O6

5.8K 746 110
                                    

Ku berharap kalian baca author noteku di bawah nanti ya.

.

.

"Gege mau kemana? Rapih sekali."

Baru satu langkah ia keluar dari kamarnya YangYang sudah menghadangnya dengan pandangan yang memicing curiga. Jelas curiga karena tidak pernah gegenya itu akan keluar saat hari Minggu seperti ini dengan pakaian rapih.

Jika pun keluar hanya untuk turun ke minimarket di bawah, tidak perlu pakaian rapih seperti ingin pergi kuliah. "Ah-eum, aku ada urusan sebentar." Jawab renjun gugup.

Tidak tau alasan apa yang membuatnya tiba-tiba menjadi gugup. Jaehyun mengajaknya bertemu di suatu tempat, dan tidak mungkin ia mengatakannya pada YangYang. Renjun masih ragu, lagi pula YangYang masih belum tau tentang hubungannya dengan Jaehyun. Tunggu, hubungan? Ah, renjun tidak tau itu bisa disebut sebuah hubungan atau tidak.

Dari keduanya tidak ada yang meresmikannya. Renjun hanya berkata akan berusaha menerima pria Jung itu dan Jaehyun yang berkata akan menunggu. Renjun hanya mengikuti waktu dan alur tuhan saja, lihat saja nanti alur apa yang sudah tuhan siapkan untuknya ke depan nanti.

"Tumben di hari Minggu? Biasanya kan Gege selalu beralasan di hari Minggu. Pergi dengan siapa dan berapa lama?"

Astaga, adiknya ini. Kenapa cerewet dan ingin tau sekali? "Tidak tau berapa lamanya. Dengan temanku, sudah jangan banyak tanya. Aku sudah terlambat, jika lapar masak saja ramen, uangmu masih ada kan?"

YangYang mengangguk sambil menggigit apel yang tadi ia ambil, terus memperhatikan sang kakak hingga selesai memakai sepatu baru ia teringat sesuatu. "Oh, kalau ku ajak jaemin bermain disini tidak apa kan? Aku bosan jika sendirian."

Gerakan tangannya yang akan membuka pintu apartemen terhenti, renjun segera berbalik dan memicingkan matanya curiga.

"Kalian, ada hubungan apa?"

Kali ini berganti, YangYang menjadi gugup sendiri. Ia mengalihkan pandang kemana saja asal tidak melihat kakaknya. YangYang sangat payah dalam hal berbohong pada renjun. "Ah~ kami, itu..."

"Kalian berpacaran?" Tanya renjun semakin curiga dengan alis terangkat sebelah. YangYang semakin tidak tau ingin menjawab apa. Tapi, berbohong pun percuma. Lagi pula ini renjun, kakaknya, tidak ada gunanya berbohong. Satu helaan nafas terdengar, "ya. Kami berpacaran."

"Sudah berapa lama?"

"Baru sekitar, satu Minggu? Kurasa. Aish, sudahlah nanti aku ceritakan lengkapnya padamu. Sana pergi, nanti kau bisa terlambat." Usirnya, walau itu sebenarnya hanya alibi agar yangyang terhindar dari tatapan intimidasi renjun.

Dan juga, ia memiliki waktu untuk mencari alasan yang sekiranya bisa di terima oleh renjun.

"Kau hutang cerita padaku, baiklah kalau begitu aku pergi dulu."

"Hmm, hati-hati Gege. Jika ada apa-apa segera hubungi aku, jangan pulang larut malam ya."

"Dan kau juga, jangan berbuat yang tidak-tidak selama aku pergi. Jika sampai itu terjadi, aku tidak segan-segan menghukum kalian berdua."

Brak

Pintu tertutup dengan bantingan yang sengaja Renjun buat sebagai sebuah ancaman. Detik berikutnya yangyang bernafas lega. Ia kembali ke dapur untuk menyiapkan semangkuk ramen.

Namun baru selangkah ia beranjak, pintu apartemen sudah diketuk. Ia tebak itu jaemin, karena jika renjun tidak perlu repot-repot mengetuk pintu.

"Kau sudah sarapan?"

Alpha's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang