Layar ponselku berulang kali menampilkan nama Daren, namun berulang kali juga tak ku angkat. Biarin aja, itu anak emang bawel banget sejak kemarin. Oh, bukan, bahkan sejak satu bulan yang lalu.
Aku sedang membenahi rambut yang sengaja aku tata rapi untuk hari ini. Make up natural dengan lipstick nude terasa pas dengan gaun berwarna peach menggantung ¾ di kaki.
Hari ini adalah hari pernikahan Nathan, sahabatku sejak SMP. Daren adalah adik laki-laki Nathan. Ia sibuk memastikan aku untuk hadir di hari istimewa kakaknya itu. Tentu saja aku hadir.
Sekian puluh menit setelahnya aku sudah sampai di suatu rumah dengan halaman yang sangat luas. Ada berbagai pohon rindang di sekelilingnya. Rumput hijau bak permadani langsung menyambut para tamu yang hadir.
Pukul 8 pagi, matahari kian terik. Master of ceremony (MC) mulai membuka acara.
Aku duduk di salah satu kursi barisan depan. Nathan terlihat tampan (seperti biasa) dengan balutan kemeja putih dan jas abu-abu tua. Walau demikian, jelas sekali jika ia sedang nervous.
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya Bellanda Amani dengan emas kawin 25 gram dan seperangkat alat salat dibayar tunai." Ucap seorang laki-laki paruh baya yang tengah duduk di depan Nathan sambil menjabat tangan sahabatku itu.
"Saya terima nikahnya Bellanda Amani dengan emas kawin 25 gram dan seperangkat alat salat dibayar tunai." Nathan mengucapkannya dengan lantang. Diikuti dengan ucapan sah dari saksi yang hadir.
Entah mengapa aku merasa haru melihat momen ini. Tanpa sadar setetes air mataku turun. Dengan cepat aku mengambil tisu yang selalu ada di dalam pouch.
Ketika akan menghadap ke arah depan lagi, aku menangkap basah seorang laki-laki yang duduk tidak jauh dariku sedang tertunduk mengusap pipinya.
Dia...menangis?
Aku tidak kenal dengannya. Mungkin ia adalah kerabat dari Bella. Yang jelas bukan adik atau kakak Bella. Karena setauku Bella itu anak tunggal.
Apa dia teman Bella? Lalu sama seperti aku yang terharu melihat temannya akhirnya menikah?
Atau...dia suka sama Bella? Terus dia sedih Bella menikah sama pria lain? Aduh kok kasihan?
Crap!
Aku ketahuan sedang memperhatikannya. Dengan cepat aku mengalihkan pandangan ke arah depan.
Bella yang sedari tadi berada di dalam rumah sudah keluar dengan kebaya putih yang cantik sekali. Riasan muka dan rambutnya juga cantik, tidak menor. Emang dasar orangnya sudah cantik, mau dirias kayak lenong juga bakal tetap cantik.
Nathan dan Bella sudah melakukan tukar cincin dan menandatangani berbagai berkas. Keduanya sedang berfoto sambil pamer cincin dan buku nikah.
Nathan sialan! Bisa-bisanya dia mencium bibir Bella pada jepretan terakhir. Kelakuan itu sontak mendapat sorakan dari tamu yang hadir. Para orang tua hanya geleng-geleng kepala.
Entah mengapa aku kepo sekali dengan reaksi laki-laki tadi. Iya, yang tadi aku gep sedang menitikkan air mata. Ternyata dia sedang memainkan ponselnya. Di saat semua orang berfokus pada dua sejoli yang baru saja sah ini, dia sama sekali tidak memperhatikan. Seolah-olah ada hal yang sangat penting di layar 6 inchi tersebut.
That was rude. Aku paling gak suka orang yang sibuk sendiri dengan hp, apalagi momen seperti sekarang.
Shit!
Untuk kedua kalinya aku tertangkap sedang memperhatikannya. Dia ini punya sixth sense atau gimana, sih? Kok bisa tau ada orang yang sedang memperhatikan dirinya?
YOU ARE READING
Not Mine
FanfictionI'm falling in love As the time goes by The feeling goes deep I got anxious How deep is your love? I'm asking you Is it deep as mine or less? ◾◽◾◽◾◽◾◽◾◽◾◽◾◽◾◽◾◽◾◽◾◽◾◽◾◽◾◽◾◽◾◽ Jeremy, mas-mas kantoran yang kebetulan suka main gitar dan punya suara ca...