Malam itu, Bel rumah berbunyi membuat aku harus keluar dari kamar untuk membuka pintu.
"Bunda... Siapa ya diluar?" Tanyaku pada bunda yang sedang menyiapkan makan malam.
"Oh, itu mungkin om Joni sama Angga Ra. Katanya om Joni sama istrinya mau berkunjung malam ini. Mungkin mereka udah nyampe." Jawab bunda.
" Maksud bunda? Kok bunda enggak kasih tau Rara. Kalau Rara tahu Angga datang kesini. Rara gak akan ada dirumah." Ujarku.
"Ra, om Joni itu sahabatnya ayah. Enggak mungkin bunda menolak om Joni dan keluarganya untuk berkunjung ke rumah kita. Sekarang kamu buka pintunya ya.." ucap bunda.
Aku berjalan menuju pintu rumah sambil memasang wajah kesalku.
" Assalamualaikum.." ucap om joni.
"Waalaikumsalam." Jawabku.
"Silahkan masuk om, tante.." ucapku mempersilahkan.
"Angganya enggak boleh ni?" Tanya om joni. Aku melihat ke arah Angga.
"Emmm... Boleh kok om." Jawabku. Angga tersenyum ke arahku.
"Angga nyebelin banget jadi orang. Aku yakin ini semua rencananya dia. Aku enggak mau dia lama lama disini." Gerutuku.
Om Joni bersama istrinya dan Angga sudah menuju ruang makan. Perasaan kesalku semakin memuncak. Aku benar benar muak melihat muka Angga.
Aku masuk ke dalam kamar mengambil handphoneku.
Aku memutar otakku supaya bisa keluar rumah malam ini.Aku menelpon Keysa dan viona untuk membantuku keluar dari rumah. Akhirnya mereka setuju dan menyuruhku menunggu di teras rumah.
Aku menyiapkan alasan supaya bisa pergi meninggalkan bunda bersama om Joni dan istrinya serta Angga.
"Bunda, malam ini Rara mau ke rumah viona bentar ya. Soalnya ada tugas kelompok yang harus dikumpul besok. Tadi siang Rara lupa." Ucapku kepada bunda yang sedang menungguku.
"Ra, bisa enggak habis makan malam dulu. Enggak enak sama Angga. Jauh jauh datang ke sini pengen ketemu kamu." Jawab bunda.
"Tapi tugasnya mau dikumpulkan besok bunda." Jelasku.
"Angga, aku minta maaf ya." Ujarku sambil menatap ke arah Angga.
Kami semua menunggu respon dari angga. Sepertinya Angga benar benar tidak menyuruhku pergi. Jadi aku harus berusaha lagi untuk merayu bunda.
"Aku mohon ngga, tolong ngertiin aku." Pintaku.
Angga berdiri dari meja makan lalu ia berjalan dan mendekat ke arahku. Semuanya sedang memperhatikan Angga. Aku tidak tau apa yang akan Angga lakukan. Tapi aku tidak takut jika Angga memberikan alasan yang kuat supaya aku tidak diizinkan pergi sama bunda.
"Tidak apa apa Ra, tapi apa boleh aku mengantar kamu?" Tanya Angga.
"Tidak perlu, aku pergi bersama temanku. Terima kasih atas tawarannya." Jawabku.
"Bunda, om dan Tante. Rara pamit dulu." Ucapku lalu pergi menuju teras depan. Tak lama kemudian mobil viona sudah nampak di Depan pagar rumahku. Aku berlari menuju Keysa dan viona yang berada di dalam mobil.
"Angga lagi?" Tanya Keysa.
"iya, nyebelin banget tau nggak. Aku enggak abis pikir sama dia, meskipun sekarang sudah kuliah di luar negeri tapi dia enggak pernah berubah. Dia selalu mengganggu ketenangan hidup aku." Jawabku dengan ekspresi wajah penuh amarah.
"cowok memang kayak gitu Ra. Mereka lebih nekat dari kita. Apalagi urusan hati. Dia akan memperjuangkan apa yang dia inginkan. Tapi kamu juga harus mencontoh apa yang dilakukan Angga ke kamu Ra. Dia tidak pernah berhenti walaupun udah sering gagal. Karena angga lebih mengutamakan tujuan." Timpal viona.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAGINDA
Любовные романыDia memang tidak sempurna, namun dimataku dia sempurna. Selamat malam🌙 Baginda, aku mencintaimu💜