Prolog

5.2K 601 164
                                    

Matahari baru saja terbit dari ufuk timur, udara masih dingin dan segar. Pagi yang indah untuk mengawali hari. Niki berjalan menyusuri pasar dengan sekarung tepung di pundak kanan dan keranjang belanjaan di tangan kiri. Bila dulu rutinitas paginya adalah berlatih pedang, maka sekarang rutinitas paginya adalah belanja keperluan toko di pasar.

Persis seperti kata Euijoo sebelumnya, hidup damai itu tidak buruk juga.

"Selamat pagi, Niki," seorang penjual daging menyapa Niki dengan ramah. Niki hanya mengangguk datar, dia masih belum bisa tersenyum.

Setelah dua langkah, Niki teringat lalu dia kembali ke tempat penjual daging itu, "Saya pesan dua kilo daging sapi."

Hampir saja dia lupa, Euijoo memintanya untuk membeli daging karena mereka akan membuat menu baru untuk pecinta daging. Apa namanya? Hamburger? Euijoo bilang mereka perlu memperluas target konsumen mereka.

"Pasti menyenangkan sekali punya anak yang rajin dan perhatian sepertimu. Anakku jam segini pasti belum bangun. Dia tidak mau membantu di toko dan bilang ingin jadi prajurit biar bisa bekerja di dojo. Tapi, tetap saja tidak ada usahanya," penjual daging itu mulai bercerita –mengeluh soal anaknya.

Niki hanya mendengarkan tanpa ikut berkomentar. Dia bukannya rajin atau apa, tapi memang hanya ini caranya bertahan hidup. Dia tinggal berdua dengan Euijoo. Mereka sudah menerima banyak bantuan dari keluarga Jay, tidak mungkin mereka bergantung terus pada keluarga itu.

Tidak seperti sese –maksudnya dua orang itu. Ah, mengingatnya membuat udara segar tadi tiba-tiba memudar begitu saja.

"Oh Niki, kau juga sedang belanja?"

Sekarang Niki seratus persen yakin bahwa tanah ini memang adalah tanah suci. Bukan tempat sembarangan. Baru saja dipikirkan, Sunoo kini sudah berdiri di belakangnya, menyapanya dengan mata menyipit karena tersenyum.

Jungwon yang berada di belakang Sunoo menatapnya sengit. Mata Niki berkedut tak suka. Bertemu Sunoo tidak apa-apa, tapi tidak dengan pengganggu yang satu itu.

"Seperti biasanya, Pak!" Sunoo memesan dengan nada riang.

"Setelah aku menyelesaikan pesanan dia, ya,"

Siapa yang tahu kalau kios daging ini langganan Sunoo dan Jungwon. Selama tinggal di rumah Jay, Sunoo menawarkan diri untuk pergi belanja tiap pagi. Meskipun itu bisa dilakukan oleh pelayan, setidaknya dia ingin berguna juga di rumah.

"Nanti malam datanglah bersama Kak Euijoo, aku akan membeli lebih banyak bahan untuk makan malam," kata Sunoo.

Jungwon spontan menoleh pada Sunoo, dia ingin protes tapi dia tidak punya hak untuk melakukannya. Jungwon masih kemusuhan dengan Niki. Entah kenapa dia merasa bahwa dirinya tidak akan pernah cocok dengan anak yang tidak pernah tersenyum itu.

Niki tidak mengatakan apapun dan hanya menjawabnya dengan anggukan. Dia membayar pesananannya lalu pergi tanpa repot-repot mengucapkan 'sampai jumpa'.

Hanya dua atau tiga bulan sejak pemberontakan reda, Niki tinggal di sini. Banyak penduduk Kota Shin yang mengenalnya dan terus menyapanya sepanjang jalan. Tidak heran, toko roti punya Euijoo ramai sekali dan dirinya yang bekerja di garis depan tentu saja banyak yang mengenali.

Tiba-tiba, seorang anak kecil menabrak kakinya dan menjatuhkan roti yang dia bawa. Saat anak itu hendak mengambil rotinya kembali, Niki mencegah. Mengatakan itu sudah kotor, lalu dia berikan sepotong apel dari keranjangnya sebagai ganti.

Niki melihat anak itu menjauh lalu beralih ke langit yang sudah semakin terang. Sesaat, dia ragu apa dia boleh menikmatinya seperti ini? Kedamaian ini rasanya tidak wajar dan sedikit membuatnya khawatir. Seolah ini hanya angin hangat sebelum ada badai yang datang ke tanah mereka.

Apalagi isu soal pertahanan yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini membuatnya semakin waswas. Meskipun dia sudah berusaha menjalani hidup damai sebagai seorang anak biasa yang bekerja di toko roti –persis seperti yang dikatakan Jake, Niki masih belum bisa menghilangkan kebiasaan dan nalurinya sebagai mantan anggota militer.

Niki berharap, "Semoga semuanya baik-baik saja."




****

Is it too early to publish the sequel?

CLANS: The Revenge| ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang