2​‿your jacket

30 8 1
                                    

6 tahun sebelumnya...

.
.


Kepala menengadah menatap langit yang dipenuhi awan gelap. Gadis bersurai dark brown menghelakan napas, tubuh ia dekap sekira menghilangkan rasa dingin yang merambat karena atmosfer yang makin melembap.

"Hiko bersabarlah ...," monolognya.

Ruina Hiko, remaja SMA itu melangkah menuju sebuah toko klontong terdekat, bersamaan dengan sampainya ia di sana, rintikan air mulai menghujami bumi, Hiko bersyukur ia sempat berteduh namun disaat yang bersamaan dirinya mendesah kecewa. Hujan artinya ia akan terdiam di sana hingga semuanya reda, dan kini hari mulai gelap---selain sebab cuaca juga waktu yang kian menyenja.

Duduk Hiko di bangku depan toko, bersama dengan mie yang telah terseduh sempurna. Jemari yang mulai mendingin membawa cup mie mendekat wajah, aroma dari bumbu-bumbu lantas menguar dengan kehangatan dari kepulan uap di dalam sana.

"Hujannya sepertinya akan awet."

"Hm?" Hiko mengalihkan pandangan pada suara asing yang datang, lantas mata keduanya saling temu sebab yang bersuara tengah mengarahkan pandang pada Hiko kala itu.

"Ah, ya... kau benar ..."

Terdengar kekehan yang mengudara berasal dari lelaki tadi, membuat Hiko kembali menoleh, menatap bingung pada dia yang terkekeh tak berhenti.

"Boleh aku duduk di sampingmu?" Pertanyaan itu datang dari pemuda itu lagi, Hiko mengangguk lantas menggeser sedikit duduknya memberikan lebih banyak ruang untuk lelaki itu.

"Namamu siapa? Kau dari Nekoma bukan?" Hiko mengangguk mengiyakan. Nadanya ceria, penuh semangat dan entah bagaimana membuat Hiko merasa hangat.

"Aku Ruina Hiko. Ah ya, Kau juga dari Nekoma bukan? Sepertinya aku pernah melihatmu saat di sekolah," ujar Hiko, pandangannya tertuju pada jaket merah yang berada ditangan lelaki itu---jaket dari salah satu klub yang cukup dirinya kenal. Dan lelaki itu kemudian mengangguk sembari tersenyum begitu cerah di tengah pemandangan air yang jatuh menghujam permukaan.

"Ya ... namaku Ken---em, Kozume. Aku Kozume, yoroshiku Ruina," katanya.

"Yoroshiku."

Sesuai ucapan pemuda tersebut---Kozume, hujan begitu awet. Matahari telah terbenam, kalau mengikuti jam yang berada dalam toko, sudah menunjukkan pukul 07:30 malam. Kejenuhan melanda, meski kini berdua namun entah mengapa Hiko merasa sendiri, bukan karena lelaki di depannya tak mengajaknya bercakap, karena sesungguhnya lelaki itu kerap mengajukan pertanyaan untuk sekedar mengisi keheningan berbacksound air hujan, namun dasarnya Hiko tak pandai bercakap, responnya yang hanya anggukan atau sekedar iya, tidak, dan bagaimana denganmu, jelas membuat lelaki itu kebingungan mencari topik pembicaraan dan berakhir keheningan yang melanda sekitar sepuluh menit terakhir.

Hiko dapat mendengar helaan napas dari Kozume, yang lantas membawa Hiko mengarahkan pandang dan membuat keduanya bertemu pandang. Kozume tersenyum, sembari bangkit dari duduknya.

"Aku harus pulang," katanya. Hiko mengangguk, meski agak tak rela, mungkin ia akan merasa sangat jenuh setelah ini.

"Tidak perlu sedih, pakai jaket ini agar tidak kedinginan." Tangan itu membawa jaket ke atas kepala Hiko, agak tersentak bingung namun setelahnya bibir Hiko membentuk senyum tipis.

"Terima kasih, Kozume-kun."

"Hu'um, sampai jumpa!"

"Sampai jumpa ... "

ユエ

Jaket merah dengan tulisan Nekoma kini berada di tangan. Setelah pertemuan di toko itu Hiko belum sempat menemui lelaki itu kembali. Kini Hiko tahu jika sosok lelaki yang mempunyai senyum penyemangat itu adalah Kozume Kenma, sekiranya itu yang dikatakan oleh Kiyounara---sahabatnya yang berasal dari kelas 2-a, kelas yang sama dengan kelas Kozume Kenma. Dan lagi yang mempunyai nama Kozume hanya Kenma seorang di Nekoma ini.

"Kiyounara-chan! " Panggilan tegas itu tertuju pada gadis surai pendek sebahu yang kini terkekeh ria. Wajah Hiko sendiri memerah, alasan kekehan menguar dari gadis surai pendek itu.

"Ah, jadi benar kau jatuh cinta, Ruby? " tanya Kiyounara. Hiko mendengus pelan, beserta decakan tak suka terdengar jelas dari bibir.

"Bagaimana mungkin kau bisa menyimpulkan hal itu sih Kiyounara-chan? Sungguh aku sedang tidak jatuh cinta tahu!" Ucapan Hiko itu membawa gelak tawa dari sang sahabat. Gelengan kepala adalah respon dari Hiko setelahnya sebab tak tahu lagi apa yang mesti ia katakan untuk membantah.

"Padahal wajahmu berkata kau sedang jatuh cinta tahu," katanya.

"Belum lagi sikapmu akhir-akhir ini sering bertanya tentang Kenma padaku, bahkan hal yang agak pribadi," lanjutnya. Hiko merotasikan bola matanya malas, ia tak bisa menyangkal, tapi ia tak mau menerima simpulan dari sahabatnya tersebut. Sungguh, mana mungkin ia jatuh cinta dengan lelaki yang baru sekali bertemu.

Konyol sekali.

"Sudahlah, aku akan mengembalikan ini dulu." Hiko menggerakkan jaket merah itu memberi kode, Kiyounara hanya mengangguk yang setelahnya Hiko tinggalkan area kelasnya sendiri dan membiarkan gadis itu menjaga mejanya.

"Terima kasih untuk jaketnya Kozume." Hiko memberikan jaket merah itu pada sang empu, sang empu yang tadinya bermain dengan ponsel lantas mengambilnya kembali.

"Sama-sama," jawabnya.

"Aku akan pergi, sampai jumpa."

Singkat?

Ah, Hiko kelimpungan dalam batin. Sifat yang ia temui beberapa hari lalu dengan yang tadi ia temui terasa berbeda. Apa Hiko berbuat salah dengan lelaki itu? Apa karena jaketnya terlalu lama baru dikembalikan? Jujur saja Hiko tak paham.

"Em, Ruina?" Hiko yang sudah melangkah bahkan telah sampai depan belokan berbalik, menatap laki-laki itu yang tadi barusan memanggilnya.

"Bagaimana kalau nanti kita pulang bersama?" tanya Kozume. Hiko memiringkan kepalanya bingung namun didetik berikutnya Ilia tersenyum sembari mengangguk.

"Baiklah ... ayo."

...[🌷]

RUBY - Colours Project ft. Kenma K.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang