10. Pantai

1.4K 81 1
                                    

Hallo semua nya! Apa kabar kalian? Semoga baik-baik saja ya....

Jangan lupa komen dan vote!!

Selamat membaca dan menikmati cerita ini.

Sorry for typo!

Have a good day always🤗

-More Than Sister-

Setelah di dalam mobil sangat lama, akhirnya Nata memutuskan untuk ke Pantai yang tidak sengaja mereka lewatin. Hari mulai sore, matahari dengan perlahan mulai menyembunyikan dirinya sinar matahari yang sangat indah menyoroti sosok dua pasang orang yang tengah menikmati angin sore di pinggir pantai yang hanya diisi mereka berdua.

“Cantik.”

Alis Nata terangkat kala kata itu keluar dari mulut Dipo, “siapa? Gue? Tau kok gue cantik.”

“Pede banget.”

“Kenyataan Dip.”

“Dari sekian banyak tempat yang kita lewatin kenapa milih pantai?”

Pertanyaan yang di lontarkan Dipo membuat Nata tersenyum lebar, ntah lah dia begitu menyukai pantai tidak ada alasan. Menurut nya pantai begitu tenang tempat yang sangat cocok untuk berbagi cerita, angin yang menjadi penghantar ceritanya kepada Tuhan, ombak yang menjawab dan matahari yang menjadi pendengar nya. Pantai begitu spesial bagi dirinya.

“Pantai itu spesial Dip.”

“Oh ya? Spesial nya apa?”

“Dia bisa jadi jawaban dari semua pertanyaan yang tidak bisa dijawab siapa siapa, termasuk diri lo sendiri.”

Dipo bingung dengan jawaban Nata, tadi dia mencoba untuk mengerti. Angin yang sedikit kencang membuat anak rambut Nata menutupi wajahnya, perempuan itu sedari tadi tersenyum, senyuman yang begitu lembut membuat Dipo juga ikut menarik bibirnya. “Nat.”

“Saya?”

“Kenapa Dip?” Nata menoleh ke arah Dipo yang menatapnya.

“Mau nyanyi ga?” tanya Dipo yang membuat Nata menaikan alisnya.

“Nyanyi?”

“Iya, mau ga?”

“Gue ga bisa nyanyi, lo aja.” tolak Nata.

“Gapapa, sebentar.”

Nata melihat kepergian Dipo yang meninggalkan dirinya sendiri, tidak lama dia kembali dengan gitar di tangan yang membuat Nata bingung dari mana laki-laki itu mendapatkan benda itu. “Dapet dari mana?”

“Itu.” tunjuk Dipo pada pengamen yang tengah terduduk di salah satu kursi.

“Kamu yang kutunggu, gimana?”

“Bole.”

Gitar yang di petik mengeluarkan nada yang begitu lembut, dibawa angin dinikmati oleh ombak dan senja, “telah kutemukan yang aku impikan kamu yang sempurna.”

“Segala kekurangan semua kelemahan kau jadikan cinta.”

Tanpamu...
Aku tak bisa berjalan
Mencari cinta sejati
Tak kutemukan
Darimu...
Aku bisa merasakan
Kesungguhan hati
Cinta yang sejati
Karnamu...”

“Dikirim tuhan untuk melengkapi ku tuk jaga hatiku...

Karna mu... hasrat terindah untuk cintaku...
takan cemas ku percaya kamu...
karena kau jaga tulus cinta mu
ternyata kamu yang kutunggu....

Mata mereka saling tatap, seperti ada kata yang mereka sampaikan lewat dari siratan mata itu. Kembali melanjutkan lirik lagu berikutnya sampai habis, tersenyum bangga dengan dirinya Nata bisa mengontrol detak jantung yang tidak normal gerak nya. “Wah, suara lo bagus banget Dip.”

“Lo juga Nat.”

Mereka kembali terdiam, terkunci dengan wajah yang saling berhadapan angin langit mulai gelap, burung mulai kembali ke rumahnya matahari sudah terbenam dengan sempurna. Langit sore yang mengeluarkan warna oren itu sangat indah, menghiasi pemandangan pasangan itu.

Wajah mereka perlahan semakin dekat deru napas yang terhembus sangat terasa hangat, detak jantung yang tidak dapat di kendalikan hingga benda kenyal itu saling menyatu. Lagi, Nata merasakan benda itu. Dan lagi dirinya yang memulai lebih dulu untuk mendaratkan bibirnya di bibir Dipo.

Nata mencoba mendalami ciuman itu, tangan nya mulai melingkar di leher Dipo mencoba untuk memasukkan lidahnya. Namun gagal, Dipo lebih dulu menyelesaikan ciuman itu. “Udah malam Nat, ayo pulang.”

Nata memegang bibirnya, melihat Dipo yang telah pergi lebih dulu sedikit menyesali perbuatannya. “Bego banget, tapi bibir nya candu gimana dong?!”

“Dipo tungguin!!” jerit Nata memanggil Dipo yang menghampiri pemilik gitar yang tadi di pinjam nya.

Di dalam mobil mereka menciptakan suasana canggung dan hening yang hanya diisi oleh alunan lagu yang Dipo putar tadi.  Memakan waktu yang panjang akhirnya mereka sampai di depan gedung apartemen milik Nata.

“Masuk sana, sweter nya besok gua ambil harus udah bersih.” ucap Dipo.

Tadi laki-laki itu memang meminjam kan sweter nya untuk Nata, pakaian yang begitu terbuka mustahil rasanya Dipo akan diam saja. Jadi dia meminjam kan nya pada Nata. “Iya iya.”

Nata turun dari mobil, Dipo menurunkan kaca mobilnya hingga mereka saling pandang. “Langsung masuk, makan nya jangan lupa.”

“Iya iya, udah sana pulang nanti di cariin Bunda.”

“Oh ya jangan lupa bilang makasih ya sama Bunda.”

Dipo mengangguk, tersenyum hingga akhirnya dia meninggalkan Nata yang masih berdiri menatap kepergian mobil Dipo. “Jantung gue ga aman!”

Dering ponsel nya sedari tadi berbunyi terus, namun tidak di hiraukan karena panggilan alam tiba-tiba datang, buru-buru dirinya berlari. Tapi perasaan tidak enak menghingap di perasaannya. “Jantung gue ngape makin kenceng debar nya.”

Dia membuka pintunya apartemen buru-buru namun, pandangan yang sangat mengerikan tampil di depan mata. “Ga usah pulang aja.”

PUK!

TBC.

Hallo semua nya!!

Apakabar kalian?!

Gimana dengan bagian ini?

G

uys aku ada kabar gembira ini, jadi aku bakal up seperti chatingan parah tokoh-tokoh MTS di story' Instagram aku, dan kalau kalian telat baca nya kalian bisa cek di highlight nya hehehe

Dan untuk kalian jangan lupa untuk follow Instagram aku @/mcjenrrana

More Than SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang