empat puluh (FIN)

441 24 1
                                    

Bandung, 3 Januari 2016

Krystalia

Ini hanya ungkapan kecil dari hati aku yang paling dalam, utukmu orang yang sangat aku cintai.

Kaizan..

Kamu tau kapan pertama kali aku jatuh hati kepadamu?

Mungkin saat ini waktu aku mencintaimu semakin bertambah. Ya, 2 tahun yang lalu kamu berhasil membuat aku jatuh kedalam pesonamu. Sikap kedewasaan kamu berhasil membuat aku jatuh cinta. Saat itu juga nama kamu yang selalu aku selipkan dalam do'a, kamu yang selalu aku semogakan dalam setiap sujudku.

Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain, Ia terlalu merindukanmu sampai memanggilmu terlebih dahulu. Jika ditanya bagaimana perasaanku, aku marah, aku kesal, tapi semua itu tidak akan bisa membuatmu kembali lagi seperti semula.

Maafkan aku, Zan. Karena hal yang tidak pernah aku inginkan kamu harus menahan rasa sakit yang sangat luar biasa. Saat ini aku seperti kertas yang siap kapan saja tertiup angin dan melayang entah kemana.

Kaizan, aku merindukanmu. Aku membutuhkanmu, pelindungku..

Tangisan yang tak pernah terhenti kala aku mengingatmu dan mengharapkanmu kembali berada di sampingku meski itu sangat mustahil.

Rasanya ingin sekali aku menyusulmu, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang saking putus asa nya.

Maaf, Zan.. saat ini aku putus asa..

***

Kegiatan gue kembali lagi seperti semula. Bener kata orang, dunia akan terlihat baik-baik aja walau dunia gue terasa sangat hancur. Dan ya, gue liat semua temen-temen yang ada dikelas ini terlihat baik-baik aja, mereka ketawa saling bersenda gurau satu sama lain.

Tapi beda halnya dengan gue, mata panda yang semakin menghitam dan bibir yang pucat bikin semua orang ketakutan buat deket sama gue. Nindy hari ini ga masuk maka dari itu gue semakin merasa sendirian di ruangan ini.

Selesai kelas hari ini, gue mutusin buat langsung keluar dari kelas tanpa menghiraukan tatapan orang-orang. Rasanya ga ada gairah di diri gue buat belajar dan ngobrol sama orang-orang. Seharusnya di tahun baru ini gue bisa membuka lembaran baru tapi nihil, gue ga bisa lupain semuanya.

Gue jalan keluar dari gedung fakultas ini demi menenangkan diri, gue pergi ninggalin pelataran kampus dan terus berjalan sampai akhirnya gue terduduk di kursi yang berada di taman dekat kampus.

3 hari yang lalu Kaizan udah dimakamkan, tapi gue ga ikut ke pemakaman dia. Gue ga sanggup dan ga akan pernah sanggup liat batu nisan yang diatasnya tertulis nama laki-laki yang sangat gue cintai.

Gue membuka album foto yang isinya ada foto-foto gue bareng Kaizan. Liat senyuman Kaizan di foto itu bikin gue kembali meneteskan air mata tanpa diperintah. Rasanya sesak sekali menyadari bahwa orang yang biasanya selalu mengisi hari-hari gue sekarang udah ninggalin dunia untuk selama-lamanya.

Namun tak lama dari itu, gue kembali berjalan berniat pergi ke tempat-tempat yang dulu pernah gue datangi sama Kaizan. Setidaknya rasa rindu gue terobati dengan datang ke tempat itu.

Gue meniungkan tudung jaket agar orang-orang ga liat betapa buruknya wajah gue sekarang, berjalan di trotoar melewati toko-toko dan halte bus. Sampai akhirnya gue berhenti di lampu lintas yang menunjukkan lampu merah untuk pejalan kaki, gue melamun liat mobil dan motor berlalu lalang lintas didepan gue.

Lagi-lagi gue nangis tanpa disuruh siapapun. Gue menggenggam erat album foto itu yang sedari tadi gue pegang.

"Tega banget kamu, Zan." lirih gue.

Tangisan gue semakin deras, isakan itu membuat bahu gue naik turun dan gemetaran.

Saat ini, gue ngerasa ga punya semangat untuk hidup lagi.

Biar orang lain nyebut gue lebay ataupun apa tapi asal mereka tau, gue ga bisa hidup dengan nyaman setelah setengah hidup gue pergi.

Kaizan, dia setengah hidup gue yang pergi. Dia yang tega ninggalin gue sendirian nahan rasa ini di dunia yang kejam.

Gue yakin, kalo pun Kaizan sekarang disini, dia pasti marah-marah liat keadaan gue yang udah kaya orang kehilangan kewarasannya. Maaf Kaizan, tapi aku bener-bener putus asa sekarang.

Tanpa gue sadari, dengan perlahan gue melangkahkan kaki menerobos zebra cross yang masih penuh dengan mobil dan motor.

Ya, gue emang gila, gue udah ga waras.

Grep!

"KAMU UDAH GILA KRYSTAL?! JANGAN BERTINDAK GEGABAH!"

Seseorang yang udah narik gue kembali ke trotoar, dia genggam tangan gue dengan erat.

Gue menggeleng-gelengkan kepala. "Ya, gue udah gila! Lepasin!"

"Sadar Krystalia! Jangan kaya gini!" seru Sean.

"Gue mau nyusul Kaizan, Yan. Lepasin.." gue memberontak dan berusaha ngelepasin genggaman Sean.

Sean sama sekali ga peduli sama apa yang gue ucapin, dia narik tangan gue lalu membawa gue ke dalam pelukannya. Gue tetep memberontak di pelukan dia, nangis sejadi-jadinya meluapkan semua rasa sakit yang terpendam di hati gue.

"Gue mau ketemu Kaizan, gue mohon Yan.." gumam gue.

"Ga gini caranya, Lia." Sean menggelengkan kepalanya, dia ngelepasin pelukannya lalu mengusap kedua pipi gue. "Udah cukup gue kehilangan kakak gue, Kaizan. Gue ga mau kehilangan seseorang lagi,"

Gue ga bisa mikir jernih, gue ga ngerti apa maksud dari ucapan Sean. Dia kembali meluk gue dan terus mengusap-usap punggung gue sampe berhasil meredakan tangisan sekaligus menenangkan gue.

-selesai-



















Haii guys..

Gimana kabar kalian?
Aku harap baik-baik aja yaa. Mumpung masih di suasana lebaran, aku mau ngucapin Taqabalallahu minna wa minkum. Mohon maaf lahir dan batin semuanya🙏🏻

Dan untuk cerita ini, aku mau nanya ke kalian. Cerita ini mending ada yang keduanya atau udah cukup sampe sini aja?
Yuk komen sebanyak-banyaknya ya, hasil komenan itu bisa bikin aku semangat buat ngelanjutinnya. Itupun kalo kalian mau ada lanjutannya.

Udah mungkin segitu, sampai dijumpa di lain waktu. Byee..👋🏻👋🏻💚

Kaizan Krystalia 2015 - EX (END)☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang