'
'
'Sore, 16:25 P.M
.
"ji, kayanya mau hujan deh, mendung gini."
mata [name] menengadah ke atas, menatap awan hitam yang menutup langit."mendung belum tentu hujan."
Baji bersiap menjalankan motor,mesin sudah hidup tinggal menunggu kekasihnya naik
"ayo," ucapnya mengajak."kalo mendung emang bisa liat mataharinya? Engga kan."
perempuan itu belum naik kendaraan, bingung, apakah ia harus meneruskan perjalanan atau menundanya."jarak dari sini ke pantai kan jauh, mungkin aja disana cuacanya bagus."
Sebelumnya [name] dan baji sudah berhasil melihat fenomena matahari terbit di atas bukit tinggi, namun itu belum cukup, keduanya berniat untuk menyaksikan matahari terbenam pula, setelah berunding bersama keduanya memutuskan untuk pergi ke pantai.
.
.
"mau berhenti dulu atau terobos nih." baji berbicara dengan berteriak karna bunyi hujan yang teramat kencang.
"berenti dululah" dibalas teriak juga oleh [name].
Roda dua berhenti diatas bangunan terbengkalai, hujan deras memaksa baji dan [name] menghentikan perjalanan untuk sementara, sampai hujan mereda.
Keduanya merapat diatas atap yang masih utuh, memeriksa barang bawaan yang terkena hujan.
"mau pake jaketku ga? " tawar baji saat melihat kekasihnya kedinginan.
"enak aja, jaket kamu kan juga basah,berat lagi" ditolak,
baji memakai jaket denim yang otomatis menjadi berat saat terkena air."buka aja jaketnya, nanti airnya merembes masuk bajumu" perintah [name].
.
.
"pengen mandi hujan deh" celetuk baji, ia membuka suara terlebih dahulu setelah beberapa saat tak ada yang memulai pembicaraan.
"pergi aja kalo mau"
"kamu mau ikutan ga?" ajaknya [name] bermain diatas hujan.
"engga, dingin"
"emang kamu ga kedinginan? nanti masuk angin loh"Baji terdiam, 'tadi ngebolehin sekarang bilangnya masuk angin, gimanasi' batinnya dalam hati.
"kamu ngapain?"
Baji keheranan dengan tingkah [name] yang tiba tiba berdiri tepat di depannya, tidak aba aba, gadis itu dengan tenang merubah posisi."aku takut, dibelakang gelap banget," ungkapnya jujur.
Baji terkekeh gemas, tetapi [name] menganggap pria itu tengah mengejeknya.
Bangunan yang disinggahi terlihat sudah tidak dihuni bertahun tahun lamanya, itu ditandai dengan atap atap yang sudah hancur dan juga dinding yang telah penuh dengan coretan-coretan.
Punggung [name] sudah menyatu dengan dada bidang baji, awalnya tak menyatu namun lama kelamaan [name] kelelahan dan bersandar dengan sendirinya.
Baji hanya diam, tidak berniat untuk protes, Malah kesenangan."kalo hujannya ga berhenti-berhenti kita balik aja ya."
Perempuan itu sudah tidak minat untuk melanjutkan perjalanan, sudah satu jam lewat hujan tak kunjung reda, ia lelah, kedinginan dan lapar.
"aku bilang ayo terobos aja."
[name] menghela napas mendengar perkataan baji yang tidak pikir panjang
"memangnya kamu bisa liat dengan jelas? hujan deras gini."Baji terdiam, ia baru sadar,
untung saja [name] tidak sama gegabahnya.Sebenarnya baji bisa saja menerobos hujan bahkan sudah sering ia lakukan tapi sekarang ia sedang bersama [name], ia tak mau kekasihnya dalam bahaya.
Kedua tangan baji perlahan bertengger di perut [name], perempuan itu merasa tak nyaman namun tetap diam
"eh.. hahahahahahahahah" tawanya lepas saat jemari baji tiba tiba saja menggelitik perutnya."sthop hahahahahhaha ji hahaahhaa"
[name] kesulitan berbicara dan berusaha menjauh tapi baji tak menyerah tangannya tetap saja menggelitik, bahkan ia juga ikut tertawa melihat [name]."hahahahahahah ji sumpah hahahhaha plis ahahahah stop ahahah"
*plak
Tangan mungil itu melayang mengenai pipi baji, pedas.
karena merasa terkejut otomatis ia berhenti dan refleks memegangi bagian yang tertampar.[name] pun ikut terdiam, mulutnya menganga lebar, ia tak kalah terkejutnya.
"SAYAAAANG MAAF MAAF."
Perempuan itu dengan heboh mengusap pipi kanan baji
"lagian kamu udah dibilang berhenti bukannya berhenti," omelnya."sakit tau." pria itu berlagak kesakitan padahal tak sedikit pun merasa sakit.
"aduuh maaf"
Baji tertawa dalam hati melihat ekspresi [name], perempuan itu merasa bersalah.
Dari awal ini semua adalah kesalahan baji, jika saja ia tidak jahil menggelitiki, pasti [name] tidak akan menamparnya.
"cium dulu biar sakitnya ilang."
Kesempatan dalam kesempitan.
[name] berhenti, ia tatap baji dengan wajah datar.
"ini sakitloh aw"
Sungguh akting yang sempurna keisuke baji, sekarang ayo ambil piala oscarmu.
"kamu ga--"
Tangan [name] menangkup kepala baji dengan tiba tiba, ditariknya sampai sejajar dengan bibir.
Baji yang terkejut pun barusaha menyeimbangkan badan agar tak jatuh.*cup
Sebuah ciuman di pipi mendarat dengan sukses.
"udah," ujar [name] sambil melepas baji."hahahahah makasi" baji tertawa kesenangan.
"tapi yang disini masih sakit" jari telunjuknya menempel di bibir."ututu sakit ya? "
"iya cium dong" baji memonyongkan bibirnya, badannya pun ikut merunduk menyamai wajah [name].
"sini biar aku tambahin sakitnya."
"kamu mau gigit?"
"mau aku tampar"
Kedua sejoli itu berakhir dengan terjebak hujan selama dua jam lamanya, hari sudah gelap ketika hujan berhenti, rencana ke pantai terpaksa dibatalkan.
Sedih, tapi, baik [name] dan baji sama sama menikmati waktu berdua.
Jika saja suatu hari nanti kejadian yang sama terulang kembali, keduanya tak masalah.