4​‿red dress

27 8 10
                                    

.
.

        Dewi fortuna berpikak pada yang mana? Sekiranya Kenma tak mengalami luka yang begitu fatal, sehingga seminggu setelahnya pemuda itu bisa kembali pada aktifitas yang biasa.

Namun Hiko merasa perubahan sikap dari Kenma itu begitu drastis. Alasannya, pastilah sebab Kiyounara yang belum sadar dari koma dan Hiko mulai merasakan hubungannya dengan pemuda itu merenggang.

"Penjualan produk D meningkat pesat, ini semua berkat Ruby yang sudah berhasil memaksimalkan potensi miliknya."

Riuh tepuk tangan dan ucapan selamat tertuju pada Hiko, gadis itu pula tersenyum tipis sembari mengucapkan banyak sekali terima kasih. Empat musim yang lalu ia memulai profesi sebagai model iklan, dan di musim kelima ia naik jauh ke atas dan berjaya dalam bidang tersebut.

"Semuanya berkat kerja sama tim, kalian semua, terima kasih! "

Hiko begitu bersyukur tenaga yang ia kuras tak percuma, dapat menaikkan ekonomi keluarga, dan semoga berjalan lancar sepenuhnya. Bibir terulas lengkungan positif, percayalah ... Hiko sangat bersyukur dan berharap, kisah cintanya seindah dan selancar profesinya.

Agenda makan siang bersama di ujung minggu mestinya terlaksana seperti biasa, ah---tidak untuk hari ini. Hiko meringis pelan kala pesan dari Kenma masuk dengan membawa kabar keadaan Kiyounara. Senangkah? tentu. Sebab sang sahabat yang selalu mendukungnya sedari nol kembali membawa kesadaran. Tapi Hiko merasa hatinya sakit, mau bagaimanapun Hiko sungguh lelah. Lelah dengan perasaannya yang selalu tertolak.

"Kiyou, syukurlah kau sudah sadar," nada yang Kenma ucapkan begitu lembut. Tangan pemuda itu bahkan juga dengan lembut mengelus tangan Kiyounara yang pucat serta mengecupnya, dan Hiko seperti terhantam sesuatu.

Terasa seperti timah panas menghujam, tapi itu terlalu hiperbola, mungkin. Tapi ah, tidak juga ...

"Kenma---"

"Kiyou-chan!"

"Sugawara-kun "

Dalam sekejap saja, tempat Kenma dari hadapan Kiyounara telah digantikan oleh orang lain. Kan? Hiko sudah menduganya entah cepat atau lambat. Dan Hiko berharap kini Kenma melihatnya, dan menerima cintanya. Hiko akan mencintai Kenma--nya, bagaimanapun, kapanpun, di manapun, selama yang Hiko bisa ...


Hiko pOV -


Sudah kukatakan bukan? Tapi mengapa Kenma tak pernah sadar dan melihatku barang sedetik saja? Aku kesal tapi tak bisa apa-apa, apalagi kala ia berwajah nelangsa penuh akan rasa patah hati. Aku kesal tapi tak tahu pada siapa, karena aku tak bisa menyalahkannya ...

Gaun merah cukup mewah kini kupakai, make up kit yang tadi kugunakan kini kembali kusimpan di atas almari. Kembali kumenelaah setiap inci wajah ini di hadapan cermin, berusaha tak luput dari kesalahan kecil yang kuperbuat. Tapi kurasa sudah sempurna yang otomatis membawa senyum terulas di bibir ini.

Suara klakson mobil yang kukenali membuat diriku bergegas, tas kecil yang dari tadi siap di atas ranjang kuambil dan kakiku langsung tancap gas menuju halaman. Dan di sana Kenma telah menunggu.

"Lama menunggu?"

Aku duduk di kursi sampingnya, pandanganku sejak masuk tadi telah terkunci pada Kenma yang berpenampilan begitu classy. Wajar, dia orang kaya, sangat kaya dan terkenal. Sungguh aku merasa kecil di sampingnya, mengingat aku orang yang berada di menegah ke bawah.

"Tidak, baiklah kita berangkat ya," katanya. Dan mobil itupun mulai melaju membelah jalanan.

