PROLOG

16 0 0
                                    

BANDUNG kota bagai saksi cerita hidup gue. Penuh frasa dan Rasa, penuh kata dan makna. Hidup seringkali tidak seperti  apa yang kita harapkan tentu karena kita bukan pemilik dari kehidupan ini. Kita hanya pemeran, sebaik baiknya pemeran mereka yang menerima scene apa pun yang telah di tuliskan pada lembaran-lembaran hingga halaman akhir.

Hujan tidak selalu membuat bising, kadang kala hujan membuat gue damai. Jendela kamar yang tersiram air hujan, indah bagi gue, terlihat abstrak. Gue beranjak dan melipat sajadah dan membuka kopiah yang menempel  di kepala tadi. Gue beralih sekarang menduduki kasur sambil membuka Instagram postingan pertama pada beranda terdapat seseorang dengan foto rintik hujan pada jendela kamarnya, dengan caption yang membuat gue sedikit terkagum-kagum, seperti ini katanya

"Se-kelabu apapun hujan badaimu, suatu hari nanti pasti akan kembali cerah dan jika cuacanya cukup bagus mungkin akan ada pelangi"

Cewe ini emang keren meskipun sebenarnya sedikit gengsi untuk mengatakan nya.

Entah kenapa hari ini rasanya begitu cerah dan begitu damai. Gue anak yg hidup belasan tahun di panti, sangat bersyukur meski gue hidup di panti tapi bisa sekolah di sekolah favorit karena mendapat beasiswa. Gue tenang hidup di sini banyak teman banyak juga yg sayang sama gue. Tapi yang jadi pertanyaan kemana orang tua gue selama belasan tahun ini?

Oh ya, beberapa hari yang lalu ada yang mau adopsi gue tapi, Sebenarnya gue sangat gak mau karena gue udah betah di sini dengan bunda panti gue yg baik. Tapi kata bunda gue, gue harus ikut sama mereka, jadinya gue tolak Haha... Ya gue tolak gue gak mau gue pengen selalu ada di dekat bunda gue pengen banggain dia dengan hasil gue sendiri.

Berangkat ke sekolah gue menggunakan motor hasil gue menabung belasan tahun ini, hasilnya gue dapet motor bodong, ya ga bodong bodong amat lah. Gue gak terlalu terkenal orang orang di sekolah tapi kata temen gua Alif dan Bahrul gue adalah presiden mahasiswa tingkat RT, emang Bahrul anak itu... Iya emang namanya Bahrul bukan bahlul. Gue pinter makanya cewek cewek demen sama gue tapi ada satu cewek setiap liat gue dia gak ada senyum senyum nya  gak kaya cewek cewek lain dan nilai nya bersaing sama nilai gue.

Bangku gue paling belakang karena itu pilihan gue tapi sebenarnya guru guru nyuruh gue duduk paling depan dan I do not like.

Kring kring kring....

Bel masuk berbunyi seperti biasa gue masuk kelas dengan senyuman hangat kepada warga sekelas dan cara jalan seperti presiden mahasiswa. Guru bahasa gue masuk namanya bu jamilah, yaa cantik dengan lipstik tebal nya haha.. udah ibu ibu berperawakan besar.

"Pagi anak anak..." Sapa bu jamilah.

"Pagi buuuuuu" gue yg paling panjang 'u' nya Se-antara siswa, dengan muka jail gue. Entah kenapa wajah jahil gue gak bisa hilang udh beberapa kali bunda ajarin gue tentang baik hati, sopan, santun, tapi hasilnya ya gue gini.

"Hahaha" ini yg tertawa siswa yg sama sama kayak gue minim attitude. Aduh kok gue jadi ngajarin gak bener jangan di tiru ya.

Lima menit tadi guru bahasa memberikan tugas dan sepuluh menit kemudian tugas gue udah ada di tangan bu jamilah inilah yang membuat  guru guru kagum terhadap gue tapi tidak dengan pelajaran IPS.

Pukul 13.00
Bel pulang berbunyi seluruh siswa berhamburan meninggal sekolah. Gue yg berjalan dengan santai di koridor dekat ruang guru gue di cegah oleh salah satu geng, geng 'EKSTRAK' nama nya ya... EKSTRAK kocak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zaidan Dalam KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang