"Hey, ayo ke kantin bro, kenapa kau masih di kelas," ajak salah seorang siswa ber-name tag Sungjae bersama teman temannya yang lain. Taehyung mengajak Jimin namun Jimin menolak disebabkan dia sedang tidak ingin makan. Taehyung sempat memaksa tapi temannya telah menariknya jauh dan berakhirlah mereka di kantin.
Bukannya menikmati makanan. Taehyung terus mengaduk nasinya dengan tatapan kagum menuju seseorang murid di meja makan seberang. Seseorang gadis yang amat cantik yang pernah dijuluki 'wajah sekolah' akibat parasnya bak bidadari. Memang sudah lama ia mengagumi sosok itu.
"Kau masih menyukainya? Tidak kapok?" Ucapan Sungjae membuyarkan atensinya. Sontak teman teman sebelahnya juga ikut menoleh dan menatap sungjae dan taehyung bergantian.
"Kalau tidak kenapa huh? Ada masalah denganmu?" Ucap Taehyung sinis.
"Lee Soo-jin mana suka dengan berandalan sepertimu. Suka tawuran, ayahmu saja sampai mengeluh terus." Ejek Sungjae.
"Cihh.. lalu dia suka pria yang seperti apa?"Tanya Taehyung merengut
"Emm seperti anak baru yang duduk di belakangmu mungkin, ah.. aku lupa namanya." Ucap Sungjae jujur.
"Jimin maksudmu?"
-
Sepanjang menyusuri koridor, Taehyung terus terpikirkan ucapan Sungjae. Pikiran-pikiran negatif mengitari kepala. Secara, Soo-jin sendiri pernah menolaknya mentah-mentah dengan alasan ia tak menyukainya. Ia menyukai anak laki-laki yang tidak banyak bicara dan pintar. Kemudian fakta mengejutkan datang dari Sungjae, memang benar adanya bahwasanya Soo-jin menyukai Jimin dan memberitahukan teman dekatnya, Hyera, yang merupakan pacar Sungjae sejak dua bulan lalu jatuh cinta dalam kencan buta mereka yang tak sengaja. Jimin sendiri adalah siswa yang cerdas secara akadamik maupun non-akademik. Ia tahu segala aspek dan bidang Jimin telah kuasai. Karena wali kelas nya, Bora-ssaem menunjukkan prestasi Jimin sejak sekolah dasar dan terus membanggakan si sosok Jimin yang berhasil lolos pertukaran pelajar dengan tujuan untuk memotivasinya agar berhenti tawuran dan balapan liar kemudian memutuskan menjadi siswa yang teladan.
Sayangnya, Taehyung hanya menganggap angin nasihat wali kelasnya. Sekalipun ia di ruqyah kalau bukan niatnya untuk berubah maka ia takkan lakukan.
-
Suasana di Busan tak pernah berubah sejak satu tahun terakhir ia berkunjung. Jalanan yang penuh manusia yang tengah berlalu lalang melakukan kegiatan mereka di setiap pagi. Tak ada yang menarik, sama seperti Seoul hanya saja Seoul lebih padat. Ia menghela nafas berat, sedikit merilekskan pikiran sejenak sebelum hendak menuruni mobil sportnya. Ia benarkan dasinya serta tangan yang mengibas-ngibas jas guna menghilangkan kusut di bajunya. Ia mencoba untuk tak terlihat frustasi, acak-acakan dan banyak pikiran di setiap sudut pandang orang-orang yang melihatnya.
Tiba-tiba atensinya memusat pada suatu objek. Seorang perempuan cantik yang baru saja keluar dari sebuah cafe dengan tangan kosong dan wajah yang merengut. Ia tak salah lihat, ia mengenalinya.
"Lee.. Jieun" Teriaknya sambil lari menuju perempuan tersebut. Namun yang ia terima adalah tatapan takut dan gemetar. Perempuan itu sempat berlari tapi ia menahan pergelangan tangannya.
"Jieun.. kau Jieun kan?? Aku tau kau masih hidup.. K-kau ingat aku kan. Aku Jungkook. Jeon Jungkook." Jungkook terdiam melihat perempuan yang ia panggil Jieun yang tak mau melihat wajahnya. Ia hanya memberontak minta lepas dari genggaman tangannya. Namun Jungkook adalah Jungkook. Ia egois dan kasar, maka ia tarik kedua lengan Jieun kasar dan kedua mata mereka saling bertemu. Tersirat pada matanya bahwa Jieun sedang ketakutan bahkan tubuhnya gemetar.
-
Kejadian tadi pagi membuatnya gila. Memori lama yang sudah ia coba lupakan kembali menyapa pikirannya. Sekuat tenaga ia kerahkan untuk tak lemah. Tentang bagaimana Jungkook yang tiba-tiba memeluknya. Ia ingin memberontak keras namun raganya hanya pasrah dalam pelukan hangat yang pernah ia rasakan 16 tahun yang lalu. Ketika pelukan itu sedikit melonggar, ia sempatkan untuk kabur dan segera kembali ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Treason [HIATUS]
Teen FictionCinta, kasih sayang dan pengorbanan serta pengkhianatan akan selalu mengikuti kisah harmonis sebuah keluarga. Maka semua masalalu kelam orangtua juga akan menyelimuti kehidupan sang anak dan menciptakan sebuah ikatan yang renggang. Lee Jieun yang d...