"Cepat masuk, Zhan! Hari akan gelap!"
Seorang anak kecil dengan pakaian khas seorang tuan muda itu berlari kecil menuju gerbang rumahnya yang tinggi, di tangannya sebuah mainan kertas berbentuk naga dengan coretan tulisan tinta merah tengah dia pegang, sesekali dia angkat tinggi-tinggi mainan itu seolah tengah menerbangkannya.
Dari balik bangunan yang telah tak terpakai seorang wanita dengan tudung hitam, hidung bengkok tampak tersenyum, lalu pergi meninggalkan wilayah kediaman Jiang dalam diam.
"Dari mana kau dapatkan itu, Zhan? Cepat kau buang! Kau tidak ingin menyulut kemarahan Nyonya Yu, bukan?"
"Aku tak mau! Aku menyukai naga!"
"Zhan! Sudah berapa kali bibi katakan! Jangan katakan itu! Kau memangnya ingin dipukul lagi oleh Nyonya?"
Bocah berusia enam tahun itu hanya bisa memajukan bibirnya tanpa bisa membalas ucapan pengasuhnya, lalu diam-diam menyembunyikan mainan itu di balik jubahnya.
Tak terasa masa-masa kecilnya telah terlewati begitu saja, kini usianya telah menginjak delapan belas tahun, Zhan hanya bisa mengingat saat-saat dirinya begitu terobsesi dengan naga, entah sejak kapan, yang dia tahu saat itu dia masih muda saat Nyonya Yu murka. Dan para orang dewasa berbicara sesuatu yang tidak Zhan kecil mengerti. Lalu berakhir dengan seluruh mainannya tentang naga dibakar habis.
Zhan yang masih terhanyut dalam lamunannya dikejutkan dengan seseorang yang memanggilnya.
"Tua Muda Zhan, Tuan dan Nyonya menunggu Anda di ruang tengah." Seorang pelayan muda bertumbuh ramping dan berlesung pipi dalam menghampirinya, memberitahukan pesan untuknya.
"Baiklah, aku akan segera ke sana." Zhan yang saat ini berada di taman bunga segera bergegas menuju ruangan yang dimaksud.
Tuan Muda Zhan memang tidak memiliki tugas resmi, hanya belajar dan menanam bunga kegiatan sehari-harinya. Maka, tidak heran jika waktunya akan sering dia habiskan di taman belakang kediaman Jiang.
Terhalang batang pohon juga dedaunan rindang di balik semak belukar yang berbatasan langsung dengan hutan lindung dan taman yang merupakan bagian dari milik keluarga Jiang, tampak seorang pemuda tegah berdiri tidak jauh dari tempat Zhan sebelumnya. Lalu diam-diam menyelinap dan menghilang.
Zhan memberi hormat saat tiba, di sana hanya ada ayah angkatnya yang tengah menikmati secangkir teh teratai.
"Ada apa Ayah?" Zhan segera menghampiri Tuan Jiang yang sudah dia anggap ayahnya itu.
"Aku akan pergi ke Kota Qinshan besok, aku harap kau bisa membantu ibumu, juga shijie. Jangan nakal, ikuti perintah yang ibumu katakan."
"Baik, Ayah," jawab Zhan ragu-ragu. Dia sangat tahu posisinya hanyalah anak angkat di rumah itu, dia akan begitu canggung saat Paman Fengmian memintanya untuk memanggilnya ayah dan Nyonya Yu sebagai ibu, memang Nyonya Yu tak pernah mengatakan keberatannya akan hal itu, tetapi Zhan merasakan jika kehadirannya hanya sebagai pengganggu kebahagiaan keluarga itu.
____
Akhir-akhir ini kejadian aneh tengah terjadi, membuat para petinggi ketiga kota besar---Qinshan, Gusu, Yunmeng---akhirnya memutuskan untuk mengadakan pertemuan di Kota Qinshan.
Sudah dua tahun berturut-turut panen gagal, terjadi kemarau panjang yang membuat sungai-sungai di Kota Qishan mengering, juga berpengaruh terhadap pertanian di Gusu, maka tak heran jika saat ini hanya Yunmeng satu-satunya kota yang memiliki perairan terbanyak yang masih bertahan.
Yunmeng sendiri berada di dataran rendah dengan sebagian besar wilayahnya perairan, berbeda dengan Gusu Lan berada di dataran tinggi dengan hutan dan pepohonan asri yang tumbuh, juga air terjun dan kolam pemandian yang kini tengah berkurang volumenya. Sedangkan Qishan sendiri adalah puncak tertinggi, di mana pengunungan berapi dan bebatuan terjal terdapat di sana, dengan suhu yang benar-benar panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Dragon
Fanfic"Aku menyukai naga!" "Anak bodoh! Mana ada naga?" "Aku pernah bertemu dengannya!" "Kau hanya sedang bermimpi!" Xiao Zhan begitu percaya jika naga adalah nyata, dia adalah teman terbaiknya. Namun, hal itu selalu dibantah oleh semua orang, hingga hari...