Aku berjalan dengan cepat ke meja reseptsionis untuk menanyakan dimana Max dirawat. Setelah mengetahui keberadaan raganya, aku langsung berjalan dengan cepat menuju ruangan mawar 12 yang tergolong VVIP.
Saat tiba di depan ruangannya, aku melihat keadaan di daalam ruangannya melalui kaca yang ada di pintu. Di dalamnya ada seorang wanita yang pernah kulihat saat di mimpi, sepertinya dia ibunya.
“Cepat masuk!” perintah Max yang ada di belakangku.
“Di dalam ada ibumu,” jawabku dengan suara berbisik. Takut ketahuan orang lain.
“Memangnya kenapa? Cepatlah masuk!” Max makin mendesakku.
Ish! Dia itu bodoh atau bagaimana sih? Kalau aku masuk, aku harus jawab apa coba, kalau ibunya nanya aku ini siapanya? Kenal dimana? Argh… aku harus jawab apa nih?
Saat sedang melamun di depan pintu ruang rawat Max, tiba – tiba saja pintunya terbuka, menampakkan seorang wanita cantik yang berumur sekitar 40-an. “Kamu siapa?”
Mampus! Aku harus jawab apa nih…? “Emm… saya temannya kak Max bu. Maaf, saya baru sempat menjenguknya sekarang, soalnya selain sibuk, saya juga tidak tau dimana kakak dirawat,” aku menundukkan wajahku, pura – pura menyesal. Eh? Aku bisa juga ya, acting seperti ini? Wah, besok – besok aku harus ikut casting nih.
Ia melihatku dari atas sampai bawah. Hal itu membuatku canggung. “Tante tidak pernah melihat Max punya teman sebelumnya.”
“Kenapa Max tidak pernah mengenalkanmu pada tante ya?” sekarang mamanya Max tersenyum ramah kearahku. “Tante senang Max akhirnya punya teman. Terutama sepertimu. Oh ya, namamu siapa?” lanjutnya.
“Tante bisa panggil saya Aurel,” aku tersenyum manis sambil sedikit membungkuk kearah wanita cantik yang sedang berdiri di depanku.
“Mari Aurel,” mama Max mempersilahkanku untuk masuk ke ruang rawat anaknya.
Fiuh… selamat… mama Max tidak menanyakan hal yang macam – macam. Tapi kenapa mamanya Max bilang kalau ia tidak pernah melihat Max berteman dengan seseorang sebelumnya ya? Aneh. Pria setampan dia pasti mempunyai banyak teman, apa lagi pacar dan mantan yang pastinya sudah menggunung.
Ck! Aku kenapa sih? Masa hanya membayangkan Max dikelilingi oleh wanita bisa membuatku kesal? Ah, taulah.
***
Aku sudah melihat kondisinya. Ia kelihatan menyedihkan. Tubuhnya semakin kurus, wajahnya semakin pucat. Membuatku ingin menangis melihat keadaannya. Dan yang paling membuatku sedih, Max tidak bisa masuk ke raganya.
Ada apa ini? Padahal aku sudah mempertemukah ruhnya dengan raganya, tapi ruhnya tidak mau masuk ke raganya. Lebih tepatnya, ruhnya terpental saat masuk ke raganya. Sebenarnya apa maksud dari semua ini? Kenapa semuanya makin terasa rumit dan membingungkan?
Aku masih punya waktu beberapa hari untuk membuat Max kembali ke raganya. Aku tidak ingin ia menjadi hantu yang sesungguhnya. Sekarang aku merasa tidak keberatan bila ia menghantui hidupku, tapi yang membuatku keberatan adalah jika Max benar – benar menjadi hantu dan menghilang.
Mungkin alasannya tetap berada disini karena raganya. Ia ingin kembali ke raganya. Tapi jika raganya terlalu lama kosong seperti itu, bisa – bisa ia… menghilang.
Oke Aurel, tahan air matamu. Jangan biarkan air matamu menetes saat seseorang yang ingin kau tangisi berada tepat di sebelah ranjangmu.
Malam ini aku hanya bisa duduk di atas ranjangku sambil memikirkan tindakan yang akan aku lakukan. Walaupun sudah memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Max kembali, aku tetap tidak menemukan secercah harapan. Semuanya terasa kacau. Sekacau mala mini.
Hujan dengan derasnya turun ke bumi dengan membawa suara petir dan guntur yang mengerikan. Berkali – kali aku menjerit saat suara mengerikan itu mulai menggelegar. Dan sialnya lagi, aku lupa menutup tirainya, jadilah aku bisa melihat cahaya petir itu yang suka muncul tiba – tiba ketika hujan.
“AAAA!!!” teriakku saat sebuah guntur menghantam dengan kerasnya dan membuat lampu di kamarku padam semua.
“WAAA!!!!! GELAP! GELAP!” teriakku mulai panic. Aku mulai gusar dan tidak bisa diam, karena aku memang paling takut dengan yang namanya mati lampu disaat hujan deras seperti ini. Ditambah lagi petir yang terus menyambar. Membuat rasa takutku makin meningkat.
Mendadak saja, hawa dikamarku menjadi aneh. Dan sekarang telingaku sudah menangkap suara – suara aneh. Kututup telingaku dengan kedua tanganku dan memejamkan mata, “pergi! Pergi kalian!” usirku kepada entah apa itu yang menimbulkan hawa aneh di kamarku. Aku merasa ia memiliki aura yang jahat.
“Pergi! Pergi! Pergi!” aku mulai menagis ketakutan.
Mendadak seluruh tubuhku merasakan hawa dingin yang begitu menusuk. “pergi! Pergi! Pergi!” teriakku berusaha mengusir hawa dingin yang membuatku semakin takut.
“Shh… tenanglah Aurel, ini aku,” bisik suara lembut yang terdengar familiar itu.
Kuberanikan diri untuk membuka mataku. Ternyata itu Max, ia sedang memeluk tubuhku yang sedang gemetar karena ketakutan.
“Jangan takut, ada aku disini,” ia membelai lembut rambutku. “Tidurlah,” perintahnya dengan suara lembut.
Aku takut jika saat aku tertidur, Max sudah pergi meninggalkan ku seorang diri, dan jika tiba – tiba saja makhluk mengerikan itu datang lagi?? AKU TIDAK MAU TIDUR!
“Jangan berpikir yang tidak – tidak. Aku akan menemanimu selama kamu tidur,” ia menatapku dengan tatapan mata yang teduh. Mata hitamnya bisa memudarkan rasa takutku yang hebat. “Jika kamu tidak keberatan, aku akan memelukmu selama kamu tidur. Tidurlah!”
Kali ini aku tidak menolak perintahnya. Kurebahkan tubuhku di kasur, mencari posisi nyaman dengan bantalku. Max juga ikut tidur di sebelahku sambil memeluk tubuhku. Dibalik selimutku, ia membelai punggungku, membuat tubuhku menjadi rileks. Hawa dingin darinya membuatku mengantuk. Apalagi sentuhan tangannya di punggungku, membuatku semakin mengantuk.
“Selamat tidur, Max,” ucapku sambil memejamkan mata.
“Selamat tidur,” ia mengecup keningku, meninggalkan hawa dingin di keningku yang membuat perutku sedikit geli. Seperti ada kupu – kupu yang berterbangan di dalam perutku.
Aduh, sepertinya aku jadi tidak bisa tidur karena perlakuan Max barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling In Love, with GHOST!?
FantasyGanteng sih... ralat. Ganteng banget malah iya. Walaupun wajahnya terlihat pucat seperti orang sekarat sekalipun, ia tetap terlihat tampan. Jatuh cinta? mungkin saja. Tapi aku kan baru mengalami patah hati, kenapa bisa cepat banget jatuh cinta lagi...