chapter two

1.6K 175 50
                                    

Gila.

Gila.

Gila.

Kenapa kata 'deal' bisa keluar dari mulut Yedam?! Kenapa?!

Astaga.

Yedam baru saja memberikan santapan pada predator tampan sekaligus dangerous. Ia sudah masuk ke kandang laki-laki bernama Haruto dan menjadikan dirinya santapan malam Haruto.

What?!

Cup

"Sweet. Like always."

Rasanya ada panas yang Yedam rasa menjalar di permukaan wajahnya. Entah marah atau- tersentuh akan perkataan yang bisa disebut pujian itu.

Well ya, Haruto baru saja mencicipi mangsanya. Ciuman intim yang dalam adalah favorit Haruto sebelum memulai kegiatan utamanya dengan Yedam. Dan- tak lupa mengecup lembut bibir ranum yang selalu jadi candu Haruto.

"Be honest, love. Kau merindukan ku kan?" tanya Haruto tiba-tiba.

Maksudnya, bukan pertanyaannya yang tiba-tiba. Tapi, nada bicara Haruto dan sorot mata Haruto yang tiba-tiba berubah. Yedam melihat ada rasa senang dan sedih dari netra Haruto.

Yedam tak menjawab. Ia menggerakkan kedua tangannya yang tadinya mengalung di leher Haruto. Menggunakan kedua tangannya untuk membelai wajah Haruto lembut. Entah lah, rasanya asing sekali melihat sorot pandang yang bukan Haruto sekali.

Tak ada angkuh dan tegas di sana. Tak setajam beberapa saat lalu. Tatapan Haruto seolah memberitahu Yedam, bahwa Haruto bisa menjadi sosok yang rapuh. Sisi lain Haruto yang memang pernah beberapa kali Yedam temui tapi lebih sering Haruto sembunyikan.

Bahkan di hadapan Yedam, Haruto enggan memperlihatkan sisi rapuhnya.

Kedua netra itu terpejam kala merasakan sentuhan lembut dari jemari-jemari Yedam di paras tampannya. Haruto agak memiringkan kepalanya ke salah satu tangan Yedam. Ia juga menggunakan salah satu tangannya untuk menggenggam salah satu tangan Yedam. Seolah tersirat keinginan Haruto agar Yedam tak melepaskan tangannya dari wajah Haruto.

"Tempat itu gelap, hyung. Menakutkan. Aku tak suka di sana. Bahkan meski aku bisa melihat mama dan papa, tapi aku tidak suka di sana. Aku hanya ingin pulang ke rumah ku."

Jika tadi ada rasa panas menjalar di wajah Yedam, kini ada rasa sakit yang tiba-tiba melukai hatinya. Rasa bersalah kini mengurung Yedam.

"Tapi, saat aku hendak pulang, rumah ku menghilang.. There's no home for me anymore. That hurt me, hyung."

Suara yang bergetar dari Haruto membuat Yedam membiarkan air matanya jatuh begitu saja.

"Mianhae, Haruto." dan kata maaf meluncur otomatis dari mulut Yedam.

Haruto terdiam. Membiarkan tangan Yedam membelai wajahnya dengan lembut.

"No, it's okay. Jangan meminta maaf untuk ini." netra Haruto kembali terbuka. Menatap netra Yedam dan baru sadar Yedam telah meneteskan air mata. Oh, dan sorot mata cantik yang selalu Haruto agungkan itu memperlihatkan betapa merasa bersalah Yedam.

Sebuah senyum terulas di wajah Haruto. Senyum yang begitu lembut di mana hanya Yedam seorang yang bisa melihatnya selama ini.

Jemari Haruto bergerak menghapus jejak air mata itu dari Yedam. Yedam jelek kalau menangis.

"Aku tidak ada pilihan, Haruto. Dan- aku tak yakin mereka akan percaya bahwa kau adalah kekasih ku. It was hard for me, Haruto. And that's hurt me too." ujar Yedam dengan Haruto yang menggelengkan kepala.

"Don't mind it. But, you have to know this. No matter what will everyone say bout you and i, I mean- us. You're mine, Damie hyung. That's what my destiny said."

•Forced Destiny•  [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang