25. Greco

7.4K 330 12
                                    

Tiga hari berlalu, Angkasa belum sempat berbicara dengan Rana. Bagaimana mau bicara, ketika pandangan mereka bertemu Rana cepat-cepat buang pandang. Semua sosial media Angkasa pun di blokir Rana.

"Gue bakalan nyari momen yang tepat, " Katanya pada Yusa yang terus saja menghujaninya dengan pertanyaan kenapa Angkasa belum bergerak minta maaf sedangkan Geovano sudah makin gencar mendekati Rana.

"Tapi lo bisa kehilangan Rana Sa.... "

"Gue mau fokus ke markas dulu, " Kata Angkasa lalu menutup laptopnya, " Lembayung janji jam berapa? " Ia kemudian melirik jam tangan mahal yang melingkar di pergelangan tangannya.

Yusa menghela napas, " Sepulang sekolah jam setengah 5 di cafe Greco, " Kata Yusa .

Angkasa menghembuskan napasnya, " Setidaknya satu masalah akan segera selesai, "

----***----

Di kelas Rana duduk di pangkuan Glen yang lagi duduk di bangku guru saat jam istirhat, kepalanya ia sandarkan di bahu Glen , Glen pun mengelus-elus rambut Rana.
" Gue kangen banget ama loo"

Maklum Geovano berubah jadi sosok yang super posesive sekarang sama Rana, tidur di jagain, sekolah di anterin, makan di temenin, main di awasin... Pokoknya nempel banget deh.
Wajar sih soalnya Geovano bener-bener trauma sama hari itu, makanya ia ngejagain Rana mati-matian.

"Bisa ga sih, jaga jarak dari dia? " Protes Geovano yang udah kesel ngeliatin Rana yang bener-bener mau aja di elus-elus Glen.

"Sewot banget lu... Syirik... " Balas Glen lalu memeluk Rana dan tersenyum mengejek.

Melihat Geovano yang memerah, Rana segera berdiri dan berjalan kembali ke bangkunya.

" Lah Ran.... " Protes Glen saat Rana berdiri dari pangkuan Glen.

Rana mengacungkan jari tengahnya, " Pacar gue ngambek nih.... " Candanya sambil menunjuk Geovano.

"Lah gue?? Gue bukan pacarlo... "

Rana menarik kursinya dan duduk di sebelah Geovano, " Udah putus barusan, napas lo bau jigong sihhh.... "

Geovano lalu menoleh Rana sekejap sebelum memilih fokus kembali pada lembaran-lembaran soal matematika.

Rana yang tau Geovano pura-pura sibuk segera menoel pipi Geovano, tapi Geovano cuma mendesis.

"Van... Makasih.. "

Geovano menoleh sekejap lalu menata kembali lembaran tugasnya, " Buat apa? "

"Yang di gang sempit, gue ga bisa bayangin ap... "

"Makanya kalo gue ajak pulang bareng tuh nurut, " Kata Geovano dengan wajah sinis. Lalu mencomot hp Rana yang Rana taro di saku, ia mengecek semua akun sosial Media milik Rana. Ia ga segan-segan memblokir akun orang yang ngecht Rana lebih lagi cowok walaupun sekedar basa-basi.

"Nih... Gue ga mau lo berhubungan lagi sama Angkasa.. " Perintah Geovano sambil menyodorkan ponsel Rana.

Rana mengamatinya sekejap lalu tersenyum kecut, " Iya... " Jawabnya.

Geovano lalu mengacak pucuk rambut Rana dan tersenyum melihat reaksi Rana, " Gue tau lo terpaksa, tapi ini yang terbaik buat lo"

Rana cuma mengangguk.

Ia sebenarnya kangen banget sama Angkasa, tapi kalo diinget-inget kejadian waktu itu...

Sumpah Rana sakit hati banget, terlebih lagi Angkasa kaya ga ada usaha buat ngejelasin gitu ke dia ( sebenernya udah usaha banget sih si Angkasa, tapi Rana bener-bener nutup telinga rapat-rapat dan dia selalu ngedengerin ucapan Geovano sekarang)

Mr. Angkasa (18++) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang