Part 2 : Bertemu dengan Luka

3 0 0
                                    


Setelah selesai mengaji di kelas arsyila dan shakila berjalan menuju kamar

Malam itu terasa lebih dingin dari malam biasanya, mungkin karena baru kali ini arsyila merasakan angin luar di malam hari dan mungkin karena ia juga sudah menjadi santri baru di pondok itu

Tak berhenti mata arsyila mengamati lingkungan sekitarnya dan titik tuju matanya pun berhenti disatu ruangan yang didalamnya ada seseorang yang sekarang ada didalam hati arsyila

Mata, hati dan mulut pun tak bisa lepas dari kata bahagia untuk saat ini
Menurutnya sekarang ini mata ingin tetap menatap dn memperhatikan nya mulut ini ingin tetap tersenyum dan hati ingin tau namanya

“Sha, kira-kira kamu tau gak dia siapa?” tanya arsyila dengan penuh penasaran
“Yang mana?”

Dengan sendirinya jarinya menunjuk ke arah dia yang tengah duduk

“Ouh, itu kak Muhammad Fauzan ardiansyah, aku dari awal masuk sini suka banget sma kak fauzan”

Ungkapan itu membuat arsyla bungkam, mulutnya seakan berhenti untuk terseyum hati seakan menangis

“Sampai sekarang kamu masih suka sha?” tanya arsyla dengan ragu dan takut akan jawaban yang tak diharapkannya
“Iya, dia itu perfect bgtlah, pokoknya sampai kapan pun aku tetap suka sama dia. Kenapa ar?”

Arsyla hanya diam dan dalam pikirannya hanya ada kata ikhlaskan atau bertahan dibalik luka

Mereka pun menerus kan perjalanannya ke kamar

Arsyla mencoba bersikap biasa seperti tak ada apa-apa

“Ar, kamu mau tidur sekarang?” tanya shakila
“Kamu duluan aja deh sha. kayaknya, aku mau shalat dulu deh” jawab arsyla dengan membawa mukenanya.

Setelah selesai wudhu arsyla berjalan menuju masjid
Seperti kebiasaannya sebelum melakukan shalat istikharah arsyla duduk dan memikirkan segala hal yang pantas ia pikirkan

Namun kali ini pikiran arsyla tak berhenti memikirkan fauzan dan shakila

“Astagfirullah, mending aku shalat sekarang”
Gumamnya dan langsung melakukan shalat

Setelat shalat arsyla duduk diatas sajadahnya dan menengadah mengangkat tangannya sebagai tanda meminta dan sebagai bentuk kepasrahannya kepada Rabb nya

“Ya Rabb yang maha kasih dan sayang yang maha cinta dan yang maha membolak-balikkan hati, Allahumma ya muqolibal qulub tsabit qulubani ala diini wa ‘ala tha'at, Ya Rabb aku pasrahkan semua ini kepada ku termasuk kehidupan dan cinta ku Ya Rabb jika seandainya perasaan ini menghalangiku dari ta'at kepada-Mu maka hapuskan lah dan jika perasaan ini akan menjadi sebuah takdir yang bahagia maka simpanlah didalam hati dan jagalah ia yang aku cinta aku titip dia pada-Mu Ya Rabb”

Setelah selesai berdoa terdengar suara mengaminkan dibalik hijab pembatas antara santriwan dan santriawati

Arsyla terkejut dengan suara itu, arsyla terdiam sejenak dan mencoba menenangkan hatinya

“Afwan, siapa disana?” tanya arsyla dengan ragu
“Muhammad Fauzan Ardiansyah” jawabnya

Arsyla terkejut dengan jawaban dari seberang sana, dengan tergesah-gesah arsyla pergi dari masjid

Perasaannya bercampur disamping kaget ia pun merasakan senang dan malu
Tapi perasaan itu tak bisa ia bagi kesiapa-siapa sekalipun ke shakila

Arsyla mulai membaringkan tubuhnya diatas kasurnya, raga nya mulai lelah namun pikirannya tak pernah berhenti memikirkan fauzan

Matanya tak bisa ia pejamkan. “Sungguh, perasaan yang sangat menyiksa. Kenapa harus terjadi sama hati aku ya Rabb padahal niat dan tujuan awal buat mondok adalah ingin buat ayah sama bunda bahagia meskipun segala kesulitan yang harus aku lewati di pesantren tapi kenapa kesulitan itu ada pada perasaan?”

Arsyla terus-menerus mencoba memejamkan matanya dan tak terasa baginya ia mulai terlelap dalam mimpi indah nya

Diam dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang