Orang-orang berkerubung di depan pagar sebuah rumah. Seorang anak dipegang erat di atas pangkuan Heeseung. Heeseung menekan titik di tengah dahi anak itu untuk mengalirkan energinya.
Heeseung sedang melakukan pemurnian.
Saat anak itu menunjukkan tanda-tanda kerasukan dan mulai merusak barang-barang di sekitarnya, tetangga langsung mendatangi Miko untuk meminta bantuan.
Selang beberapa menit, anak laki-laki itu kehilangan kesadarannya. Matanya tertutup dan napasnya kembali tenang. Heeseung memberikan anak itu untuk digendong oleh ayahnya dan orang-orang bersorak memberikan pujian pada Heeseung.
"Apa dia bermain-main dengan sesuatu?" tanya Heeseung langsung pada sang ibu.
Ibu anak itu mengeluarkan sebuah golok dari belakang tubuhnya lalu memberikannya pada Heeseung, "Golok ini sudah ada di dinding rumah kami sejak dulu. Tidak ada sejarah khusus tapi mungkin ini penyebabnya."
Heeseung menerima golok itu, mengamatinya, dan memutarnya beberapa kali. Dia tidak berkata apa-apa dan mengembalikannya kemudian, "Lain kali, berhati-hatilah."
Kerumunan ikut bubar bersama kepergian Heeseung. Jay yang mendampinginya berlari kecil untuk menyamakan langkah, "Matahari bahkan belum tinggi tapi ini sudah kedua kalinya dalam hari ini. Kau baik-baik saja, Kak?"
"Aku baik-baik saja. Setidaknya sekarang," jawab Heeseung. Memang betul bila kesehatannya sudah jauh membaik ketika gunung di belakang kota mereka meletus dulu.
"Tapi, bila ini terus berlanjut aku pikir aku akan kesulitan menanganinya," tambah Heeseung.
"Apa kita perlu mengadakan pelatihan untuk pemurnian? Tidak banyak yang bisa melakukannya di kota ini,"
Namun, Jay dan Heeseung bimbang. Bila mereka membuat pelatihan pemurnian, maka tidak akan ada cukup tenaga untuk berlatih di bagian pertahanan. Baru-baru ini, pemerintah Central yang baru –mereka menyebut diri mereka 'Dewan Pusat' membuat kebijakan agar setiap klan memiliki pasukan mereka sendiri sebagai perlindungan.
Kebijakan yang baik tapi juga merepotkan.
Jay menghela napas, dia merasa tidak yakin dengan usulannya barusan, "Sejak pemberontakan kemarin, Central juga tidak punya banyak pasukan yang tersisa."
"Kita bereskan satu masalah itu dulu. Soal pemurnian kita pikirkan lain kali. Mungkin aku akan mengatasinya dengan membuat beberapa jimat," Heeseung menepuk pundak Jay.
"Kak," panggil Jay, "Apa kau tidak merasa bahwa kasus kerasukan akhir-akhir ini sedikit aneh?"
"Kalau orang sepertimu saja merasa itu aneh, tidak ada bedanya denganku,"
Jay memicingkan mata, "Apa maksud kakak dengan 'orang sepertimu'?"
"Bukan apa-apa, lupakan saja. Menurutku tidak ada salahnya melakukan beberapa penyelidikan mulai sekarang. Seperti Sunghoon misalnya," kata Heeseung saat dia melihat Sunghoon keluar dari sebuah rumah di depan mereka.
Sunghoon yang menyadari keberadaan Jay dan Heeseung langsung melangkah cepat untuk menghampiri mereka.
"Apa yang kau lakukan, Sunghoon?" tanya Jay.
"Aku pergi untuk bertanya-tanya,"
"Tentang?"
Sunghoon melanjutkan ceritanya sambil berjalan, "Kalian ingat anak yang kerasukan setelah digigit anjingnya dua hari yang lalu?"
Jay dan Heeseung mengangguk.
"Selama ini kita mengira bahwa anak-anak kerasukan akibat mereka bermain-main dengan benda keramat atau sesuatu seperti pohon besar di hutan. Tapi, anak ini hanya bermain dengan anjingnya saja. Menurut info yang ku dapatkan, anjingnya juga adalah anjing yang jinak dan penurut. Namun entah kenapa tiba-tiba ia menggigit tuannya hari itu dan tuannya jadi kerasukan,"
KAMU SEDANG MEMBACA
CLANS: The Revenge| ENHYPEN
Fanfiction[SUDAH TERBIT] CLANS SERIES BOOK #2 "Aku pulang," AU Fantasy !baku!