2. Cerita di Sungai

14 2 0
                                    

"Permisi kakek," Andra menyapa pelan.

Rupanya seorang manusia sungguhan. Arin sudah overthinking saja.

Kakek yang sedang mengantuk itu terkejut dan membuka matanya, "Loh ada adik-adik ini. Kalian tersesat?"

Keduanya menggeleng.

"Sini duduk, makan dan minum dulu," ajak si Kakek sembari membuka toples kue coklat. Arin dan Andra melempar tatapan ragu.

"Eh maaf, tapi minumnya cuma dua. Satunya punya cucu kakek. Itu dia lagi mainan air."

Arin dan Andra menghempas napas lega. Keduanya mengikuti telunjuk si Kakek yang sedang tertuju pada satu objek.

Seorang anak laki-laki yang kiranya seumuran Arin, tampak asyik bermain air di tepi sungai. Ia duduk di deretan bebatuan berukuran sedang yang memanjang di sisi sungai itu.

"Itu dia kalau kepeleset gimana Kek? Licin kan batunya," ujar Andra heran.

"Gak papa. Dia jago berenang. Lagipula setiap pulang ke Majalengka, dari kecil suka kesini. Belajar mengapung pertama kali aja disini," jawabnya sebelum menyantap tempe goreng.

"Oh iya ngomong-ngomong kalian darimana? Namanya siapa atuh?"

"Dari Jakarta Kek. Aku Andra dan ini adikku Arin."

"Jauh sekali bisa main kesini. Sama siapa tadi?"

"Sama papa dan pakde. Tapi mereka lagi benerin mobil di bengkel. Terus aku nyasar sampe sini. Bukan nyasar sih, jalan-jalan aja."

"Keluarga kalian tahu?" Andra mengangguk, sementara Arin menggeleng.

"Papa tahu kita main, tapi papa gak tau kalau kita mainnya sejauh ini," kata Arin.

"Loh loh.. nanti kalau dicariin gimana? Yuk pulang aja yuk. Kakek antar," ajak si Kakek dengan nada setengah khawatir.

"Nanti dulu kek,mau main sebentar disini," ucap Andra.

Andra dan Arin main kabur saja sebelum mendengar respon si Kakek.

Arin mendekati cucu kakek yang sedang menangkap ikan-ikan kecil di sungai jernih itu. Sementara Andra, dia berburu foto-foto cantik dari pemandangan disini. Sangat asri dan kental aroma hutan. Belum suara makhluk hidup lain yang sembunyi di balik semak dan bebatuan, membuat Andra makin menikmatinya.

"Emang disitu ada ikan?" tanya Arin yang duduk di atas kerikil beralaskan sepatunya.

"Ada. Mau tangkap juga?"

"Gak. Buat apa? Nanti dimarahin
Bunda kalau bawa-bawa kaya gitu."

Anak laki-laki itu tak merespon apapun. Ia tak menggubris Arin dan lanjut bermain air.

"Kata Kakek, kamu bisa berenang ya? Katanya kamu suka main air disini," ujar Arin berusaha mencairkan suasana. Anak itu masih diam.

"Kok diem aja sih? Bisa berenang beneran gak?" tanya Arin menaikkan volumenya. Anak berjaket merah itu melemaskan pundaknya. Dengan sekantong ikan-ikan kecil di plastiknya, ia memutar tubuhnya menghadap Arin.

"Nih pegang!"

"Aku udah gak boleh berenang," lanjutnya.

"Aku gak bisa bernapas dengan baik. Ibu bilang, aku punya asma," kata anak laki-laki itu sambil memegangi area dadanya. Wajahnya yang tampak sedih membuat Arin merasa bersalah.
Arin beranjak menghampiri manusia di depannya itu.

"Maaf ya, aku gak tau," katanya pelan sambil memeluk singkat.

"Makanya aku kasih tau, kamu berisik sih."

"Hh..terus gimana?"

"Gimana apanya?"
"Kalau udah gak bisa berenang, kamu maunya bisa apa sekarang?"

"Nangkep ikan yang banyak."

"Oh ada aquarium atau kolam ikan ya di rumah?"

"Iya, disuruh Ibu cari kegiatan lain yang gak bikin cape."

"Nangkep ikan kan cape juga."

"Ya terserah kamu lah."

-
-
-
-
-
-

"Cyyyyyyy, sini Cy nyemplung!"

Acy, panggilan khusus dari Andra untuk Arin, adiknya, membuat yang punya nama menoleh cepat ke sumber suara.

Tangan sang kakak melambai-lambai ke arahnya, mengajak Arin untuk ikut nyebur ke sungai. Ya, Andra sedang bermain air disana.

Arin menghampirinya dengan emosi yang mulai naik.

"Kakak ngapain?! Kan gak bawa baju ganti. Nanti kalau dimarahin Papa gimana?!"

"Gapapa, gak akan marah. Kan kakak suka pake baju berlapis-lapis. Tuh, baju kakak ada di sana," balas Andra sambil menunjukkan pakaian-pakaiannya. Kini Andra hanya berenang dengan celana pendek dan kaus dalam.

"Ayo sini kalian nyemplung juga," ajak Andra kepada dua bocah cilik itu.

Arin langsung menolak, berbeda dengan anak laki-laki yang berada di samping Arin sejak tadi.

"Eh kamu kalau mau nyemplung, nyemplung aja. Kan gak berenang," kata Arin kepada orang di sebelahnya.

"Gamau ah takut, takut kumat."

"Nyemplung doang kan gapapa, sama kaya main air waktu kamu nangkep ikan tadi."

"Nanti kalau orang tuaku tau, bisa dimarahin."

"Kenapa sih?" tanya Andra penasaran.

"Dia kayaknya pengin nyemplung, tapi takut asmanya kumat."

"Gak ada hubungannya kali. Nyemplung gak bikin asma kumat. Ih kata siapa sih lu?"

Anak laki-laki itu terdiam.

"Orang ada penyakit asma, gak papa kok nyemplung. Berenang juga gapapa. Bisa melatih daya tahan tubuh loh."

"Kata siapa bang?"

"Kata guru gue. Udahlah ayo nyemplung aja temenin gue."

-
-
-
-
-

Masuk ke sungai atau tidak?
Kalau asmaku kumat gimana?

PELANGI [auroniverse]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang