialah sebuah pertanda agar ia dan ayahnya mewaspadai nya dari awal. Selain itu, sebuah wabah bukan akhir dari segalanya. Walaupun Navier kini kehilangan salah satu pahlawannya, hal tersebut tidak menggoyahkan niat Navier untuk menjadi pahlawan bagi orang lain di Masa yang akan datang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lampu Kehidupan
Short StoryTugas Cerpen tema Pandemi Covid-19 : Nama : Ellen Audi Natasya Kelas : XI IPS 1 No absen : 9 Judul Cerpen : Lampu Kehidupan Deskripsi : bagaimana jika Mimpi buruk mu menjadi sebuah kenyataan yang mungkin lebih buruk dari mimpi itu sendiri? atau...