Kami, aku dan Kenma sampai pada sebuah gedung yang telah dipersiapkan sedemikian rupa untuk kenduri besar ini. Ketika sampai, keadaan sudah sangat ramai. Wajar, kami memang sengaja datang terlambat mengingat kami adalah tamu istimewa. Jangan heran, sebagai sahabat Kiyounara yang selalu menemani tentu aku diberikan anugerah khusus itu, dan Kenma? Dia sudah berteman jauh sebelum kehadiranku dengan Kiyounara, bahkan aku sedikit banyak mengetahui tentang Kenma darinya.

"Hei, Kenma."

Kenma menoleh, kusunggingkan senyum sendu sebab pemuda itu pasti tengah patah hati entah yang keberapa kalinya pada orang yang sama.

Hening, dia menunggu dan aku bingung harus mengucapkan apa. Kiyounara sudah bahagia sekarang? Jadi jangan sedih. Kenma ayo move on! Jangan sedih ada aku di sini loh!?
Tidak semudah apa yang tergambar dalam pikiran, lidah ini sulit sekali mengucapkan kata.

"Aku mencintaimu."

Dan kata itu saja yang bisa aku ucapkan. Dapat kudengar Kenma menghelakan napasnya meski di tengah pesta, kami memilih duduk di tempat yang agak jauh dari  keramaian, mungkin itu penyebabnya.

"Ruina, maaf tapi aku tak mencintaimu."

Hanya senyum yang terulas di bibir ini. Ha, selalu saja jawaban yang sama. Aku heran dengan Kenma yang masih saja mencintai seseorang yang sama selama lebih dari 10 tahun, bahkan bertepuk sebelah tangan. Yang kutahu, Kenma sudah menyukai Kiyounara semenjak lulus SMP, itu pengakuan dari Kiyounara sendiri sih ...

Ah tapi, dia tak berbeda dariku... karena aku juga selalu mencintai seseorang yang sama dan dia tidak mencintaiku. Bahkan setelah disakiti berkali-kali oleh realita, kami---aku dan Kenma sama. Sama-sama berjuang pada sesuatu yang tak pasti, aku berjuang mendapatkan cinta Kenma dan Kenma berjuang mendapatkan cinta dari seseorang yang telah melabuhkan hatinya pada orang lain. Jadi siapa yang paling egois disini?

Aku? Kenma? Atau Kiyounara?

Kami semua egois, tapi biarlah. Toh memang sudah sifat insan dalam dunia. Kenma berjuang untuk mendapatkan cinta Kiyounara yang di mana gadis itu telah memiliki tambatan hati, aku yang senantiasa mantap mencintai dia yang tak pernah sudi melihat kearahku barang sejenak, Kiyounara yang sama sekali tak peduli pada semua kisah ini. Bertahun-tahun---

"Sepuluh tahun bukan waktu yang cepat Kenma." Aku mengatakannya dengan lesu, sirat begitu lelah jiwa raga ini.

Kenma menghelakan napasnya lagi. "Kau mencintai orang yang salah, Ruina," katanya yang mana membuat bibir ini kugigit dalam, semoga bekasnya tidak akan terlihat karena bisa-bisa aku kesulitan untuk bekerja nanti.

Kalau begitu kau jua mencintai orang yang salah Kenma.

"Tidak, aku mencintai orang yang benar Kenma." Kuberanikan menatap tepat ke matanya, eye's cat itu selalu membawaku dalam dunia lain, aku sangat mengaguminya, tak ada mata lain yang kulihat sebegitu dalamnya selain mata Kenma ini.

"Beri aku kesempatan." Mataku memanas, aku sudah mencapai titikku kurasa. Tak ada kata memohon berlebihan karena aku tahu itu percuma, hati Kenma sangat keras, sama seperti hatiku.

"Kenma ..."

Kupanggil namanya, sedikit mendesak meminta sebuah kepastian meskipun tadi telah tertolak. Sudah kukatakan, hatiku keras sama seperti Kenma.

"Ruina, aku---"

"---!?"

...[🌷]

RUBY - Colours Project ft. Kenma K.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang