Chapter 8. Almost

499 83 26
                                    

Aku hanya bisa tersenyum tipis memandangi orang-orang yang sekarang berada di hadapanku.

Mereka kini terlihat sangat bersemangat. Kami sedang dalam perjalanan menuju tempat pertarungan bengkel. 

"Apa aku akan bertemu Endorsi Jahad? Ah, aku tak sabar bertemu dengannya.. mungkin aku bisa minta tanda tangan?" Gurau Dann.

Yang lainnya ikut menimpali dengan semangat.

Si biru menghela napas sembari tersenyum. Aku menatapnya kagum. Bisa-bisanya dia setampan itu. Aku berdehem pelan. Berusaha menguasai diri. 

"Kita akan bertarung melawannya" Jelas si biru.

Aku mengangguk. Masuk akal. Endorsi akan menjadi lawan yang cukup sulit untuk kelompok ini. Sebisa mungkin aku akan menjauhkan kelompok ini dari kelompok milik Endorsi.

"MUSTAHIL!!!" Teriak Dann dan Wangnan berbarengan. Mereka tak bisa membayangkan akan langsung kalah begitu bertemu Endorsi.

"Yahh... mau bagaimana lagi? Dia akan menjadi lawan yang cukup sulit buat kelompok ini" Aku menatap si biru yang kini terlihat sedang melamun.

Sepertinya aku bisa menebak pikiran si biru. "Kuharap kau sama-sama bertambah kuat seperti mereka" Aku mengatakan hal yang aneh. Jelas tak ada yang membahas hal ini. Tapi aku bisa menebak apa yang di pikirkan si biru.

Dia menoleh kearahku. Tersenyum sendu "Kuharap begitu".

"Baiklah, ayo pergi.. naik ke lantai 30" Seru si biru bersemangat. 

Portal menuju lantai 30 terbuka, kapal si biru melesat cepat.

"Selamat datang di lantai 30" Suara yang tidak asing lagi terdengar. Menyambut puluhan atau mungkin ratusan kapal yang datang di lantai itu.

Wangnan dan yang lainnya menatap kagum ke jendela. Melihat kapal-kapal lain yang juga berada di lantai 30.

"Luar biasa" Wangnan berdecak kagum. Dia sedang memuji kapal melayang milik bengkel. Archimedes.

Si biru yang menyadari bahwa kelompoknya itu terlihat begitu antusias pada sesuatu langsung melihat kearah yang mereka lihat.

"Ah.. itu Archimedes" Ucapnya spontan.

Yang lainnya langsung mengalihkan pandangan mereka kearah Khun.

"Itu salah satu dari 5 kapal melayang terbaik di bengkel. Archimedes terkenal karna keindahan dan ukurannya yang luar biasa.. aku cuma pernah melihat di buku, cukup beruntung bisa melihatnya langsung" Jelasnya.

Aku mendengar obrolan mereka tak minat. Aku pernah menaiki kapal itu. Bukan suatu hal yang istimewa.

Akhirnya kapal terbang kecil milik Khun telah mendarat. Kapal kelompok kami mendarat di dekat sebuah penginapan.

Setelah semuanya keluar dari kapal, Khun berdiri di tengah-tengah kami. "Kapalnya berangkat 2 hari lagi. Jadi kita menginap disini dan beristirahat" Khun memberi instruksi.

Mereka langsung menurut. Berlarian menuju penginapan sembari berteriak-teriak berebut kamar menghadap laut.

Hanya aku dan si biru yang berjalan santai dibelakang mereka yang kini telah jauh "Sudah kuduga akan begitu, jadi aku memesan kamar menghadap laut untuk mereka semua" Ucapnya sembari menghela napas melihat tingkah mereka.

"Mereka sangat kekanak-kanakan. Aku jadi khawatir" Balasku.

Khun tertawa pelan "Dan kau ibunya, karna paling cerewet.. lalu kusebut diriku ayah mereka? Hahaha". Canda Khun.

Bercanda. bercanda.. sampai aku tak tahu semerah apa sekarang wajahku. Aku tersenyum sebagai balasan.

"Aku jarang melihatmu tersenyum.. ternyata kau cantik juga kalau tersenyum" Khun berniat menjahiliku. Tapi jelas saat ini aku tak bisa bercanda.

"Uhh.. kau saja yang jarang lihat" Balasku gemas. Rasanya ingin mencubit si biru sialan ini sekarang juga.

"oh ya? Kalau begitu lain kali aku akan lebih memerhatikan mu" Balasnya santai.

Aku berdehem keras. Berusaha menguasai diriku yang sekarang hampir kehilangan jantung karna meledak.

"Kau seorang pemandu bukan?" Tanya si biru tiba-tiba. Ia mendadak kembali serius.

Aku mengangguk ragu.

"Apa yang akan terjadi kedepannya? Apa aku akan bertemu dengan yang lainnya?" Tanyanya.

Sejujurnya aku bingung harus menjawab apa. Atau lebih tepatnya apa aku boleh menjawabnya?

"Yahh.. hal buruk akan terjadi.. dan kau akan bertemu dengan mereka.. ugh.. sejujurnya aku tak ingin terlibat dalam masalah kalian" Balasku.

Khun menunjukkan smirknya. "Maaf, " Ucapnya. 

"Untuk apa?" Tanyaku basa-basi, padahal aku tahu jawabannya. jangan lupakan, aku seorang pemandu.

"Karna kau jadi terlibat. Padahal saat tragedi waktu itu kau bisa saja pergi meninggalkanku dan Dann, tapi kau malah memilih untuk tinggal bersama kelompok yang payah" Jelas Khun panjang lebar.

Aku tersenyum. Bingung harus menjawab apa. Aku tetap berada bersama mereka karna aku tak punya tujuan. Dan aku juga tak bisa pulang.

Tiba-tiba saja Khun memeluk pinggangku. Menyisakan sedikit jarak antara wajahku dengan wajahnya.

"Kira-kira sedang apa teman-temanku itu sekarang? Apa mereka sedih aku sudah mati? Hah.. sepertinya tidak" Khun berbicara. Dia bertanya sekaligus menjawab pertanyaannya sendiri. Deru napasnya menerpa wajahku. 

Saat aku merasa wajahnya semakin mendekat, aku memejamkan mataku.

"Khunnnn... (Y/n)...! Cepat kemarii...." Teriak Prince.

Si biru itu melepasku. Menggandeng tanganku menuju penginapan.

Bocah sialan,





_________

Next?






FALL For You [KHUN X READERR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang