O3

6.5K 868 91
                                    


Pagi ini, kondisi renjun sedikit membaik. Sudah tidak menangis dan meracau tidak jelas lagi. Namun tidak dengan lehernya, rasa nyeri dan panas masih terasa.

Renjun tidak tau kenapa, tapi sepertinya lehernya terluka karena saat ia berkaca didepan kaca kamar mandi kulit lehernya memang memerah seperti luka terbakar.

Ia jadi berpikir, apa penyebabnya karena gigitan seseorang padanya tempo hari lalu?

Namun segera ia menepis pemikiran tersebut. Renjun ingin menghilangkan bayang-bayang wajah sialan yang sudah merebut keperjakaannya. Renjun tidak ingin mengingat hal apapun tentang pria itu.

Nafasnya ia hela kasar, menyibak selimutnya dan bangkit untuk keluar kamar. Diluar, sang adik sudah sibuk memakai dasi dengan selembar roti yang ia gigit.

"Sudah mau pergi?" Kakinya yang terbalut sendal bulu lembut berjalan mendekati yangyang membantunya mengenakan dasi.

"Iya, hari ini akan ada kuis dari Miss Yoona. Aku tidak mau telat karena ia tidak akan mengijinkan siapapun masuk jika telat dalam kelasnya."

"Gege tidak apa aku tinggal sendiri?" Sebenarnya, yangyang ragu meninggalkan renjun sendirian di apartemen mereka. Namun mau bagaimana lagi? Ia harus bersekolah, renjun sudah bekerja keras untuk mencari biaya sekolahnya.

Sang kakak tersenyum lembut dan mengangguk, "tidak apa. Pergi dan belajarlah dengan benar."

"Aku akan menggantikan Gege bekerja ditempat Johnny Hyung." Ujarnya lagi, namun renjun langsung menggeleng tanda tidak setuju dengan yangyang. "Tugasmu hanya sekolah dengan benar, jangan menggantikan pekerjaan gege. Bukankah hari ini kau memiliki jam pelajaran tambahan?"

"Tapi ge--"

"--aku sudah izin kepada Johnny Hyung mengatakan kalau aku sakit. Sudah sana cepat, kau bisa telat nanti."

Tidak ingin mendengar bantahan sang adik, renjun langsung mendorong yangyang kedepan pintu mengabaikan protesan yangyang.

"Nah, hati-hati dijalan. Semoga kuismu berjalan dengan lancar. Langsung pulang ketika sekolah sudah usai."

"Hmm, Gege juga hati-hati dirumah. Jangan membuka pintu jika bukan orang yang dikenal, jika ada apa-apa hubungi saja aku atau Jeno Hyung dan shuhua noona."

Renjun merotasikan matanya malas, yangyang itu sangat cerewet. Renjun pusing mendengarnya, walau itu untuk kebaikannya juga.

"Ck, kau sudah mengatakan itu dari semalam. Sudah sana cepat pergi."

"Yasudah, aku pergi."

Keduanya terpisah. Yangyang melangkahkan kaki menuju sekolahnya meninggalkan renjun sendiri di apartemen sederhana mereka. Namun saat berbalik, ia langsung dibuat dongkol saat melihat keadaan apartemennya.

Kacau, berantakan. Sampah makanan berserakan dimana-mana, kaleng minuman pun tergeletak begitu saja dimeja dan di lantai. Pemuda berusia dua puluh satu tahun itu memejamkan mata menarik nafas dalam dan menghembuskannya.

Berusaha menekan emosinya agar tidak meluap karena percuma, orang yang ingin ia teriaki sudah pergi untuk menuntut ilmu.

"Hah, anak itu benar-benar. Aku kira dia sudah berubah setelah aku menghilang selama semalaman. Ternyata masih jorok! Tapi, apa boleh buat."

Meski malas, renjun tetap bergerak untuk membersihkan hunian mereka. Mengutip sampah yang berserakan dan memvacum remahan roti yang tersisa di lantai.

Merapihkan bantal sofa, dan mulai membersihkan piring kotor yang sudah menumpuk.

Ia tidak bisa membayangkan jika dirinya benar-benar diculik dan tidak dapat keluar dari mansion itu bagaimana nasib adik dan apartemen ini.

Apa akan berubah menjadi tempat sampah?

Alpha's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang