sweet treatment [ 3 ]

240 42 70
                                    










I.

Dentingan garpu dan pisau besi adalah suara yang mendominasi antar ruang makan. Bersama dengan segelas vodka atau minuman berakohol lainnya.

Tepat sesaat Nanon menelisik cantiknya ruang temaram dengan buga mawar di sekelilingnya. Bercampur dengan musk pria di hadapannya, mulai detik ini mawar dan wangi maskulin Ohm adalah aroma kesukaannya.

Makanan di hidangkan. Pesanan di sajikan di atas meja bundar beralas kain putih, terkesan mewah. Nanon merasa takjub hingga akhir.

Udang berkilau yang tersedia memang sangat menggugah seleranya. Cantiknya makanan mahal cukup membuat rasa lapar membuncah.


"Bon appétit."

Menyuap perlahan pasta dengan balutan saus gurih, rasanya lumer di lidah, teksturnya lembut namun tidak terlalu kaya akan rempah.



Dan, sial.

Gila, kenapa pasta ini sangat pedas, sialan.

Menggebu-gebu ia mencari susu putihnya di meja, meneguknya bak orang kehausan. Di hadiahi kerinyitan bingung dari pasangannya.


"Hei, hati-hati bocah. Kau kenapa?"

Nanon menggeleng, ia mendongkak penuh peluh, "Ssh—p-pedas, sir."

Ohm dengan panik mengambil napkin yang berada di mejanya, perlahan berdiri teratur seraya mengusap sisa saus cabai di sudut bibir si manis.

"Pedas sekali, ya? maafkan aku. Sial, dimana pelayan, sebentar ya akan kutukar milikmu."

Nanon menggelang tegas, tidak perlu. Ia segera mengambil napkin dari tangan milik pria di hadapannya. Berucap racau, "Tidak apa, sir. Aku akan tetap makan, sayang jika di buang."

"Tidak. Aku tidak mengizinkanmu."

Dengan gertakan, membuat yang di tuju sedikit merundukkan kepalanya takut.

Ohm menghela napas gusar, memijit batang hidungnya pelan, "Oke, kalau begitu kau makan punyaku. Milikmu akan kumakan. Jangan menolak."

Mau tak mau Nanon mengangguk kaku, ia mengambil alih piring putih dari pria tersebut, memakannya pelan dengan menatap gerling wajah Ohm di depannya.

Wajahnya terlihat—menahan sakit?





"H-hei, sir, kau baik?"

Di balas tatapan tajam, "Makan. Tidak usah pedulikan aku."

Nanon mengerjap, memilih melanjutkan makan dengan kedua denting besi. Tapi—ia tak kuasa menahan gelaknya.

Menghadirkan angkatan alis tebal dari pria maskulin, bocah di hadapannya kenapa tiba-tiba tertawa begini?


"Ada yang melucu disini, kid ?"


"T-tidak sir, kau yang lucu. Memilih mengorbankan makananmu hanya karena bocah seperti diriku. Rasanya, seperti mendapat kepedulian?"

Ohm tersedak. Menepuk pelan dada bidangnya dan meneguk segelas air putih di meja.

"Y-ya itu karena aku yang pesan. Kau yang memintaku memilih makananmu, right ?"

Selama si manis mengetahui Ohm, pria itu wajahnya datar, minim ekspresi dari manusia lainnya. Terlebih menjaga imej karena pria itu wibawa. Tapi sekarang, melihatnya peduli pada orang lain membuat Nanon tak bisa menahan lesung.

Akatalepsi | OhmnonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang