Aku pertama kali melihatnya pada awal semester ketika aku baru saja naik ke kelas tiga. Dia masih mengenakan seragam barunya berlari terburu-buru karena bel masuk sudah dibunyikan lima menit yang lalu. Wajahnya dipenuhi bulir keringat, namun itu tidak mengurangi cantiknya. Apakah Byungchan mengenalnya? Aku tidak tahu, aku tak sempat melihat nametag nama di seragamnya. Cukup menyesal juga, karena aku terlalu fokus melihat wajahnya saja.
Dua minggu setelah melihatnya di sekolah, kali ini aku melihatnya di rumahku sendiri. Sepertinya keberuntungan berpihak padaku, karena ternyata dia teman sekelas Byungchan. Byungchan mengajaknya ke rumah untuk belajar bersama dan memintaku mengajari mereka. Tentu saja aku merasa sangat senang.
Namanya Wooseok, nama terindah yang pernah ku dengar saat ini. Mungkin yang memiliki nama itu bukan hanya dia saja, namun ketika aku mendengar nama itu, fikiranku selalu tertuju padanya. Kami tidak sering bertemu, aku hanya terkadang melihatnya di sekolah, itu pun dari kejauhan saja. Dia cukup populer karena parasnya yang indah. Aku tidak suka melihat tatapan orang lain yang begitu mengagumi dirinya. Tapi aku harus apa? Aku tidak mungkin melarang orang lain untuk mengaguminya
Hari itu aku mengutarakan perasaanku padanya. Entah ada apa dengan fikiranku? Kami bertemu saja bisa dihitung dengan jari. Tentu saja dia begitu kaget saat itu, dia hanya tersenyum dan meminta maaf, berkata dia tidak memiliki perasaan yang sama denganku. Apa aku kecewa? Tentu saja, tapi aku bisa memakluminya dia pun tidak begitu mengenalku wajar saja, aku juga tidak mungkin memaksa perasaannya.
Aku masih sering bertanya mengenai dirinya pada Byungchan, hingga aku tahu kalau dia menyukai guru baru sekolah kami. Pak Dongwook memang guru yang baik, masih muda, tampan sepertinya susah juga jika aku bersaing dengannya. Saat itu aku tidak sengaja bertemu Wooseok di ruang Pak Dongwook saat akan mengambil soal untuk pelatihan. Dia tidak berubah masih cantik, apalagi ketika itu wajahnya bersemu merah mungkin karena dia bertemu Pak Dongwook. Aku memberanikan diri mengajaknya pergi di hari minggu, namun sayangnya dia sudah memiliki janji dengan ibunya, aku tahu dia tidak berbohong karena Byungchan sering cerita padaku dia sering menemani ibunya berbelanja.
Pagi itu sekolah heboh dengan kabar pernikahan Pak Dongwook. Mendengar kabar itu aku langsung mencari Wooseok dan menemukannya di ruangan Pak Dongwook. Dia keluar ruangan dengan airmata yang memenuhi pipinya. Aku mengikutinya sampai ke rooftop sekolah, karena saat ku panggil dia seperti tidak mendengarku. Saat melihatnya memaksa tersenyum dengan air mata memenuhi kantung matanya hatiku terasa sakit, terlebih lagi dia menangis untuk laki-laki lain.
Pertahanannya runtuh juga hingga menangis di pelukanku. Aku tidak memperdulikan seragamku yang basah penuh dengan air matanya. Cukup lama dia menangis hingga akhirnya kami duduk bersandar di tembok, tidak lama aku merasakan berat di bahuku, ternyata dia tertidur. Aku merapikan poninya dan memandang wajahnya sebentar, hidung dan matanya masih merah.
Aku melewati seluruh kelas sampai istirahat pertama menemani Wooseok. Aku menggunakan alasan tidak enak badan untuk berbohong pada guru dan teman-teman karena mereka bingung aku tiba-tiba tidak berada di kelas sementara tas sekolahku bertengger manis di sana.
Pulang sekolah aku mendatangi ruangan Pak Dongwook. Menceritakan betapa sakit hati Wooseok mendengarnya akan menikah sampai mengancamnya aku tidak akan berpartisipasi pada olimpiade kali ini. Jujur saja aku begitu emosi sampai mengancamnya seperti itu. Aku sangat kekanakan mengancamnya menggunakan alasan itu, padahal aku tahu itu adalah hak Pak Dongwook untuk menikah dengan siapa saja.
Aku terus menanyakan perkembangan kabar Wooseok pada Byungchan. Syukurlah keadaannya sangat baik, meskipun dia sempat sakit. Sepertinya Wooseok sudah bisa menerima semuanya.
Aku berada di ruang Pak Dongwook saat Wooseok datang. Aku tidak tahu Wooseok akan datang. Pak Dongwook tiba-tiba memanggilku dan menyuruhku bersembunyi, ternyata dia ingin aku mendengar pembicaraan dia dengan Wooseok. Aku sangat malu saat Pak Dongwook menceritakan aku sempat mengancamnya dulu. Syukurlah akhirnya Wooseok bisa menerima semuanya. Namun ada yang aku sebal, kenapa Pak Dongwook minta Wooseok peluk segala sih?
Kami saat ini sedang dalam perjalanan pulang. Byungchan? Sudah ku suruh pulang duluan. Aku mengantarkannya sampai halte depan perumahannya karena arah rumah kami searah.
"Kok kakak turun juga? Kan masih ada beberapa halte?" Tanya Wooseok
"Nggak apa-apa saya mau antar kamu sampai depan rumah" jawab Seungwoo. "Seok?"
"Iya?"
"Apa udah sembuh?"
"Udah kan saya sakitnya juga udah lama, ya udah sembuh kak"
"Hati kamu?" Tanya Seungwoo ragu, Wooseok menatap Seungwoo tersenyum.
"Kakak mau nembak saya lagi?"
Jleb!
Wajah Seungwoo langsung memerah dan memalingkannya ke arah lain. Wooseok langsung mendahului langkah untuk menghadang Seungwoo. Wooseok menjinjitkan kakinya agar tangannya meraih wajah Seungwoo. Seungwoo terdiam saat kedua tangan mungil Wooseok memegang wajahnya yang memerah."Saya belum bisa menata hati saya dengan baik, tapi kak Seungwoo mau nunggu saya kan? Sampai saya betul betul bisa membalas perasaan Kak Seungwoo" ucap Wooseok tersenyum. Mendengar perkataan Wooseok hati Seungwoo menghangat dan membalas senyum Wooseok. Seungwoo mengambil kedua tangan Wooseok dari kedua pipinya, kemudian menarik Wooseok ke pelukannya.
"Iya" jawab Seungwoo singkat ditengah senyumannya. Wooseok pun tersenyum dalam pelukan Seungwoo.
-END-

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Secret Admirer
RomanceTentang Wooseok yang jatuh hati pada guru barunya dan Seungwoo yang masih menyimpan perasaannya terhadap Wooseok, meskipun dulunya pernah ditolak Ku dulu pernah baca komik yang ceritanya kayak gini, tapi lupa banget judulnya apa dan juga komiknya ud...