Part 3 : Bertahan atau Iklahskan

4 0 0
                                    


Tak terasa suasana pagi telah menyambut para santri suasana pondok mulai ramai dengan santri yang sedang tilawah al-qur'an di masjid
Sebagian santri sedang siap-siap untuk berangkat ke sekolah termasuk arsyla yang tengah sibuk dengan menyiapkan peralatan sekolahnya
Arsyla bingung sebab dari selesai ia mandi arsyla tak melihat shakila
Akhirnya sesuka putuskan untuk mencarinya dikoridor sekolah
“Nih anak sudah tahu pertama kali sekolah malah ngilang” gumamnya dalam hati
Arsyla terus menyusuri koridor sekolah yang tidak terlalu cerah
Matanya tertuju kepada seseorang yang seperti sedang berlutut memohon kepada lawan bicaranya diujung koridor
“Shakila sama siapa?kok kaya mohon-mohon gitu” herannya arsyla mencoba mendekat kearah shakila

Arsyla dibuat terkejut dengan hal itu
“Kak mohon pikirin dulu hal ini! Aku beneran suka sama kakak, aku pengen jadi bagian dari komitmen kakak, aku pengen jadi bagian dari prioritas kakak” mohonnya
“Shakila saya gak bisa, dalam komitmen dn prioritas saya sudah ada akhwat yang isi dan saya masih ingin fokus sama pendidikan saya, lagian kamu kan masih kelas 10 beda sama sya yang udah mau lulus” jawab fauzan dengan bijak
“Kak, aku bakal lakuin apapun demi kakak, sekalipun itu haram buat dilakukan aku akan lakukan demi dapetin kakak”

Jawaban Shakila membuat arsyla tak kuat menahan tangis tak kuat menahan emosi tak menyangka atas kelakuan shakila

“Ok kali ini saya akan coba buka hati saya buat kamu, tapi kalau suatu saat nanti kita tidak ditakdirkan untuk bersama maka jangan salahkan saya”

“Iya, yang penting kakak udah nyoba buat punya komitmen sama aku. Tapi, kakak janji ya tundukkan pandangan kakak saat kakak bersama akhwat yang lain” pinta shakila kepada fauzan
“Saya mau masuk kelas, saya duluan” hanya itu yang terdengar dari mulut fauzan

Seolah tak sadar fauzan menyapa arsyla. Air matanya menetes dengan sendirinya. Saat ini suasana hatinya tak bisa ia kendalikan layaknya rapuhnya ranting pohon.

“Ar, kamu gak masuk ke kelas? Kamu kenapa ar? Kamu nangis?” tanya fauzan
“Eh, oh ini tadi kelilipan, kak. Ya, sudah saya mau masuk ke kelas dulu takut ada ustad yang masuk” jawab arsyla dengan gugup
“Oh, ok. Shakila ajak tuh ada di ujung balkon” suruhnya

Tak ada kata yang arsyla ucapkan hanya tatapan sendu dan anggukan tanda ‘iya’ yang mampu ia lakukan

Arsyla berjalan menyusuri balkon berniat untuk mengajak shakila.
Langkah yang begitu lemah dan lesu yang tergambar dari seorang arsyla yang sekarang. Seolah mengekspresikan keadaan hatinya sekarang.

“Sha! Kamu ngapain disini? Ayo ke kelas” ajak arsyla yang berpura-pura dengan senyumannya yang seolah tak ada apa-apa
“Ar. Kak fauzan mau buka hati buat aku” teriaknya dengan langsung memeluk arsyla
“Selamat” hanya kata itu yang mampu arsyla ucapkan kepada shakila dengan diiringi senyuman paksa
Shakila langsung memeluk arsyla dengan pelukan tanda bahagia

“Sha! Ayo ke kelas, bentar lagi bell masuk kelas” ucapnya dengan mencoba melepaskan pelukan shakila dari tubuhnya

Arsyla berjalan mendahului shakila yang dari tadi tersenyum dengan pencapaian nya

‘Tuhan jika ini yang terbaik untukku maka buatlah hati ku ikhlas akan kenyataan ikhlas akan takdir dan ikhlas untuk kehilangan’  gumam arsyla dalam hati

Arsyla percaya jika takdir Tuhan tak pernah salah dan sekarang keputusannya untuk mengikhlaskan sudah ia siapkan dalam hatinya untuk kedepannya berhasil atau tidak ia pasrah kan kepada dzat yang maha memiliki hati

“Ar, kamu gak boleh lemah sama makhluk yang derajatnya sama dengan mu. Kuat!” hatinya mencoba menguatkan raga yang sedang rapuh dan mata yang penuh dengan kesedihan

Tetap saja hati tak bisa dibohongi oleh raga, air mata nya menetes terus-menerus, dada nya mulai sesak karena memikirkan hal itu kembali

Diam dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang