3 - Don't Blame Me!

97 18 238
                                    

Kringg.....

Bel berbunyi sekali, pertanda pergantian pelajaran. Ini sudah jam ketiga, dan 1 sesi pelajaran lagi setelah ini bel istirahat akan menyusul.

Arsen berjalan di koridor menuju kelasnya sambil bermain ponsel dengan sebelah tangan di sakunya. Matanya terpaku pada ponsel hitam di tangannya, sesekali ia mengetikkan sesuatu.

Sebuah pesan kembali muncul di kolom notifikasi, yang sejak tadi sengaja ia diamkan. Kini Arsen memutuskan untuk membukanya.

~ Yaya : Kamu ngapain tadi di lapangan?
~ Yaya : Kok teriak-teriak
~ Yaya : Sen?
~ Yaya : Eh nanti pulang sekolah anterin aku ke toko buku biasanya ya?

Beberapa pesan beruntun memenuhi room chat-nya dengan seseorang yang dikabarkan sedang dekat dengannya. Namanya Mawar Ayodhya, siswi pintar kebanggaan SMA Bhakti Cendekia. Tidak hanya pintar, Mawar juga berparas cantik dan anggun. Hampir satu sekolah mengakui betapa sempurnanya dia. Wajah cantik, pintar, hidup yang bergelimang harta, dan satu lagi. Dia memiliki seseorang yang dekat dan bisa diandalkannya. Siapa lagi kalau bukan Arsen.

Itulah mengapa tak sedikit siswi-siswi di sekolah ini langsung insecure begitu melihat Arsen dan Mawar sedang bersama. Bagi mereka, Mawar sangatlah beruntung bisa memiliki Arsen. Meskipun cowok itu terkenal galak dan dingin, tapi itu tidak menjadi penghalang baginya untuk selalu populer di sekolah.

Arsen berdeham, lalu mengetikkan sesuatu untuk membalas pesan itu.

~ Anda : Gpp, tadi nabrak orang
~ Anda : Oke

Mendadak mood-nya berubah drastis. Cowok itu mempercepat jalannya dan sampailah dia di kelas X IPS 1 yang notabenenya adalah kelasnya saat ini.

"Eh, Arsen."

Seseorang memanggilnya begitu ia menginjakkan kakinya di lantai kelas. Arsen tersenyum simpul membalasnya. Ia berjalan ke kursi belajarnya, diselingi bisikan-bisikan dari beberapa siswi yang diam-diam tertarik padanya.

"Udah, udah. Orangnya dateng, tuh."

"Ih, sumpah. Cakep banget jodoh orang, Cha...."

"Nah, itu dia dateng,"

Meskipun samar-samar, Arsen tetap mendengarnya. Cowok itu hanya melirik tajam ke arah mereka. Memang siapa sih yang suka dibicarakan di belakang? Rese!

Ada yang langsung bungkam dan menundukkan wajahnya. Tapi ada juga yang malah terpekik girang ditatap cowok itu.

"Sen, nggak ganti baju?" Seseorang menepuk bahu Arsen. Cowok itu menoleh, dan menemukan Dito di belakangnya. Dito menggenggam seragam olahraga di tangannya.

"Oh, udah bel?" tanyanya.

Bodoh. Itu hanya basa-basi, atau mungkin Arsen yang tidak menyadari perbedaan seragam yang dipakai teman sekelasnya.

"Buruan ganti, 10 menit lagi mulai katanya," kata Dito.

Arsen menjawabnya dengan senyuman, mengangguk samar.

Cowok itu mengambil baju olahraga dan menaruhnya di atas meja. Ia mulai membuka kancing bajunya. Baru 2 kancing terlepas, Dito menarik lengannya.

"Sen, lo bego apa gimane sih? Di kelas banyak cewek, anjrot. Main lepas baju aja lo!" Dito menatapnya melas. Cowok itu berbalik, menatap Dito datar.

Dear Tengil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang