Bonus Chapter: Kei

1.6K 376 112
                                    

Kei kecil terbangun di sebuah ruangan sempit dengan dinding yang dingin dan kusam, jauh berbeda dengan kamarnya di kediaman Rossen. Dia duduk sebentar untuk mengembalikan kesadaran sebelum menuruni tangga kecil yang menghubungkan ranjangnya dengan ranjang bawah.

"Sudah bangun?"

Kei tersentak sejenak, "Ah iya, selamat pagi, Marco."

Setelah selamat dari sindikat perdagangan anak-anak, Kei berjalan tidak tentu arah. Semalaman dia menyusuri Central dengan kepala menunduk, menyembunyikan penampilannya yang menyedihkan.

Lalu, seperti sebuah anugerah dari dewa, seorang pria mengulurkan tangan. Dia memberi Kei senyuman hangat yang tidak pernah Kei dapatkan sebelumnya.

Kei menerima uluran tangan itu dan di sinilah dia berakhir; sebuah panti asuhan kecil di sudut kota.

Yayasan yang menaungi panti asuhan ini tidak begitu besar dan dana yang diberikan pun sedikit. Makanya, anak-anak panti harus berusaha lebih keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Setiap pagi seusai sarapan, mereka harus membersihkan halaman dan mencuci baju. Dilanjutkan dengan mempersiapkan diri untuk bekerja mencari uang. Menjual bunga, loper koran, bahkan jasa semir sepatu. Pekerjaan apapun yang sekiranya masih bisa dilakukan anak-anak.

Awalnya, Kei yang seorang putra bangsawan kesulitan untuk beradaptasi bahkan mengalami demam tinggi di hari keduanya. Tapi, kini dia sudah mulai terbiasa.

"Tidak perlu diragukan lagi, aku memang paling suka layanan darimu," satu kalimat pujian Kei dapatkan atas hasil kerjanya mengelap sepatu. Dia sendiri terkejut, ternyata dirinya punya bakat seperti ini.

Mungkin karena dulu dia sering dipukuli menggunakan sepatu oleh ibunya?

"Kau merindukan ibumu?"

"Marco!"

"Aku sudah dengar dari kepala panti, katanya kamu masih punya ibu. Apa kamu merindukannya? Ingin bertemu dengannya?"

Kei menunduk, menatap sendu pada sepatu coklat kumal yang ia kenakan, "Entahlah. Setiap ada di samping ibu, rasanya sakit. Tapi, bila aku tidak bisa bertemu dengannya lagi, sepertinya itu juga akan menyakitkan."

"Hm... menurutku sesekali menemuinya tidak buruk juga, bagaimanapun juga dia ibumu," Marco tersenyum lebar, memamerkan giginya yang tidak rata, "Ayo kembali bekerja!"

Marco yang terlalu bersemangat, berlari sambil menarik lengan Kei dan agaknya lupa melihat ke depan. Dia menabrak kaki seseorang, menjatuhkan beberapa botol susu dan mengotori celana orang itu.

Mungkin hari ini mereka sedang sial karena bertemu dengan seorang pria bangsawan yang congkak dan pemarah, "Beraninya jelata ini mengotori celanaku! Kau pikir berapa harganya, hah!"

"Maafkan saya. Ampuni saya, Tuan!"

Plak!

Satu tamparan keras Marco dapatkan di wajahnya. Bangsawan itu menginjak Marco brutal sambil terus menggerutu tentang betapa mahal celananya yang baru saja ketumpahan susu.

"Marco! Lepaskan Marco!" Kei berusaha membantu Marco, tapi tubuh kecilnya tak cukup kuat untuk melakukannya. Kei terlempar, kulit tangannya tergores trotoar yang kasar hingga berdarah. Beberapa pengawal yang dibawa oleh bangsawan itu bukannya berusaha untuk menghentikan tuannya malah ikut menginjak dan menendang Marco beberapa kali.

Kei mengedarkan pandangan ke sekitar, mencari sekiranya ada orang yang mau menolong mereka. Tapi, tidak satu pun yang peduli. Pria yang sepatunya dia semir tadi hanya berlalu, bibi pemilik toko roti juga masih menjalankan tokonya seperti tidak terjadi apa-apa.

CLANS: The Revenge| ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang