Chapter 1 - A cross mark

586 45 16
                                    

Dalmi terbangun dari tidur nya dengan perut yang terasa sakit. Rasa sakit yang familiar membuat hatinya cemas dan terasa perih. Dalmi menoleh ke samping tempat tidurnya dimana suaminya masih tertidur dengan pulas. Wajah nya yang tampan dan polos membuat hati Dalmi semakin mencelos.

Dalmi lalu beranjak menuju kamar mandi. Dengan hati berdebar ia menarik under wear nya dan kecurigaannya ternyata terbukti. Noda merah di sana membuat tubuh Dalmi terasa lemas hingga ia terduduk lesu di kursi toilet. Air mata mulai jatuh dipipinya yang putih halus bagai porselen.
 
Selama beberapa saat Ia hanya bisa menangis tersedu. Dalmi lagi-lagi merasa gagal. Ia merasa di khianati oleh tubuhnya sendiri. Awalnya hati Dalmi sudah mulai berharap ketika ia telat period selama dua hari. Bahkan dirinya telah menyiapkan alat test kehamilan namun ia masih menunggu setidaknya hingga hari ke-tiga terlambat. Ya, Dalmi tidak ingin kekecewaan yang berulang kali ia alami saat melakukan test itu kembali terjadi. Dua garis biru yang selama ini ia harapkan namun  yang didapat selalu satu garis yang membuat hatinya terasa hancur. Dan ternyata tepat di hari ketiga yaitu hari ini hati Dalmi kembali tetap terasa hancur.
 
Setelah puas menumpahkan kesedihannya Dalmi mengusap air matanya. Ia lalu membasuh wajahnya di wastafel setelah itu keluar kamar mandi. Kemudian Dalmi mengganti pakaian tidurnya dan mengambil tas kecil nya yang ada di atas meja nakas dan bergegas keluar kamar.
 
Dalmi menghentikan langkahnya di dapur untuk mengambil minum, sekilas pandangannya tertuju pada rangkaian tanggal yang tersemat di dinding. Air mata Dalmi kembali menggenang dan perlahan ia mengambil pulpen dari tas nya lalu membubuhkan tanda silang di tanggal hari ini. Setelah itu ia bergegas pergi keluar rumah dengan terisak.
 
***

Hari ini Dosan terbangun agak siang karena ia sengaja mematikan jam wekernya ketika weekend. Akhir-akhir ini pekerjaan di kantor sangat menguras tenaga dan pikirannya. Saat ini CheongMyeong Company yang berawal dari Start Up Company  kini sudah menjadi salah satu Unicorn Company di korea. Dan itu berhasil di dapat hanya dalam kurun waktu lima tahun. Semua itu berkat kerja sama team dan juga kehebatan istri nya sebagai CEO dari CheongMyeong Company.  
 
Rencananya di weekend ini Dosan ingin menghabiskan waktu berdua hanya dengan istrinya. Karena walaupun mereka bekerja satu kantor bahkan tempat duduk kerja mereka pun berdampingan namun karena kesibukan pekerjaan masing-masing mereka jarang berinteraksi apalagi untuk berduaan layaknya pasangan suami istri.
 
Dosan menoleh ke samping tempat tidur yang telah kosong. Helaan nafas berat karena kecewa keluar dari bibirnya. Harapannya untuk menghabiskan weekend bersama istrinya ditempat tidur setidaknya sampai tengah hari pupus. Dengan berat Dosan beranjak keluar kamar. Ia melangkah menuju dapur berharap istrinya ada disana namun ternyata kosong.
 
“Yeobo...” Dosan memanggil dan mencari istrinya di tiap ruangan apartemen mereka namun tidak ada. Tidak biasanya istrinya pergi di pagi hari saat weekend apalagi tanpa memberitahukannya terlebih dahulu.

Pandangan Dosan lalu tertuju pada tanda silang yang tertera di kalender yang tergantung di dapur. Kalender yang sejak setahun ini sengaja diletakkan disana oleh istrinya dan telah di coret dengan tanda-tanda silang tiap bulannya. Tanda silang yang selalu membuat wajah istrinya yang ceria berubah menjadi sedih. Tanda silang yang selama beberapa bulan terakhir ini menjadi momok yang menakutkan di kehidupan rumah tangganya terutama istrinya.
 
Tubuh Dosan memaku sejenak lalu ia berjalan mendekati kalender itu. Dengan tatapan sedih tangannya menyentuh tanda silang yang tersemat ditanggal hari ini. Hati Dosan mulai cemas memikirkan perasaan istrinya saat ini.

“Dalmi pasti sangat bersedih...apalagi bulan ini dia sudah telat dan itu sudah membuatnya sangat berharap” batin Dosan berkata lirih.
 
Dosan dan Dalmi telah menikah selama lima tahun yang dipenuhi dengan kebahagiaan. Setelah melewati berbagai rintangan dan kesalahpahaman akhirnya cinta mereka dapat bersatu. Namun sampai saat ini mereka belum di karuniai buah hati.
 
Tahun-tahun pertama tanpa kehadiran buah hati awalnya tidak merisaukan Dosan dan Dalmi. Karena selain masih muda, kesibukan pekerjaan juga mengalihkan mereka dari keinginan untuk memiliki anak. Mereka juga masih menikmati hari – hari berdua sebagai suami istri.
 
Namun menginjak tahun ke-tiga, mereka mulai merindukan kehadiran sang buah hati. Apalagi pihak keluarga mereka mulai menanyakan mengenai hal ini. Terutama orang tua Dosan. Walaupun bisa dimengerti karena Dosan anak tunggal dan mereka sudah mengharapkan cucu pertama darinya. Sedangkan dari pihak Dalmi agak sedikit terobati karena Halmoni dan Eommanya ditahun itu akhirnya mendapatkan cucu pertama dari In Jae kakaknya yang baru saja lahir. Walaupun mereka tetap mengharapkan kehadiran cucu dari Dalmi.
 
Di tahun ketiga pernikahannya itu pula akhirnya Dalmi dan Dosan mulai memikirkan lebih serius untuk memiliki keturunan. Mereka mulai mengurangi pekerjaan lemburnya dan memperbanyak waktu kebersamaan berdua dengan harapan suatu saat usaha mereka membuahkan hasil. Namun sampai setahun kemudian keberuntungan belum berpihak pada mereka.
 
Di tahun ke empat pernikahan tanpa kehadiran buah hati, Dosan melihat Dalmi semakin resah. Istrinya takut akan kemungkinan ia tidak mampu memberikan keturunan untuknya. Walau Dosan selalu meyakinkannya kalau ia akan tetap mencintai Dalmi walau tanpa anak di kehidupan mereka namun Dalmi tetap gelisah dan sedih. Akhirnya mereka memutuskan memeriksakan diri ke dokter untuk mencari tahu kondisi kesehatan mereka dalam mendapatkan momongan.
 
Dari hasil pemeriksaan Dokter ternyata tidak ada masalah pada kesehatan mereka. Dokter pun akhirnya hanya memberikan vitamin ke Dalmi untuk menjaga kesehatannya. Namun setelah dari Dokter, Dosan merasa Dalmi semakin terobsesi untuk memiliki momongan. Dalmi bahkan memasang kalender di dapur untuk selalu mengecek masa suburnya.
 
Obsesi istrinya itu bahkan sudah menyentuh kehidupan bercinta mereka. Dosan merasa istrinya telah menjadikan hubungan intim mereka hanya seperti alat untuk menghasilkan keturunan. Tidak ada lagi romance disana karena yang ada dipikiran istrinya adalah masa subur dan tujuannya untuk menghasilkan bayi.
 
Setiap bulan ketika Dalmi mengalami period tanda silang akan disematkannya di kalender itu. Dan ketika saat itu terjadi maka Dosan harus bersiap dengan kondisi mental istrinya yang memburuk. Dalmi akan murung dan bersedih selama berhari-hari bahkan hal ini telah mempengaruhi pekerjaannya di kantor.  Dalmi pun akan menjadi sangat sensitif, bahkan sampai pernah meminta Dosan untuk meninggalkannya karena ia merasa sebagai istri yang gagal memberikannya keturunan.
 
Dosan mencoba mengerti kondisi istrinya namun ia terkadang merasa lelah. Walau berkali-kali ia mencoba menenangkan dan meyakinkan cintanya namun itu tak membuat Dalmi berubah. Sejujurnya Dosan juga merindukan kehadiran buah hati namun untuk nya sampai saat ini Dalmi lah yang terpenting. Namun kini Dosan mulai bertanya dalam hati apakah Ia juga masih yang terpenting untuk Dalmi, bukan bayi yang kini menjadi obsesinya.
 
“Dalmi-ah, kamu ada dimana sekarang?” desah Dosan sendu.

          *** to be cont'nd ***

Akhirnya tetap dibuat cerita Dodalnya🤭 buat penyegaran kalau cerita Namzy  lagi writer's block😄 tapi kalau lagi writer's block dua2 nya ya wassalam deh😅

Jangan lupa vote & commentnya😊

Xoxo
 

Thin Blue LinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang