Kelas berakhir. Satu persatu siswa mulai meninggalkan kelas. Biasanya Gun adalah siswa yang paling bersemangat saat kelas berakhir, tapi kali ini berbeda. Wajah indahnya tampak murung
"Gun, ayo pulang" ajak Off pelan
Gun menggeleng. "Kau pulanglah duluan. Aku ada rapat OSIS" tolak Gun halus tanpa melihat wajah Off
"Tapi-"
"Tak apa. Tak usah menungguku" senyum sendu terbit dari bibir cherrynya
Off merasa ada yang salah dengan sahabatnya, sedari tadi Gun tampak murung. Off mencoba menjahilinya seperti biasa tapi Gun tidak merespon. Ia sudah bertanya ada apa tapi pria kecil itu juga tidak menjawab. Ini terasa ganjil, namun ia tak bisa berbuat apapun. Gun adalah tipe orang yang tidak suka dipaksa, maka dari itu Off hanya bisa mengangguk pasrah saat Gun kembali menolaknya
"Aku pulang dulu ya" Off beranjak. Ia sempat mengelus pucuk kepala Gun sebelum meninggalkan pria kecil itu
Gun menatap kepergian Off dalam diam. Entah mengapa ia sedikit gugup sekarang
Kelas terasa hening. Hanya tersisa dua makhluk didalam kelas itu
Gun bangkit perlahan. Tubuhnya bergerak menuju bangku si murid baru dibelakangnya dengan wajah tertunduk.
Ternyata OSIS bukanlah alasan untuknya tetap tinggal disekolah. Pria inilah alasan yang sebenarnyaGun berhenti setelah jarak mereka cukup dekat. Entah mengapa kakinya terasa sangat berat sekarang. Pria tan itu bangkit. Langkah sigapnya menuju kearah Gun tanpa ragu sedikitpun
Gun merasa dadanya berdegup kencang sekarang
Langkah itu berhenti tepat didepan Gun. Karena Gun masih menunduk ia dapat melihat sepatu hitam pria itu dengan jelas
"Gun" panggil pria itu dengan suara serak miliknya
Tubuh Gun berjengit ketika mendengar suara itu. Perlahan ia mendongakan kepalanya. Mendapati pria tan itu tengah menatapnya dengan tatapan sendu
"Phi,,,,, " suaranya tercekat. Bulir bulir kristal mulai menghiasi kedua matanya. Tanpa pikir panjang, Gun segera memeluk pria yang dipanggilnya phi tadi. Tangisnya pecah. Ia merasa sangat sesak sekarang
Pria bernama Tay itu balas memeluknya. Tangannya lembut mengusap rambut legam Gun dengan perlahan. Dadanya ikut sesak melihat Gun rapuh dihadapannya
"Berhenti sampai sini saja hmm" tawar Tay sembari mengecup pucuk kepala Gun
Gun menggeleng. "Aku ingin bahagia phi" tolak Gun dengan tangis yang masih menghiasi mata beningnya
"Papa tak mungkin menyuruhku pulang kalau keadaanmu baik baik saja Gun. Ini semua demi kebaikanmu.
Hasil check up terakhir mengatakan kalau leukimia mu naik menjadi stadium 2. Kami semua khawatir padamu" Tay mencoba menjelaskan masalah ini dengan sesabar mungkin. Gun adalah tanggung jawabnya. Kejadian belasan tahun lalu membuatnya harus memikul tanggung jawab ini
Belasan tahun lalu,,,,, Tepat saat ia menghambur dalam pelukan keluarga Phunsawat. Saat keluarga itu dengan tulus mengadopsi dirinya yang yatim piatu di sebuah panti asuhan tua. Saat keluarga itu mengatakan bahwa ia akan menjadi seorang kakak bagi malaikat kecil dalam gendongan nyonya Phunsawat.
Tay bersumpah. Ia bersumpah akan melindungi adik kecilnya sebagai bentuk balas budi pada keluarga yang telah mengubah hidupnyaKeluarga itu menyayangi Tay sebagaimana anak mereka sendiri. Tak pernah ada perbedaan antara Tay dengan Gun (anak kandung mereka)
Tak tanggung tanggung, tuan Phunsawat bahkan mengirim Tay untuk belajar di Amerika saat mengetahui bahwa Tay memiliki potensi diatas rata rata. Sangat jarang yang mengetahui bahwa Tay adalah anak angkat keluarga Phunsawat karena pria yang memiliki beda 3 tahun dengan Gun itu besar di Amerika. Ia tumbuh dengan sangat mengagumkan. Di usianya yang ke 17, ia berhasil menyabet gelar dokter termuda dan sempat menjadi perbincangan dunia. Kemudian Tay melanjutkan studinya dengan mengambil program pendidikan spesialis bedah onkologi karena ia tertarik dengan acara 'bedah membedah'
KAMU SEDANG MEMBACA
my sunshine
RomanceTentang perjuangan pria kecil yang ingin menyelamatkan cinta pertamanya