Part Two : Let Me Know

14 3 0
                                    

Sebuah kejujuranlah yang sebenarnya paling mengecewakan. Namun sebuah kebohongan yang dibuat untuk menutupi suatu kejujuran, apapun alasannya itu akan lebih mengecewakan dari kejujuran yang pertama. Jangan tutupi apapun, jangan mencoba membuatku bahagia jika itu menyakitimu, jujurlah maka aku juga akan jujur, bahwa cara itu adalah cara yang paling aku benci.

🌨️☔🌨️

Tak terasa hari cepat berlalu sepanjang liburan ini. Tepat hari ini adalah hari yang ditunggu semua anak kelas Tiga SMP, tak terkecuali denganku dan Naara. Sejak seminggu yang lalu kami sibuk dengan segala persiapan yang ada, memilih kebaya yang akan dikenakan saat pagi sampai siang pada acara perpisahan dan foto kenangan, hingga baju yang akan kami pakai saat puncak acara pelepasan dan pensi pada malam harinya.

" Cocok enggak sih kebaya ini sama gue? Kok gue ngerasa kaya tuaan gitu? " Tanya Naara yang melihat pantulan dirinya sendiri di cermin.

Kebaya yang dipilihnya itu berwarna hijau tosca yang panjangnya hingga bawah lutut kaki, mutiara tersebar diarea perut keatas dan dibagian samping kanan atas dada ada bunga yang warnanya terlalu mencolok menurutku.

" Itu lo tau, Next. Terus yang ini gak cocok buat gue?" Aku mengambil kebaya berwarna biru laut yang ekornya setengah di atas lutut kaki, dan kebaya ini simple tidak ada sesuatu yang terbilang mewah tapi terkesan kosong karena tidak ada hiasannya.

“ Lucu sih, tapi kaya anak kecil yang lagi lomba kartinian.” Komennya,

“ Kalau yang ini Rain?” Tanyanya yang kembali mencoba kebaya berwarna merah hati dan itupun tak jauh berbeda dari yang sebelumnya, mewah. 

Aku akui Naara memang memiliki fashion tingkat tinggi, tapi terkadang dia akan memilih pakaian yang jauh dari umurnya. Contohnya saat ini, kebaya yang Naara pilih seperti tante tante yang ingin pergi keacara pernikahan.

“ Gila pilihan Lo Nar!! mau kondangan atau mau keacara perpisahan sekolah sih? Dari tadi kok yang lo pilih kaya tante tante gitu? Ganti.” Asumsiku atas kebaya pilihan Naara.

" MASA SIHHH??? " Lagi lagi Naara mengeluarkan suara pekaknya,

" Ahhhhh capek!!!! " Lanjutnya.

“ Iya nih gue juga ngerasa gitu, tapi mau gimana lagi, udah seminggu kita cari kebaya tapi gak ada yang cocok buat kita. Padahal besok adalah hari H-nya. Ahh pusing gue.” Keluh Naara yang menyandarkan tubuhnya disofa dekat ia bercermin tanpa mengganti kebaya yang lagi ia coba.

“ Kalau itu mah sama, gue juga udah capek kali keliling ke beberapa butik buat cari satu kebaya doang.” Aku ikut duduk disebelah Naara.

Tiba tiba seorang pramuniaga perempuan mendatangi kami dan menawarkan bantuannya.

" Maaf kak, ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang pramuniaga tersebut.

" Nona Naara ya? Maaf nona saya kurang mengenali anda." Lanjut pramuniaga tersebut yang tersadar bahwa yang baru saya akan dia layani adalah anak pemilik tempat dia bekerja.

“ Astaga gue baru ingat! Maaf mbak bukankah butik ini memiliki akses mendesign sendiri pakaian yang dipesan pelanggan?” tanyaku pada pramuniaga tersebut setelah mengingat apa saja marketing yang dijalankan butik ini untuk memuaskan hasrat seorang pelanggan.

Behind The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang