Banyak hal didunia ini yang gak bisa digapai. Tidak usah jauh jauh, contoh saja Nasa.
Sasha masih memandangi kertas ditangannya. Belum juga menentukan pilihan untuk melanjutkan ke perguruan mana.
Semenjak mengikuti perkenalan ke Universitas hari itu dan semua ucapan temannya Sasha jadi semakin bimbang.
Ucapan mama juga tak membantu banyak, bahkan Rafa yang sudah mengajari banyak hal tentang musik tak membuatnya benar benar tambah menginginkan musik.
"Hari ini temenin gue ya sa" Sasha menghembuskan nafas
"Lo jadi ambil jurusan apa?" Pertanyaan Sasha membuat kening Yelda mengerut
" Lo tau gue gak pintar, lagi pula ortu gue ga maksa buat masuk univ yang mereka inginin, tapi yang pasti gue ga berharap banyak dengan negri"
Shasa menjitak Yelda yang membuat si empu terkejut.
"Jurusan sayang, bukan Swasta atau Negri"
Yelda nyengir saja, mengusap kening bekas tangan Shasa.
"Modeling mungkin, sekali lagi gue tekankan ga ada hal yang bisa gue lakuin, les pun biar gue ga malu maluin banget waktu lulus" Mata Yelda bahkan ga bisa bohong.
Mendabakan kekecewaan, walaupun berucap seperti itu tak ada yang tau keinginan anak yang selalu terlihat ceria dan tak ambil pusing tentang banyak hal.
"Lo pintar Sa, banyak orang yang ingin jadi lo. Bukan tentang itu doang, keluarga lo, abang lo, dan semua yang ada sama lo. Gue bakal dukung semua keputusan lo, gue yakin ga bakal ada yang salah. Tapi kalau gue jadi lo, ga bakal sia siain segala hal yang gue punya"
Yelda hanya fokus pada kertas yang juga berada pada tangannya sesekali mendesah agak menekan kertas yang sudah sedikit remuk
Sasha yang melihat itu tertegun, mulai menemukan jalannya walaupun tak begitu yakin akan lurus saja.
"Lo juga seharusnya sadar Yel, semua yang lo punya juga bikin orang pengen jadi lo. Ini bukan orang ingin tapi tentang kita yang mau. Jadi yang lo mau ya Yel, dunia gak sekejam itu biarin mimpi kita terjun bebas waktu udah usaha"
Yelda langsung memalingkan wajahnya kearah Sasha tatapan kosongnya masih sama sampai keduanya diam dengan kertas yang sudah pindah keatas meja.
Saling menulis isi kertas masing masing, tatapan membara menunjukan semangat tak terbuncah yang padam sebelumnya.
-
"Lo udah tau kalau anak yang lo temui di kafe kemarin adeknya Devan?"
Nasa diam, menghembuskan asap dari mulutnya
"Dia cantik, tapi keliatan anak baik banget. Gue mau mainin jadi kasian"
"Buat gue aja, anaknya adem. Tapi adeknya Devan anjing" Haikal tertawa sambil menatap Nasa
Juna yang memulai perbincangan mengambil jarak, berjalan kearah dapur untuk mengambil cola dikulkas, tak mau ikut campur jika sudah menyangkut wanita.
"Gue punya nomornya nih?" Tutur Nasa, Haikal terkekeh.
"Ambil aja, kalau nyangkut Devan gue males"
Nasa yang mendengar jawaban Haikal mendengus, lanjut menghisap batangan ditangannya yang tinggal setengah.
"Ajak jalan aja anaknya pasti mau"
"Nanti anaknya ilfeel, gue chat dulu aja kali ya? Biar ashoy" Sambil menaik turunkan alisnya,
Haikal menunjukan gestur oke, mereka terkekeh bersama.
Daffa yang duduk disebelah Nasa menggelengkan kepala, sama seperti Juna tak mau ikut campur jika sudah urusan wanita.Daffa bahkan lebih tertarik dengan ikan cupang, nyamuk dikosan Juna dan juga boneka unyu Anabelle dan Chucky yang sedang berbincang dikamarnya.
-

KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend
FanfictionPernah gak sih kalian suka sama orang sampai mau mati rasanya?