Prolog

1.9K 228 28
                                    

Happy Reading

"Sudah dua tahun sejak kejadian itu tapi kau masih saja pergi ke makamnya," Lisa menatap Jennie dengan tatapan bingung dicampur kesal. 

Jelas sekali kalau gadis yang terbaring di dalam liang kubur itu adalah sumber dari semua masalah Jennie tapi entah kenapa gadis bersurai hitam itu masih saja pergi berkunjung kesana, Lisa sungguh tidak mengerti jalan pikiran Jennie.

"Ada sesuatu yang mengganggu pikiranku Lisa," jujur Jennie setelah membisu mendengar omelan teman yang dulunya pernah menjadi rekan satu timnya di kepolisian sebelum akhirnya Jennie memutuskan untuk pindah tugas ke Jeonju. 

Disana Jennie hanya bekerja menjadi seorang petugas kepolisian biasa yang berkutat dengan administrasi dan input data perihal kasus-kasus yang terjadi di kota itu.

Jennie memutuskan tidak ingin menjadi detektif lagi semenjak kejadian yang terjadi dua tahun lalu.

Setelah kejadian itu dia menjadi rutin melakukan pertemuan dengan seorang psikiater demi mengurangi rasa traumanya karena bagaimana pun hidupnya tetap harus berlanjut. 

Jennie merasa dirinya tidak bisa berdiam diri karena di bayang-bayangi rasa takut. Dia berhak bahagia.

"Apa ini masih perihal mimpi burukmu?" tanya Lisa memlembut melihat wajah Jennie yang terlihat lelah bercampur bingung, bagaimana pun keras kepalanya Jennie, dia tahu kalau gadis itu masih dalam tekanan psikis yang hebat.

"Ini jauh lebih buruk dan mengerikan dari hal itu Lisa," Jennie mengeram rambutnya kasar, helaan nafasnya terdengar gusar oleh indra pendengaran Lisa.

"Kau bisa membaginya denganku Jennie," Lisa meraih tangan Jennie agar gadis itu berhenti menarik rambut hitamnya.

"Aku takut," lirih Jennie seperti berbisik.

"Aku selalu ada untukmu Jen, kau tidak perlu takut, tidak akan ada yang melukaimu," Lisa meremas tangan Jennie lembut seolah memberikan dukungan tanpa kata pada Jennie.

"Aku melihat dia," jawab Jennie singkat.

Alis Lisa mengerut bingung mendengarnya, dia tidak menjawab melainkan menunggu Jennie untuk melanjutkan omongannya.

"Bagaimana jika aku gila Lisa? Aku melihat Roseanne, aku melihat dia tersenyum padaku. Bagaimana.. Bagaimana jika.. Aku sudah gila..Roseanne sudah tiada..bagaimana mungkin? Aku melihat dia dengan jelas," racau Jennie panik, dia terlihat semakin kacau.

Lisa terkejut mendengar racauan Jennie tapi dia tidak boleh hanyut dalam keterkejutannya atas penuturan Jennie, dia harus menenangkan gadis itu terlebih dahulu.

"Ssst.. Kau tidak gila," Segera Lisa merengkuh Jennie dalam dekapannya, memberikan usapan lembut pada punggungnya serta tidak lupa membisikkan kalimat penenang pada gadis yang sekarang terisak dalam dekapannya.

Hati Lisa sungguh sakit melihat Jennie seperti ini.

Di lain sisi otaknya juga berpacu memikirkan kemungkinan mengenai apa yang dikatakan Jennie barusan.

'Apa mungkin Jennie mulai berhalusinasi? Atau mungkin Roseanne masih belum tiada?'

Lisa bergidik ngeri memikirkan kedua hal itu. Tidak ada yang menjadi pilihan.









"Kau milikku Jennie"







"Kau milikku Jennie"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






"Hi semua! Kita ketemu lagi di season 2 TCR yey 👏🏼 kali ini dengan judul yang berbeda. Selamat menikmati rollercoaster plot di season 2 ini ya," - allrosesberosie.

Halo semuanya, ketemu lagi sama cerita ini yang udah kalian tunggu-tunggu kelanjutan dari detektif Kim dan si pembunuh berdarah dingin Rosé. Oh iya untuk kelanjutan tcr 2 ini yang create cuma dua author, aku dan allrosesberosie.
Semoga cerita ini tetap jadi cerita yang kalian tunggu setiap minggunya yaa, see you.👏👋 - Caen

SINISTRÉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang