.
.
.Harsa turun dari anak tangga perlahan. Dia memeluk tas ranselnya erat, menutupi wajahnya yang terlihat merah padam. Ini sungguh memalukan, meskipun sekolah sudah sepi, hanya beberapa yang berlalu-lalang. Tetap saja memalukan.
Harsa berhenti di depan koridor sekolah yang berhadapan langsung dengan lapangan voli. Matanya menatap air hujan yang satu persatu turun membasahi bumi. Sekali lagi pandangannya tertutupi oleh bulir air mata yang memenuhi kelopak matanya.
Harsa akhirnya berjongkok di depan koridor yang hanya berjarak beberapa senti dari air hujan. Dia masih setia menangis sambil memeluk tasnya erat.
"Hujan, ya?" Seseorang di sampingnya tampak berbicara sendiri. Harsa tercekat, dia buru-buru mengusap air matanya.
"Kata Tere Liye, jangan jatuh cinta saat hujan, karena ketika hujan, kita hanya akan mengingat memori saat hujan. Untung, gua patah hati saat hujan, jadi cuma inget brengseknya dia." Ucapnya yang terdengar seperti meledek Harsa.
Harsa langsung berdiri. Dia bahkan membanting tasnya kesal. "Kamu ngeledek aku, ya?! Iya, Jian?!"
Jian justru terkesiap. Dia benar-benar kaget ada orang di sampingnya. "Loh?! Gua aja ga tau lo di bawah situ! Lagian ngapain lo jongkok di situ sambil nangis? Untung aja ga ketendang orang. Udah tau kecil." Jawab Jian sebal.
Harsa berseru kesal. "Ih! Jian! Kamu kenapa nyebelin banget, sih?! Aku benci kamu! Aku benci semua orang yang ngatain aku kecil!"
Jian tertawa, "Et dah, ada salah apa gua sama lo, Cil? Udah mana kecil, ga usah marah-marah napa. Kasian badannya ga bisa nahan dosa banyak-banyak."
Harsa berdecak sebal. Dia mengusap air matanya kasar dan bergegas menerobos hujan. Dia menatap langit yang terus menurunkan air dengan derasnya. Dia lantas melirik Jian tajam, lebih baik ujan-ujanan daripada harus bareng manusia nyebelin ini.
Harsa akhirnya memantapkan langkahnya. Dia bergegas menerobos hujan. Dia menghitung dalam hati.
Satu
Dua
Tiga
Lari-
Bug!
Bukannya lari secepat mungkin ke luar sekolah, Harsa justru terjatuh di tengah-tengah hujan. Tadi tepat saat hitungan ketiga, Jian juga mengangkat tudung kepalanya dan hendak berlari sampai parkiran. Tapi dia justru ditabrak manusia mungil itu. Kalau peribahasanya, sudah jatuh tertimpa tangga pula.
"Aduh," keluh Harsa di atas tubuh Jian.
"Aduh-aduh aja lo, gue ni yang sakit." Gerutu Jian.
"LOH?! JIAN?! KAMU NGAPAIN DI BAWAH AKU, HAH?!" Teriak Harsa heboh.
"Loh kok jadi gue?! Lo yang ngapain jatoh nibannya gue?! Udah ditimpa babon, diteriakin toa pula." Jawab Jian kesal.
Ini memang aneh, entah bagaimana Harsa bisa jatuh ke dalam pelukan Jian yang lucunya membuat jantung Harsa berdebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diari Hujan | Hoonsuk
FanfictionHujan turun, maka terbukalah diari milik Harsa. Hujan turun, dan kisah mereka pun dimulai. Tentang Harsa, dengan pangeran dan diari hujannya. by paseafict -new version-